Bab VI - Oh jadi ini yang namanya Lyssa

199 155 67
                                    

Semua ada masanya. Ketika yang lama terganti oleh sosok yang baru. Ketika kedekatan berganti menjadi sebuah jarak. Selamanya tidak ada yang abadi.


========== A Promise - Bab VI – Oh jadi ini yang namanya Lyssa ==========


Ara kesal. Ara marah. Bisa-bisanya kamarnya direbut oleh gadis lain. Kamar yang selalu ia tempati jika menginap di rumah Rio. Kamar yang sudah ia tempati sejak tujuh tahun yang lalu. Kamar itu miliknya, dan sekarang kamar itu telah beralih kepemilikan. Sejak kapan kamar itu diambil alih? Padahal seminggu yang lalu ia masih menempati kamar itu. Oke, sekarang kamarnya yang direbut. Tapi siapa yang tahu apa yang akan terjadi ke depannya? Bisa saja nanti Rio yang direbut. Ini tidak bisa dibiarkan. Gadis itu benar-benar membuat Ara kesal.

Anes terus memandang Ara yang berjalan bolak balik dihadapannya sambil menghentak-hentakan kakinya dengan kesal. Pemuda itu sadar Ara sedang kesal saat ini. Gadis itu selalu seperti itu, dia bisa berubah dari ibu peri menjadi penyihir yang sangat jahat jika sesuatu miliknya direbut oleh orang lain. Kamar kesayangan Ara kini bukan milik Ara lagi.

Satu jam yang lalu, Ara ditemani Anes dan Gab tiba di rumah Rio, di kawasan Pondok Indah. Rumah yang selalu menjadi basecamp mereka berkumpul. Rumah itu sudah seperti rumah mereka sendiri, sejak terjalinnya persahabatan mereka delapan tahun yang lalu. Mereka sering menginap di rumah Rio. Tapi hanya Ara yang memiliki kamar sendiri, karena Ara perempuan dan membutuhkan privasi tersendiri. Sedangkan Anes dan Gab selalu tidur di kamar Rio jika akan menginap.

Tadi, begitu tiba di rumah Rio, seperti biasa, Ara langsung menuju kamarnya yang berada dilantai dua, disamping kamar Rio. Ara ingin mengganti seragamnya dengan kaos rumahan yang ia simpan di lemari bajunya. Ya, Ara juga menyimpan barang-barangnya disini. Ara kaget saat melihat isi lemarinya yang berbeda. Tidak ada satupun bajunya disana. Memang ada baju perempuan di lemari itu, tapi itu bukan milik Ara. Saat Ara mengedarkan pandangannya meneliti keadaan kamarnya, Ara baru menyadari ini bukan kamarnya. Kamarnya berubah. Dan saat Ara berjalan ke lemari kecil disamping tempat tidur ia menemukan foto gadis yang tidak dikenalnya bersama seorang perempuan.

Sialan. Kamarnya telah direbut.

Dan sejak saat itu, Ara tidak bisa tenang. Ia bahkan tidak bisa duduk semenit pun. Ara terus berjalan bolak-balik di ruang tengah. Anes dan Gab jadi pusing melihatnya.

"Udah Ra. Duduk dulu sini." Ajak Gab, sambil menepuk sofa disampingnya.

Ara hanya menoleh sebentar, memandang Gab tajam, lalu kembali berjalan bolak-balik mengabaikan Gab.

Tak lama, terdengar suara langkah kaki mendekat. Sontak Ara, Anes dan Gab menoleh ke sumber suara.

Rio muncul menggandeng seorang gadis.

Itu gadis yang sama dengan gadis yang ada di kantin tadi. Sialan. Ara semakin kesal melihatnya.

Rio berdecak sambil menggelengkan kepalanya takjub. "Nungguin gue lo pada?" tanya Rio basa-basi. Jelas saja Ara, Anes dan Gab menunggunya. Jika bukan Rio, lantas siapa lagi?

