2

42 6 5
                                    

Hari berganti hari, menghadiahi kenangan yang baru untuk dipatri. Sudah sekitar dua purnama yang ku lalui ia tak kunjung datang menghampiri. Senyuman teduh yang selalu kunanti kini hilang bak ditelan pertiwi.

Semua orang tahu bahwa yang ada disemesta takkan pernah abadi, seperti layaknya ia yang ku kira selamanya tapi nyatanya hanya sementara. Seperti layaknya rumah namun hanya ia sewa. pertemuan yang berakhir luka.

malam hari, hujan turun menemani kalbu. Tiba-tiba ia menelepon katanya tak bisa melupakan masa lalunya memilih meninggalkan ku yang dulu Ia cap sebagai "masa depan" dengan alasan ia tak bisa melupakan sosok sebelum bertemu denganku. Aku hanya tersenyum kecut setelah mendengar ia berkata seperti itu, memang mutlak salah ku terlalu berharap lebih, apalagi terhadap manusia yang penuh akan kurang.

didetik itupun aku tersadar, selama ini hanya menjadi pelampiasan yang menemani dirinya untuk hendak berjalan kedepan namun gagal. Pahit yang kurasa kala itu memaksaku untuk tetap tersenyum walau sejujurnya hatiku berat menerimanya, ingin rasanya menangis namun air mataku enggan untuk keluar.

Kebesokannya, dia mengajak bertemu dan aku mengiyakannya. Aku mengambil buku catatanku, kemudian menuliskan seutas kalimat disana. "Jika itu memang yang kau inginkan, pergilah. Aku tak berhak menahan seseorang yang ingin pergi untuk tetap tinggal disini." Kemudian aku menyodorkan lembaran catatanku yang barusan kurobek sambil melempar senyum terakhir sebelum aku beranjak pergi menjauhinya.

Benar, Kadang seseorang itu datang bukan untuk menetap tapi untuk memberi pelajaran lalu kemudian kembali hilang. Tetapi tak ada juga hal yang sia-sia dibumi, semuanya ada dengan suatu alasan.

Kini kukunjungi lagi tempat yang kita gunakan untuk menikmati indahnya swastamita bersama. Pantai kesukaan kita. Namun sayang, indahnya sudah tak sama, sepi terasa. Sekelebat kenangan muncul satu persatu mengingat sudah banyaknya hal yang dilalui disini ditemani sang surya yang sedikit demi sedikit kian tenggelam diufuk barat cakrawala.

Salah jika aku menyalahkan semesta akan hal ini, yang pasti dia yang belum bisa berdamai dengan masa lalunya tapi terlalu tergesa-gesa menciptakan kisah yang baru, itu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salah jika aku menyalahkan semesta akan hal ini, yang pasti dia yang belum bisa berdamai dengan masa lalunya tapi terlalu tergesa-gesa menciptakan kisah yang baru, itu saja.

"Saat mengalami pertemuan kau juga harus siap dengan perpisahan, bukan?"

           

                                          ••••••



















1 tahun kemudian





Tak terasa waktu cepat berlalu, kini aku dengan diriku yang baru, aku yang sudah menjadikannya masa lalu, yang siap menjalani hidup tanpa dirinya lagi disisiku, berlayar menemukan jalan pulang dan merangkai kisah baru. Selamat datang dirimu yang tak pernah kukira, entah siapapun kamu selanjutnya, aku menunggu mu ada.

        





jangan lupa vote ya, terima kasih:).

Aku, Semesta, dan Dirinya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang