Tetapi, ini semua merupakan keinginan Atlanna. Ia mengorbankan dirinya. Ia memiliki niat teguh membekukan Irvetta agar tidak ada sedikitpun racun masuk ke laut. Tentunya racun yang dimaksud ialah ramuan milik Dae Lonan.

Ketika Atlanna yang sejatinya Dewi Matahari nekat masuk ke air dalam waktu lama, maka kekuatannya lenyap berganti beku.

Inilah ketakutan Alaia sejak Atlanna dilahirkan ke dunia. Ia baru menyadarinya beberapa hari setelah Si Kembar lahir. Jika Atlanna terlalu lama berada di dalam air, itu bisa menyebabkan bahaya untuk tubuhnya.

Empat menit berendam di air cukup membuat Atlanna kedinginan dan menggigil tak tertahankan. Apalagi berjam-jam seperti ini. Tewaslah dia.

Sebentar. Apakah kalian yakin Atlanna yang merupakan Dewi dan hidup abadi bisa mati?

❄️ 🤍 ❄️

Dua jam setelah Alaia dan yang lainnya meninggalkan Irvetta.

Berbagai berita beredar di media mengingatkan seluruh masyarakat Irvetta untuk tetap diam di rumah. Mereka tidak diperkenankan pergi ke manapun bila bukan untuk keperluan penting dan mendesak. Kalaupun harus pergi, diwajibkan mengenakan pakaian setebal mungkin agar badan tetap hangat.

Pemerintah membuat larangan itu karena suhu dingin Malverone keluar dari batas normal cuma dalam kurun waktu kurang dari satu hari.

Salju yang tadinya turun tipis-tipis, ukurannya telah berganti membesar dan tebal. Keadaan menjadi makin mengerikan ketika angin kencang ikut menemani salju gila itu.

Kita beralih ke sebuah rumah yang diisi oleh makhluk dominan bukan manusia. Mereka berkumpul di ruang keluarga, duduk di sofa dengan perapian yang menghangatkan ruangan. Jendela ditutup, AC dimatikan, dan hanya kesunyian yang terjadi.

Alaia berada di dekapan Langit sehabis menangis sampai matanya bengkak. Ragas bersandar di bahu Lana. Aishakar melamun dalam balutan selimut yang ia bawa dari kamar.

Bintang juga bengong terus. Ia tidak bergerak hingga bermenit-menit lamanya. Terlalu larut dalam lamunan sampai Bintang seperti lupa cara berkedip.

"Beda banget, ya, kalo Atlanna enggak ada. Sepi, ga ada yang bawel ngomongin ini itu." Ragas menyeletuk.

Alaia meremas kaus Langit sehingga suaminya spontan mengeratkan pelukan. Perempuan itu menyembunyikan wajah di dada Langit dan kemudian sesuatu yang basah rembes ke situ. Alaia nangis lagi.

Bukan cuma karena ucapan Ragas, namun Alaia teringat omongan Atlanna kemarin. Anaknya itu menyemangati dia buat melindungi Irvetta. Atlanna meyakinkan bahwa Dae akan kalah.

Kalau saat itu Alaia memahami maksud perkataan Atlanna, mungkin dia bisa menggagalkan rencana Atlanna ke laut.

"Angit ... ayo, ke Irvetta." Suara Alaia kecil dan pelan.

"Iya, nanti kita ke sana lagi." Langit menanggapi seraya menghapus air mata Alaia.

Tatapan sendu Alaia membuat Langit tidak tega, apalagi saat istrinya itu berkata, "Atana pasti nunggu kita bantu dia bebas dari es."

Air sudah menggenang di pelupuk mata. Ketika Langit berkedip, air itu langsung jatuh. Langit menangisi anaknya tanpa mengeluarkan isakan.

ALAÏA 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang