BAB 26

1 0 0
                                    


Sebelum pulang ke rumah, aku dan daffa mampir ke bakmi jogja favorite bang ray. Aku memesan bakmi bakso begitupun dengan daffa. Warung cukup ramai, bakmi jogja di sini cukup terkenal. Aku tahu warung ini karena bang ray yang sering makan di sini sepulang kuliah. Kata bang ray rasa bakmi disini beda dari bakmi-bakmi lain yang pernah ada. Alay memang, tapi bang ray tak bohong.

"Kecil-kecil makannya banyak juga ya kamu."

Aku sedikit melihatnya namun tak ku hiraukan.

"Kamu enak ya, punya banyak kenangan sama saudara kandung." Ucapnya lagi.

Kali ini aku berhenti mengaduk bakmi dan menatapnya.

"Daff..." Ucapku.

Dia hanya tersenyum dan lanjut menyantap bakmi

.............................................................................................

Sesampainya di rumah, oma dan mamah sudah masuk kamar. Kulihat bang ray sedang di ruang tv memandang laptopnya, sangat serius. Kupikir ia sedang mengerjakan tugas kuliahnya. Walaupun bang ray anaknya suka becanda, tetapi untuk urusan akademik ia tidak pernah main-main. Cita-cita nya untuk masuk universitas terbaik di indonesia ia gapai dengan tekad penuh dan perjuangan. Aku yang menemani ia begadang belajar sampai malam, pada saat mendaftar, sampai pengumuman lulus tes. Cukup bangga mempunyai abang tangguh seperti dia.

Selesai bersih-bersih dan membereskan buku untuk besok aku keluar kamar berniat menemani bang ray. Ku duduk di bawah meja. Membawa buku untuk kupelajari

"Tumben banget belajar di luar, biasanya kalo belajar ga mau diganggu." Celetuk nya.

"Mau nemenin abang." Ucapku.

Dia berdecak tak percaya.

Aku kembali fokus belajar, begitupun dengan bang ray.

Cukup lama aku memahami pelajaran-pelajaran sampai aku menengok jam dinding sudah pukul 22.20 malam, aku menengok ke bang ray. Ia masih fokus kepada laptopnya.

"Udah malem wa, tidur gih." Ucapnya.

Aku menggeleng, namun ku tenggelamkan wajah ku di tumpukan buku-buku. Kemudian aku terlelap.

Kubuka mataku, dengan sisa kesadaran yang ada ku tengok jam dinding menunjukan pukul 01.00 pagi, dini hari. Aku menghembuskan nafas berat, ternyata aku tertidur cukup lama di sini. Berniat membereskan buku-buku aku melihat wajah bang ray yang tertidur di sofa. Dengan laptop masih menyala dan berpangku di pangkuan nya. Aku tersenyum kecil, mungkin orang-orang akan mengira kalau dia anak SMA dari pada anak kuliahan.

Aku membenahi laptopnya, menaruh nya di meja. Aku mengambil selimut dari kamarnya, lalu aku menyelimuti tubuhnya. Baru, sehabis itu aku membenahi buku-buku dan kembali ke kamar.

.............................................................................................

Akhir pekan tiba, aul berniat ingin belajar di rumah ku. Beralasan rumahnya sedang ramai dipenuhi teman-teman adik nya. Sebenarnya ia ke rumah ku hanya ingin melihat bang ray. Sudah pasti.

Sambil menunggu aul, aku membuka laptop berniat mencari-cari tentang kampus dan jurusannya. Aku merasa saat ini harus sudah tahu, akan kemana aku pergi setelah lulus dari SMA selain pilihan mamah yang menginginkan aku untuk kuliah di malang.

Drrrtt....Drrtttt....

Tanda pesan masuk

Selamat pagi nashwaaa...

Tanpa sadar lekukan bulan sabit terpajang di wajah ku, aku tersenyum.

Ada apa? Balasku

Kamu ada acara apa hari ini?

Aul nanti siang mau kesini, katanya sih mau belajar. Paling dia cuma mau liat bang ray. Balas ku

AKU BOLEH IKUT NGGAKKK?!!

Nggak.

Ko gaboleh sih 

Aku tak balas lagi pesannya, dan aku bangkit dari meja belajar menuju ke bawah untuk mengambil minum.

Sesampainya di tangga aku mendengar perdebatan yang cukup serius. Setelah ku simak lebih lanjut ternyata itu suara bang ray sedang berdebat sama oma. Aku berpegang pada tangga dengan erat, perasaan ku tidak enak. Apa bang ray mempermasalahkan tentang kuliah ku lagi? batin ku

"Oma, nashwa udah besar. Nashwa udah dewasa buat memilih jalan hidupnya sendiri, nashwa bukan lagi gadis kecil yang dulu suka oma bawa ke pasar malam. Buat ray, nashwa udah pantas buat bahagia di atas pilihannya sendiri. 17 tahun bukan lagi usia di mana seorang anak masih di tuntun." Terdengar suara bang ray menggelegar di setiap sudut rumah.

Dengan lemas aku duduk di anak tangga menyimak lebih lanjut apa yang akan mereka bicarakan. Tidak ada balasan dari oma, terdengar suara mamah yang sedang menenangkan bang ray.

"Kalau sampai nashwa pergi ke malang dengan alasan keinginan kalian, gak akan ray biarin." Ucapnya lagi dan ia keluar dari arah dapur, dengan cepat aku berdiri dan kembali masuk ke kamar sebelum bang ray melihatku.

Aku mengunci pintu kamar dengan cepat. Terdengar suara motor bang ray pergi keluar, seketika aku khawatir. Kebiasaan bang ray adalah ketika ia diselimuti oleh emosi, pelarian nya adalah jalan raya. Ia akan berkelana menyelusuri jalan-jalan besar menghilangkan emosinya.

Tetapi, entah kenapa. Semakin bang ray melarang aku untuk pergi, keinginanku untuk pergi jauh melihat dunia luar semakin besar. Sebenarnya tekad ku untuk kuliah di malang sudah bulat, terlepas keinginan oma dan mamah. Aku ingin melihat dunia luar setelah 17 tahun hinggap di rumah ini, aku merasa. Diluar sana masih banyak pelajaran dan pengalaman yang belum aku jumpai. Tinggal bagaimana aku berkomunikasi dengan mamah, oma, bang ray, aul, dan daffa.

Handphone ku bergetar, aul menelephone. Dengan cepat aku mengendalikan suara ku yang setengah tercekat.

Haloo

Nashwaaa... Maafin gue banget yaa, gue gajadi ke rumah lo hari ini. ada acara keluarga super mendadak... Maafinn gue yaa.

Iyaa ul, gapapa ko. Balasku singkat

Seriuss gapapa? Sumpah gue gaenak banget sama lo

Iyaa gapapa. Balasku sekali lagi.

Maaf banget sekali lagii... Love youuu.

------------------
Hallooo...
Welcome to my first story
I hope you're enjoy to reading it
Dont forget to like, comment, and vote.
HAPPY READING!

TentangnyaWhere stories live. Discover now