⸙͎۪۫ Three

111 7 1
                                    

Seven Days

Three

















Egois..

Egois merupakan salah satu hal yang membuat manusia menjadi manusia. Salah satu sifat yang diidentikkan dengan sesuatu yang negatif. Namun kali ini saja, biarkan Ia bersikap egois. Biarkan Rin menerapkan sifat negatif itu. Walaupun dalam lubuk hatinya, gadis itu tidak yakin akan mendapat label berharga di mata pemuda itu dan ayah angkatnya.

Rin juga ingin terlihat berharga. Apalagi di mata sang ayah dan juga penyelamatnya saat masih kecil. Meskipun gadis bersurai hitam itu tahu, Sesshomaru pasti tidak mengingatnya sama sekali.


Rin segera bangkit dari posisinya berbaring. Lagi lagi, dia tertidur di lantai. Matanya masih berat, pasti karena efek menangis tadi malam. Iris cokelatnya menoleh ke arah jam yang ada di meja, "Sudah pagi rupanya."

Hari ini, adalah hari pertama dalam tujuh hari menghabiskan waktunya dengan pemuda bermarga Taisho tersebut. Ya, semoga saja pria itu tidak menginkari janjinya.


***


"Sesshomaru-sama! Kau ada waktu hari ini? Jika ada, maukah kau pergi ke pasar malam setelah pulang sekolah?" Tanya Rin dengan suara khas-nya, memanggil pria tersebut yang baru saja akan memasuki sekolah.

Mulut Sesshomaru terbuka, berniat mengucapkan penolakan. Namun kemudian terhenti karena dia ingat akan janjinya. Hingga akhirnya, Ia hanya bisa mengangguk.

7 hari bersama gadis berisik ini lebih baik daripada terus terusan diganggu olehnya.

Rin tersenyum melihat respon Sesshomaru, "Terimakasih banyak!" Gadis itu kemudian berlari menuju area sekolah dengan langkah riang.

Jujur saja, seorang Taisho Sesshomaru bukan tanpa alasan membuat gadis dengan netra cokelat itu selalu tersakiti.

Ia takut. Ia takut jika ada seorang lagi yang mengisi hatinya. Percayalah, Sesshomaru bukan orang dengan hati yang kuat. Hatinya rapuh, mudah tersakiti, dan sensitif akan kebohongan. Ia takut, takut untuk merasakan sakit lagi.

Jauh dalam hati kecilnya, Sesshomaru tahu, jika dia menerima Rin dalam kehidupannya, maka akan ada kemungkinan kejadian yang sama akan terulang lagi.

Akan tetapi, menerimanya dalam 7 hari sepertinya tidak masalah.


***


Rin melangkahkan kakinya menuju keluar sekolah. Wajahnya yang selalu penuh senyum kini tambah ceria ketika melihat pemandangan di hadapannya.

Sesshomaru ada disana, bersandar pada gerbang dengan melipat kedua tangannya, dihiasi dengan warna senja yang membuatnya semakin.... Ah sudahlah.

"Sesshomaru-sama! Kukira kau tidak akan menungguku!" ucap Rin sambil mendekat.

"Aku tidak akan mengingkari janjiku." balas pemuda itu dengan wajah datar.

Dengan senang hati, Rin menarik lengan baju laki laki yang ada di hadapannya, "Baiklah, ayo kita pergi sekarang!"

"Hn. Jangan tarik bajuku."

"Maaf. Kalau begitu, tangan saja!" Tangan mungil Rin menarik tangan besar itu, dengan senyum manis yang bisa membuat siapapun tidak mampu menolak untuk memandangnya.

Biarkan dia seperti ini untuk 7 hari. Refreshing untuk melupakan gadis yang pergi tanpa pamit padanya, bukanlah hal yang buruk. Ya, bukan hal yang buruk selama Rin tidak bisa mengisi hatinya.


***


Mereka sampai di pasar malam. Hiruk pikuk, dan canda tawa memenuhi alun alun kota, jangan lupa dengan pedagang yang kadang kadang berteriak mempromosikan dagangannya.

Mata cokelat Rin tampak berbinar melihat keramaian dengan berbagai permainan dan tempat makanan yang memenuhi jalan.

"Waah, aku kira tidak akan seramai ini! Nee, Sesshomaru-sama, bagaimana kalau kita..." Ucapan gadis periang itu terpotong kala menatap pria disampingnya yang tampak terus memperhatikan penjual permen apel.

Tersadar dari lamunannya, Sesshomaru kembali menoleh pada Rin, "Apa?"

"Ah, tidak ada kok!" Rin mengibas ibaskan tangannya. "Bagaimana kalau kita membeli permen apel dulu?" Lanjutnya sambil menarik laki laki itu ke tempat permen apel.

"Tolong permen apelnya dua buah!" Pinta Rin pada sang penjual.

Dengan hangat, Pak Penjual itu melayani sang gadis.

"Seperti anak kecil saja." Komentar Sesshomaru setelah mendapat permen tersebut sambil memakannya di tengah jalan.

"Tapi kau menyukainya, kan?" balas gadis disampingnya sambil tersenyum.

"Tidak juga." Sesshomaru segera menepi untuk membuang stik permennya, dan hanya ditanggapi oleh senyuman ragu dari Rin.

Tidak suka katanya....












Hari pertama bagi Sesshomaru memang menyebalkan. Dia sudah terbiasa dengan suara Rin yang berisik. Namun, baru kali ini Ia ditarik-tarik kesana kemari, entah untuk mencoba permainan, atau membeli makanan. Bahkan, pria itu sendiri heran, seluas apakah lambung gadis bernama Rin tersebut sampai sampai makanan yang dicobanya begitu banyak.

Yaah, mungkin 6 hari kedepan akan lebih buruk lagi. Hari ini saja sudah melelahkan, apalagi besok dan besoknya lagi. Sesshomaru harap, waktu bisa dipercepat. Agar Ia bisa tenang dengan menjauhnya gadis ini.

Meskipun dalam hatinya, Sesshomaru merasa bahagia dengan melihat dunia.

⸙͎۪۫  Seven Days || SessRinKde žijí příběhy. Začni objevovat