Gab mendengus kesal. "Buset, lama amat lo. Tadi katanya sebentar. Tapi sejam. Emang sialan ya lo, Yo." Gab berdiri hendak memiting Rio namun berhasil ditangkis Rio.

Rio tertawa. "Sorry, sorry. Lagi makan tadi. Lapar." Rio menjelaskan.

"Kampret. Lo kira cuma lo doang yang lapar, kita bertiga enggak?." Gab mendengus kesal. Sementara Rio masih tertawa.

Lyssa tersenyum melihat tingkah Rio dan Gab. Lalu bola matanya tak sengaja menatap Anes yang duduk di sofa sambil menatapnya balik. Begitu tajam hingga menusuk. Buru-buru Lyssa mengalihkan pandangannya kearah Rio kembali. Risih dengan tatapan Anes kepadanya.

"By the way, siapa nih?" selidik Gab, melirik gadis mungil disamping Rio dan tersenyum manis.

"Oh iya lupa, kenalin ini Lyssa. Lyssa mereka teman aku, ini Gab, itu Ara dan Anes." Rio menghentikan tawanya dan mulai memperkenalkan mereka.

"Lyssa ka," ucap Lyssa mengulurkan tangannya kepada Gab.

"Lyssa apa lengkapnya?" tanya Gab sambil menjabat tangan Lyssa. Masih tersenyum.

"Alyssa Wijaya, ka." Jawab Lyssa.

"Oh, Alyssa Wijaya. Kirain Lyssa Blackpink." Kata Gab lagi. Lyssa tertawa.

Kampret, Gab mulai menggoda Lyssa. Sontak Rio buru-buru melepaskan genggaman tangan Lyssa dan Gab, lalu mendorong Gab jauh.

"Yang ini nggak boleh lo apa-apain, Gab." Rio mengancam, dengan ekspresi serius.

Gab tertawa melihat respon Rio.

"Emang gue apain Lyysa-lo ini, Yo? Cuma ngajak kenalan doing kali." Gab mengejek.

Anes berdeham pelan. Sedari tadi dia hanya menatap ke arah Lyssa. Mengamati Lyssa lekat-lekat dan segala gerak-geriknya. Mata itu. Mata yang tak asing baginya. Seperti pernah bertemu, tapi dimana? Sial. Dia gadis yang hampir Anes tabrak kemarin.

"Lo cewek yang kemarin mau bunuh diri di depan mobil gue kan?"

Sontak Rio dan Gab menoleh kearah Lyssa.

"Kamu mau bunuh diri?" tanya Rio tak percaya.

Lyssa membelalak kaget. Teringat kejadian kemarin saat dia hampir tertabrak ketika ingin menyebrang.

"Eh bu-bukan gitu." Lyssa gagap. "Itu, anu. Kemarin buru-buru, aku ga lihat kalau ada mobil lewat." Lyssa menjelaskan kejadian yang sebenarnya.

"Kemarin maksudnya pas kamu datang telat itu?" Rio memastikan.

Lyssa mengangguk cepat.

"Oh." Rio membulatkan bibirnya membeo 'ooo' diikuti Gab.

"Selesai basa basinya. Kamar aku kenapa jadi berubah?" Ara pun bersuara, menyadarkan Rio dan Anes dengan sosok Ara yang masih menatap mereka dengan kesal. Tidak, lebih tepatnya dengan Lyssa. Ia bahkan belum memperkenalkan dirinya kepada Lyssa seperti Gab.

Rio meneguk ludah. Bingung bagaimana menjelaskan ke Ara agar Ara mengerti dan tidak marah. Pasalnya kamar itu akan dipakai Lyssa selama tiga bulan dia tinggal disini.


========== Bersambung ==========


21 July, 2021

Diya

A Promise : Sebuah janji dengan lukaWhere stories live. Discover now