BAB 16

3 1 0
                                    

Bel pulang sudah berbunyi, aku dan aul sudah di halte depan sekolah menunggu angkot datang.

"Wa, lo yakin ga ada masalah sama daffa?" tanya aul tiba-tiba. Aku yang sedang bengong sedikit terkejut dengan pertanyaan aul.

"Nggak, buat apa gue punya masalah sama dia." Jawab ku.

Tiba-tiba motor berhenti di depan ku, perasaan aku tidak meminta jemput bang ray tetapi ko... Bentar, motor nya beda. Aku melirik si pengemudi. Nafasku berhenti sejenak dan dengan segera ku mengontrol nafas dan ekspresi ku.

"Panjang umur kan." Ucap aul disebelah ku.

"Wa, ayo pulang." Ucapnya yang belum sempat ku menjawab tetapi tangan ku sudah ditarik, heuh kebiasaan.

Tidak ada percakapan dalam perjalanan, tetapi apakah ini benar dia membawa ku pulang ke rumah? Ini tidak seperti jalanan ke rumah ku.

"Kita mau kemana daf?" Tanya ku memulai percakapan.

Sempat diam cukup lama.

"Suatu tempat." Ucapnya singkat. Akhirnya aku merasakan rasanya dicuekin seperti ini, biasanya aku yang nyuekin orang.

Aku hanya mengangguk, angin sore membuat suasana menjadi sangat nyaman. Lama sekali tidak merasakan keadaan seperti ini, nyaman. Dengan cepat aku tersadar dari lamunan, dan sepeda motor sudah merapat ke sebuah taman. Kulihat sekeliling tidak terlalu ramai sangat pas untuk menyendiri. Aku sudah mengikuti daffa dari belakang, dalam batin ku ini orang main jalan aja sih sesampainya di ujung dari taman ini. terhampar luasnya alang-alang dengan ujung keputih-putihan, angin yang cukup kencang membuat para alang-alang menari-nari kekanan maupun ke kiri secara bersamaan dan menambah estetika dari tempat ini.

Aku terdiam mengagumi tempat ini. lelaki di sampingku dengan seksama memperhatikan ku sambil menunjukan senyum bahagia.

"Udah dulu kagum nya, aku belum sempat kamu kagumi." Ucapnya sambil berjalan maju menembus lebatnya dan tingginya alang-alang. Dengan cepat aku menahan tangannya seakan tidak membolehkan lelaki tersebut masuk ke dalam.

"Mau kemana?" Ucapku.

Dibalaskan pertanyaan ku dengan senyuman sambil menarik tangan ku lalu dibawa ke genggamannya.

"Ayo ikut wa."

Dengan terpaksa aku ikut menumpas lebatnya alang-alang yang mengganggu perjalanan kami, dan

WAAAAW......

Cantiknya barisan alang-alang digantikan dengan tenang nya danau hijau, lagi-lagi aku tertegun. Pertama kalinya melihat sisi estetika dari bumi, selama ini aku melihat bumi hanya dari sudut yang itu-itu saja. Berkeliling itu diperlukan ternyata.

Lagi-lagi daffa hanya tersenyum melihat ku, apakah aku terlalu norak hanya untuk sedikit indahnya dunia?

"Wa, sini duduk." Ucap daffa yang sekarang sudah duduk di pinggir danau, entah tiba-tiba dia sudah ada disana. Aku segera berjalan menuju bangku yang ia sedang duduki dan duduk di sebelahnya, menghadap danau dan langit sore yang mulai mengeluarkan awan-awan jingganya.

Aku hanya diam, menikmati suasana yang sangat amat indah ini.

"Kamu tau? Kenapa aku bawa kamu ke tempat ini?" Tanya nya.

Aku hanya menggeleng.

"Ini tempat yang cukup bersejarah di hidup aku wa." Ucapnya dengan berat hati.

Aku menengok tanda meminta penjelasan lebih lanjut.

Dia menghela nafas dengan berat, seakan ada beban yang dikeluarkan dari nafasnya tersebut. Aku memperhatikannya dengan seksama, seperti dia memperhatikanku tadi.

TentangnyaWhere stories live. Discover now