BAB 22

2 1 0
                                    

"Nashwa... Kamu ga sekolah?" Suara lembut oma terdengar membangunkan ku, aku terbangun dari tidur dan menggeleng.

"Nashwa hari ini ga sekolah dulu ya oma."

"Kamu udah kelas 12 loh wa."

"Gapapa ko oma." Ucap ku tersenyum.

Oma mengangguk dan mengelus kepala ku.

Ddrrttt drrtt drrttt...

Aku mengambil handphone dan mengernyitkan dahi.

Haloo? Ucapku

Kamu gak sekolah wa?

Nggak.

Oh yaudah.

Telephone dimatikan

Aku bangkit dari kasur dan keluar. Kulihat bang ray sedang di balkon sendirian, diam-diam aku berjalan ke arahnya.

"Udah gede ko tempramen nya jelek." Ketus ku.

"Loh wa, kamu ga sekolah?" Ucap bang ray.

Aku menggeleng.

"Dasarr boloss." Ucapnya lagi sambil menempeleng kepala ku.

"Abang sendiri? Gak kuliah?" Tanya ku

"Gak ada kelas hari ini."

Aku mengangguk.

"Kamu beneran mau kuliah di malang wa?"

Aku terdiam

"Nashwa... Abang nanya serius sekarang."

Aku menengok.

"Kalo emang awa mau sendiri kuliah disana, abang ga ngelarang. Tapi, kalo semata-mata karena omongan mama dan oma. Abang bakal tentang itu."

Aku tak berani berbicara

"Karena kamu sekarang bukan boneka mereka lagi wa, kamu udah dewasa. Cukup waktu kecil sampe sekarang kamu nurut sama perintah mereka, saat ini waktunya kamu pilih jalan hidup kau sendiri."

"Awa pikir, segala hal yang disuruh oma sama mamah itu yang terbaik untuk awa bang. Ga ada lagi yang perlu di sanggah, toh selama ini awa enjoy sama hidup awa sendiri." Ucap ku.

Bang ray menggeleng.

"Oke... awa bakal pikirin apa yang awa mau. Jurusan, kampus, di luar ataupun di dalam kota. Awa bakal milih jalan awa sendiri."

"Tapi kalau misalnya pilihan nashwa tetep untuk di luar kota bahkan di luar negeri. Abang siap?" Tanya ku.

Bang ray menatapku dan tetap diam.

"Nashwaaa... Ray... Ayoo sarapan dulu." Teriak mamah dari bawah.

Dengan segera aku turun meninggalkan bang ray.

............................................................................................

Keesokan harinya aku pergi ke sekolah seperti biasa, diantar bang ray. Aku dan bang ray masih jarang berbicara, sama-sama memilih diam. Tidak ada yang istimewa di hari ini, keberadaan daffa pun nihil.

"wa, gue ko galiat daffa hari ini." ucap aul disela-sela waktu istirahat.

Aku menggeleng tak tahu. Aku sebenernya juga belum menerima kabar dari nya sejak kemarin pagi.

Criingggg cringgg cringgg

Bel tiga kali berdering sebagai tanda pualng. Aku dan aul sama-sama menengok bingung.

"Gaisss!!... Hari ini pulang cepatt!! Guru ada rapat dinasss!" Ucap ketua kelas yang masih mengatur nafas karena habis lari menerobos kawanan siswa di depan.

Sekelas berteriak heboh, ada yang dengan cepat membereskan meja nya untuk segera pulang dan rebahan di rumah, ada yang langsung menggerombol membicarakan cafe mana yang harus mereka datangi. Aku dan aul dengan santai membereskan meja.

"Wa, main yuuu!" Ajak aul semangat.

"Main kemanaa?"

"Biasaa..." Ucapnya sambil menunjukkan smirk.

Aku melihatnya hanya tersenyum sambil berjalan keluar kelas.

Sesampainya di tempat tujuan, aku dan aul memilih tempat yang biasa kita duduki.

"Lo yakin mau pesan kopi?" Tanya aul sekali lagi.

Aku mengangguk.

Aul pergi untuk memesan, aku duduk sendirian melamun. Tanpa sadar pikiran ku berhenti pada seorang lelaki yang tempo hari menyatakan perasaan di depan saudara kembarannya dan sekarang ia hilang kabar.

Apakah ia mempermainkan perasaan ku? batinku, ini yang ku benci dari yang namanya hubungan. Ada fase di sebuah hubungan di mana masing-masing dari kita kehilangan arah, sampai akhirnya sama-sama dari kita menjauh tanpa kata-kata, dan sama-sama menghilang tanpa terselesaikannya masalah. Kuno sekali kisah itu. Tanpa sadar ku mendengus tertawa merendahkan.

"Latte buat nashwa yang kolot." ucap aul sambil memberiku segelas latte.

"Makasiih." Ucapku sambil tersenyum.

"Wa, gimana hubungan lo sama daffa? Hah?"

Aku mendengus lagi, seperti tidak ada pertanyaan lain setiap hari aul menanyakan hal yang sama. Ku lihat wajah aul seperti seorang yang sedang menunggu informasi tentang hidup dan mati nya.

"Dia ga ada kabar ul."

"Hah? Ga ada kabar gimana?"

"Yaa ga ada kabar, buktinya hari ini dia ga masuk. Terakhir dia ngabarin gue kemarin pagi dan sampe sekarang dia ga ngabarin gue lagi." Jelas ku ketus

Dihadapan ku aul tertawa jahil. Aku mengernyitkan dahi.

"Berarti lo nungguin kabar dari dia?" Ucap aul ngeledek.

"Yaa nggak gitu maksud gue." Ucapku mencari alasan

"Nashwaa... Nashwaaa." Ucapnya lagi dan sekarang menertawakanku.

"Giliran gue jawab diketawain, kalo gue gajawab nanti ngambek. Terserah lo deh." Ucapku sambil menyeruput latte hangat.

"Haahaa... Iyee maap-maap gausah ngambek gitu dong."

Aku diam.

"Lo udah coba ngabarin ke dia?"

Aku menggeleng

"Telpon balik gitu, sms gitu? Nggak lo lakuin?" Tanya aul lagi.

"Nggak lah, ngapain gue lakuin itu?" Ucap ku kesal.

"Waa lo tau kan di dunia ini ada hubungan timbal balik? Ya jelas daffa ga ngabarin lo kalo lo aja gapernah ada niatan buat ngabarin dia duluan." Ucap aul dengan nada sedikit tinggi.

"Yaa... Emang gue siapa nya dia sampe harus ngasih kabar duluan ke dia?" Ucapku kesal.

"Lo suka sama dia?"

Aku diam.

"Oke, kita gak usah ngomong suka dulu... Lo ada perasaan sama daffa?"

"Pertanyaan yang beda dengan arti yang sama." Ucapku pelan.

Aul di depan ku hanya menghembuskan nafas kencang.

"Nashwa." Terdengar suara memanggil ku, mata aul melotot kaget. Aku pun menengok.

Panjang umur...

------------------
Hallooo...
Welcome to my first story
I hope you're enjoy to reading it
Dont forget to like, comment, and vote.
HAPPY READING!

TentangnyaWhere stories live. Discover now