Part 16

20.9K 1K 32
                                    

"Nirmala, Raka serta ibunya ingin saya memecat kamu dari perusahaan ini sebagai balasan atas apa yang telah kamu lakukan terhadap Raka."

Mata Pak Bondan menyipit, sementara senyumnya mengembang di bibir hitamnya. Aku tetap bergeming, berusaha tak terpengaruh pada kata-kata Pak Bondan.

Lelaki itu kembali terkekeh. Menatapku sambil menjilat bibir bawahnya sendiri. Memuakkan, tapi aku berusaha menahan diri, sebab ingin mendengar lebih banyak lagi.

"Tapi kamu tenang saja, Nirmala. Saya tidak sejahat itu. Tentunya akan sulit bagi kamu jika kehilangan pekerjaan sementara pernikahanmu sendiri sedang di ambang perceraian. Karena itu, bagaimana jika kita membuat kesepakatan?"

Sepasang mata Pak Bondan berkilat saat mengucap kata 'membuat kesepakatan' barusan.

"Kesepakatan?" ulangku sambil menelengkan kepala.

"Ya, Nirmala. Kesepakatan. Jadilah istri simpanan saya setelah kamu resmi bercerai dengan Raka.

Kehidupanmu juga anakmu akan saya jamin seratus persen bahkan tanpa kamu harus bekerja. Bagaimana? Tawaran yang menarik, bukan?"

Pak Bondan kembali terkekeh, dan aku hanya menanggapinya dengan tersenyum tipis. Menggeleng-geleng pelan, sambil merasa takjub sebenarnya.

Apakah seluruh silsilah keluarga Mas Raka bejat semuanya? Bahkan hingga pamannya, Pak Bondan, memberiku sebuah tawaran yang bagiku sangat merendahkanku sebagai perempuan.

Lelaki yang telah beristri ini, lebih cocok menjadi ayahku ketimbang pasangan. Dan lagipula, bagaimana mungkin aku mau menjadi duri dalam rumah tangga orang lain setelah aku sendiri sudah merasakan bagaimana sakitnya dikhianati.

Sudah tak beres memang mereka semua. Rekaman suara terus berjalan. Dan aku bersyukur aku telah menuruti instingku tadi untuk mendokumentasikan pembicaraan ini.

"Bagaimana, Nirmala? Daripada kamu jadi pengangguran dan tak ada yang menafkahi lahir batin?"

Tatapan mesum Pak Bondan menyapu tubuhku dari bagian kepala hingga sebatas dada. Dan berhenti lama di area situ. Dasar bedebah. Tak heran kelakuan Mas Raka pun sama.

"Kamu ibarat sepotong daging yang masih segar, Nirmala. Wajah cantik, tubuh seksi, tapi sayang ... Raka ternyata lebih suka daun yang baru bertunas. Ha ha ha!"

Suara tawa lelaki bangkotan ini pecah berderai memenuhi ruangan. Sungguh tak tahu malu dia berbicara begitu padaku.

"Maaf, Pak Bondan. Saya lebih baik bekerja membanting tulang daripada harus meletakkan harga diri di bawah kaki Anda dengan menjadi seorang wanita simpanan." Aku berkata setelah tawa Pak Bondan reda.

Senyum di wajahnya langsung lenyap.

"Kamu yakin?" tanyanya.

"Bapak juga tidak bisa memecat saya seenaknya hanya karena keluarga suami saya memintanya pada Bapak. Itu namanya Bapak tidak profesional.

Kecuali saya melakukan kesalahan fatal yang merugikan atau mencoreng nama perusahaan," lanjutku lagi.

"Ha ha ha. Apa kamu lupa, Nirmala, saya adalah pemimpin di perusahaan ini?"

"Tetap saja bukan Bapak pemiliknya. Kita adalah sesama karyawan di sini, sama-sama masih makan gaji di perusahaan ini. Hanya saja Bapak lebih beruntung karena memiliki jabatan lebih tinggi dari saya," pungkasku.

Dan aku tersenyum puas ketika melihat wajah dengan dagu berlipat itu berubah memerah warna kulitnya.

Mengingatkanku pada babi-babi gemuk dalam serial kartun yang sering ditonton oleh Kayla di rumah bersama Mbak Yah.

OLEH-OLEH PERJALANAN DINAS SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang