BAB 32

4 0 0
                                    

Hari yang kunanti sekaligus paling ku benci datang. Aku berangkat diantar mamah dan bang Ray menggunakan mobil, Aul mengabarkan kalau dia akan menungguku di stasiun kemudian aku mengiyakannya. Daffa?

Jangan tanya dia, aku tidak terlalu berharap dia akan datang. Namun sebagian dari hatiku menginginkan dia hadir di sana, sebagai salam perpisahan yang sebenarnya. Di dalam mobil aku diam memandang macetnya jakarta, mamah dan bang Ray pun diam melihatku.

Keberangkatan ku pukul 4 sore namun sekarang masih jam 3 sore, sengaja aku berangkat lebih awal. Kata mamah biar tidak terburu-buru nanti saat naik ke keretanya. Aku duduk di belakang sendiri, sedangkan mamah di depan, dan bang Ray menyetir.

Sesampainya di stasiun.

"Nashwa... Nanti di sana kamu harus nurut sama Oma yaa, jangan terlalu sering buat oma khawatir. Saat nya kamu bisa ngurus diri kamu sendiri..." Jelas mamah.

Aku mengangguk sambil tersenyum, kulihat bang Ray yang sedari tadi memerhatikanku. Setelah memeluk mamah aku mengahampiri bang Ray

"Abang mau ngomong apasih, gausah ditahan kaya gitu." Ucapku

Tanpa berkata bang Ray memeluku lagi, aku tertawa melihatnya. Begitupun dengan mamah. Terdengar suara tangisan bang Ray, aku kaget. Sampai segitunya bang Ray sedih karena harus berpisah dengan ku.

"Maafin abang gabisa jaga awa di sana." Ucap bang Ray sambil menghapus sisa air matanya.

"Kan Awa sendiri yang mau kuliah di malang... Ini bukan salah abang." Jawabku sambil tertawa melihatnya seperti anak kecil.

"Jaga diri kamu baik-baik.... Jangan kecapean, jangan telat makan, jangan lupa buat ibadah, jangan lupa buat sering-sering kabarin abang sama mamah, jangan manja sama oma, jangan..." Belum sempat bang Ray melanjutkan aku sudah menyambar terlebih dahulu.

"Sstt... Bawell." Ucap ku.

"NASHWAA!!!" Ucap seseorang dengan suara cempreng nya.

Aku menengok mendapati aul yang membawa box berwarna coklat muda.

"Gue gatelat kan wa yaa?!!!" Ucapnya panik.

"Ahaha... Enggak ul." Ucapku, dia langsung memeluk ku dan bersumpah serapah di dalam pelukanku. Yang inti dari sumpah serapahnya adalah salam perpisahan.

"Jaga diri lo baik-baik ya ul, gue gatau diluar sana siapa yang kuat ngadepin cewe bawel kaya lo." ledek ku, aul di depan ku muka nya sudah membengkak karena menangis. Aku sempat mengeluaran air mata namun dengan cepat aku menghapusnya, aku sudah berjanji sama diri ku sendiri untuk tidak menangis di hari ini.

Sambil menunggu waktu keberangkatan aku terus menerus melihat handphone dan lorong masuk di sebelah sana. Mengharapkan seseorang datang untuk mengucap selamat tinggal, melihat jam ditangan sudha pukul 14:45 dan pemberitahuan kalau kereta ku sedikit lagi berangkat. Hatiku makin tak karuan memikirkan apakah ia akan datang kesini atau dia tidak peduli, mamah menyadarkan ku untuk segera masuk ke dalam kereta. Untuk terakhir kalinya aku memeluk mamah, bang Ray, dan Aul. Sampai langkah terakhirku di depan pintu masuk kereta, aku masih mengharap dia memeluku dan menahanku dari belakang. Namun itu semua hanya hayalanku. Sebelum aku melangkah aul memanggilku

"Buat lo." ucapnya sambil menyerahkan box coklat muda yang sedari tadi dia bawa.

Aku memasang wajah bingung.

"Bawa ya ul, Buka nya nanti kalo keretanya udah mau sampai. Ini titipan bukan dari gue." Ucapnya.

Wajahku kaget, kaki ku lemas. Apakah ini dari dia?

"Jaga diri lo baik-baik ul, itu pesan dia." Ucap aul sambil tersenyum.

Aku meneteskan air mata sambil melihat box berukuran sedang yang sedang aku pegang, persetan dengan janji ku sendiri. Aku sudah melanggarnya, aku meminta penjelasan dari Aul. Namun ia sudah jalan menjauh, dan salah satu pegawai kereta api menegurku untuk segera masuk. Mau tidak mau aku masuk dan mencari tempat duduk sambil sesenggukan menangis, tidak peduli orang-orang disekitar. Aku masih menangisinya.

Cukup lama aku menangis, akhirnya aku membuka box itu. Tidak peduli pesan Aul untuk membukanya saat sudah dekat , aku membuka box itu dengan perlahan. Berisi seikat bunga daisy, kumpulan foto-foto aku dan dirinya dalam bentuk polaroid, dan earphone berwarna coklat muda, tidak lupa amplop abu-abu yang di dalamnya terdapat surat. Aku menarik nafas menahan sesak dan air mata

Diseikat bunga daisy tersambung kertas dengan tulisan kemurnian, kepolosan,kesucian, kesederhanaan, kelembutan, dan kesetiaan. Aku mengernyitkan dahi, tidak mengerti maksud dari tulisan tersebut. Dengan takut-takut aku membukasurat abu-abu itu, dan membaca surat nya secara perlahan

 Dengan takut-takut aku membukasurat abu-abu itu, dan membaca surat nya secara perlahan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dengan keadaan air mata semakin deras aku memaksakan diri untuk membaca lembar kedua

Dengan keadaan air mata semakin deras aku memaksakan diri untuk membaca lembar kedua

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Wajahku sudah dibanjiri oleh air mata. Sedikit penjelasan dari surat ini membuatku ingin mendekapnya saat ini juga, namun. Apadaya aku sedang di dalam kereta yang membawa ku jauh dari nya seakan bumi tidak menginginkan aku menemuinya kembali.

Kubuka handphone ku dan berkali-kali aku mencoba menghubungi dia, namun nihil. Tidak satupun yang diangkat. Ku coba kirim pesan, namun tidak ada yang di balas. Lara menyelimuti hatiku.

Seperti inikah akhir dari kisah ku? berawal dari sedikit rasa suka. Namun kata pepatah sedikit-sedikit lama-lama akan menjadi bukit. Dan benar saja, rasa suka ku menggunung menjelma menjadi rasa sayang dan takut kehilangan. Namun hal yang ditakutkan itu datang,

Perpisahan, ketika rasa nyaman sedang di puncak dari angan.

Selamat jalan, Selamat jalan kenangan, selamat jalan Jakarta beserta segala manis dan pahitnya kisah kita. Semoga bumi menakdirkan kita untuk kembali menulis lembar berikutnya dari kisah kita yang terjeda ini.

Salam perpisahan dari ku, Nashwa nur cumulandani.

Dan, Selamat tinggal. Untuk Daffa prasetia.


*SELESAI*

TentangnyaWhere stories live. Discover now