BAB 14

3 1 0
                                    

Nashwa POV

Ya. Sekarang disini, diatas motor, menuju rumah, bersama seorang yang membuat mood ku hancur. Kenapa sih bang ray kali ini super lebay, biasanya naik angkot sampe jam 9 malem juga gapapa. Sekarang baru jam 6 sore, semut pun belum ngantuk untuk tidur.

"Wa." Memecah keheningan, diapun bersuara.

Diam.

"Wa." Menunggu balasan.

"Nashwa, sekarang kita arahnya kemana?" Ucapnya dengan nada cukup kesal.

Menyadari hal itu, benar juga. Dia tidak tahu dimana letak rumah ku.

"Ituu... Kita arah sekolah aja, nanti dari sekolah lurus sampe ketemu perempatan, dari situ kita lurus aja. Sampe ketemu masjid, gajauh dari masjid ada gang, disitu rumah gue." Ucap ku panjang menjelaskan, supaya tidak berbicara lagi.

"Wa, pelan-pelan wa. Mana aku inget."

"Harus inget." Ucap ku cepat.

"Yaudah iya, harus menyukai-mu sekarang. Aku juga bisa wa."

Deg.

Sangat tiba-tiba, duh kenapa jantung ku ini? kenapa tuhan mengirim sesorang disaat keadaan ku rapuh? disaat aku benar-benar butuh orang untuk berbagi keluh kesah. Ya tuhan, hidupku masih sangat tidak menarik untuk berbagi cerita bersamanya.

Sesampainya di depan rumah, aku langsung turun dan mengucap terima kasih setidaknya, dengan cepat membuka gerbang.

"Wa..." Mengagetkan dan dia mencekal tangan ku.

Aku mengurungkan niat untuk cepat-cepat masuk ke dalam rumah dan berbalik sambil melepaskan cekalannya. Hoby banget narik-narik tangan deh ini orang batinku sebal.

"Kenapa?"

"Kamu masih inget kan ucapan aku waktu di bus?" Tanya nya.

Aku terdiam, ya iyalah ga akan lupa ucapku dalam hati namun segera aku urungkan dan bergeleng.

"Yang mana?" Ucap ku pura-pura tidak tahu.

Dia menghembuskan nafas berat, seakan capek. Baguss, capek lah untuk mengejar. Jujur aku sangat lelah dengan dunia percintaan seperti ini.

"Aku sanggup jadi wadah, untuk menampung segala macam keluh kesahmu. Aku akan memahami mu lebih lanjut sampai akhirnya, kita bisa berbincang lebih banyak dan saling memperkenalkan sifat asli dari diri kita masing-masing." Ucapnya dengan lancar, seperti sudah menghafalnya.

Tertegun.

Sudah pasti.

"Wa jangan diem aja." Ucapnya sambil mengoyang-goyangkan lengan ku.

"Daf."

"Lo yakin sama apa yang sekarang lagi lo jalanin?" Tanyaku.

Dia mengangguk cepat.

Aku menarik nafas "Daf ini ga segampang yang lo pikirin."

"Kalau cuma dipikirin ya ga akan gampang wa, coba kamu lakuin. Kita bareng-bareng, kata sulit itu akan berubah." Ucapnya meyakinkan.

Aku menggeleng dengan cepat.

"Apa ada masa lalu yang ngebuat kamu ga yakin sama masa depan?" ucapnya lagi.

Diam. Nafas ku tertahan, tahu apa dia tentang diriku yang lalu.

"Itu masa lalu gue, lo gaperlu tau dan ga berhak tau." Ucapku ketus.

"Masa lalu kamu punya kamu, masa lalu akupun punya aku. Tapi, untuk masa depan. Punya kita wa." Ucapnya lagi.

"Segala sesuatu yang terburu-buru gak akan punya hasil yang maksimal daf, perasaan juga begitu. Jangan cepat menyimpulkan kalau lo takut kecewa." Ucapku tegas.

"Untuk mengenalmu, aku tidak takut apapun. Apalagi sama yang namanya kecewa."

Aku diam, dengan cepat aku masuk ke rumah. Pembicaraan ini makin tidak beres sedari membahas masa lalu. Ya, masa lalu ku tidak menyenangkan tentang cinta. Salah satu alasan kenapa aku tidak ingin jatuh cinta lagi. sulit, terlalu ribet, bertele-tele, capek, lelah, tidak ada ujungnya, dan yang pasti menyakitkan.

——————————————————
Hallooo...
Welcome to my first story
I hope you're enjoy to reading it
Dont forget to like, comment, and vote.
HAPPY READING!

TentangnyaWhere stories live. Discover now