[S2] Chapter 38

Mulai dari awal
                                    

"Tetapi kita—"

"Verdant De Antonio."

Suara Verdant terhenti sampai di tenggorokan saat Leone menyebutkan nama lengkapnya. Itu adalah tanda peringatan pertama untuk tidak membantah karena keputusan sudah bulat. Ia pun mengurungkan niat untuk menyanggah sang kepala keluarga. "Tidak, Don Luciano. Maafkan saya," ucapnya dengan nada rendah.

Xander tidak ingin berkomentar apapun dengan perdebatan yang ia dengar. Ia sibuk memutar otak, mencoba mengingat dan menyusun beberapa potong informasi yang pernah ia dapatkan tentang kelompok baru yang dibentuk oleh orang-orang Rusia. Meski terkadang ia menemukan bahwa Bratva atau Camorra yang menjadi otak dari rencana kotor yang merepotkan, ia sebenarnya tidak banyak mencari informasi tentang sindikat-sindikat baru yang muncul jika itu tidak melibatkan keluarganya  Namun ia teringat sebuah nama yang pernah diincar oleh Kepala Direktorat Operasional CIA setelah operasi penyelundupan senjata berhasil digagalkan.

"Aku ingin bertanya satu hal pada kalian," ucap Xander dengan nada serius. "Apakah kalian tahu seseorang bernama Antoine Lacroix?"

Leone dan Verdant tidak membalas. Sekali lagi Xander bertanya dengan penuh penekanan, ia bahkan menyinggung tentang seorang mantan anggota militer Prancis yang disebut sebagai "pengkhianat" karena meragukan integritas sistem ia bela. Namun, kedua pria yang mengendarai Mercedes dibelakang Xander itu tidak merespon sama sekali. Ia mulai curiga.

Merasa diabaikan terus menerus, Xander memilih untuk kembali diam. Ia paham mengapa kedua pria itu tidak menjawab pertanyaannya. Jika bukan musuh, tentu saja sekutu. Selama beberapa saat keheningan menyelemuti mereka, hingga tanpa sadar mereka telah tiba di tempat Xavier memberikan lokasi terakhirnya.

Ketika mobil akhirnya berhenti, mereka keluar dengan hati-hati dan mulai menyusuri jalan-jalan yang sepi. Bangunan tua yang telah ditinggalkan begitu saja selama bertahun-tahun, menyisakan aura misterius yang membuat siapa pun yang melihatnya merasa tidak nyaman. Meski masih berdiri kokoh, tidak ada penerangan kecuali cahaya rembulan yang begitu terang dan cahaya senter milik Verdant dan Xander.

Ketika Leone, Verdant, dan Xander akhirnya mencapai ujung jalan beraspal, mereka menemukan sebuah rumah sakit tua terbengkalai yang gelap dan tampak mengerikan. Gedung itu sebenarnya tidak jauh dari pemukiman, hanya tersembunyi di balik pepohonan lebat dan semak belukar.

Mendekati gedung dengan cat putih yang memudar dan tembok mengelupas, mereka melihat sejumlah lampu kecil yang menyala di sekitar pintu masuk, memberi sedikit cahaya di tengah kegelapan. Dengan hati-hati, mereka bergerak perlahan, memastikan tidak menimbulkan kebisingan yang dapat memperingatkan orang-orang yang mungkin masih berada di dalam.

Ketika mereka memasuki gedung, pemandangan yang mereka temui benar-benar mengerikan. Sebuah teriakan menyapa mereka. Di dalam ruang besar yang dulu digunakan sebagai bangsal, mereka menemukan Revian terikat di kursi, wajahnya dipenuhi luka, dan bekas tembakan di perutnya. Ia sekarat, namun masih bertahan. Kekuatan fisik keluarga Cassano memang tidak perlu diragukan.

Di sekitar Revian tergeletak lima pria dan seorang wanita, berbaring di lantai yang bersimbah darah. Semuanya tewas dengan luka parah, menandakan bahwa pertempuran dahsyat baru saja terjadi. Di tengah kekacauan itu, Xavier tampak berdiri membelakangi mereka, memegang sebuah pisau di tangannya. Lengan berotot itu mengeluarkan darah segar karena tersayat.

Verdant dan Xander berlari mendekati Xavier dan Revian dengan cemas. "Xavier, apa yang terjadi di sini?" tanya Verdant dengan nafas sedikit tersengal dan wajah bingung.

Xavier menoleh dan tersenyum lemah, "Aku sedikit menghajar mereka. Mereka sudah menyiksa muridku dan tidak mau melepaskannya."

Verdant akhirnya melepaskan ikatan Revian dan membantunya untuk berdiri lalu keluar dari tempat mengerikan itu. "Kau harus segera ke rumah sakit. Aku akan mengantarmu."

The Devil ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang