Chapter 2

47.4K 4.7K 1.1K
                                    

"Death is a part of all our lives. Whether we like it or not, it is bound to happen."
ALEXA

⚜⚜⚜

"What's wrong?" Milo menghampiri gadis itu dengan tatapan khawatir. Alexa belum menyadari pertanyaan Milo dan ia masih menundukkan kepalanya dengan wajah gelisah. Laki-laki itu memanggil Alexa untuk kedua kalinya, namun kali ini dengan penuh penekanan.

"Alexa!"

Alexa tersentak dan langsung memandang ke arah Milo. Sorot matanya mudah sekali terbaca oleh laki-laki itu. Ia terlihat takut. "Siapa yang mengirim pesan?" tanya Milo lebih lembut.

"Papa..."

Milo memicingkan kedua maniknya. Ada yang tidak beres. Ia langsung merebut ponsel Alexa tanpa seizin gadis itu. Membaca pesan yang diterimanya beberapa saat lalu dengan teliti. Hanya dengan sekali membaca, Milo langsung paham pesan-kode-yang Alexa dapatkan dari nomor asing dengan kode negara +62.

Milo meletakkan ponsel Alexa di samping laptop abu-abu miliknya yang masih menyala. Mendekati gadis itu dan mencoba menenangkannya perlahan. Milo meraih tubuh Alexa dan memeluknya. Ia tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya. "Alexa, calm down, okey? Everything will be fine. I promise."

Dengan suara sedikit terbata, Alexa berbicara dengan penuh buncah. Ia berbicara seakan-akan kata yang keluar dari mulutnya sempat tertahan di tenggorokan. "Siapa yang mau membunuh Papa?"

Milo melepaskan pelukannya. Kembali meyakinkan Alexa agar ia tidak bertindak gegabah. "No one! Tidak ada yang berani menyakiti kedua orang tuamu. Dengarkan aku ba-"

"Morelli itu adalah Papa, Milo!" Alexa memotong perkataan Milo dengan meninggikan suaranya. Gadis itu mencengkeram lengan baju Milo dengan tatapan yang membara. Kali ini ia benar-benar marah.

"Bisakah kau tidak meninggikan suaramu?" pinta Milo.

"Bagaimana bisa ada nomor asing yang menghubungiku dan mengirim pesan seperti ini? Kau pikir aku orang bodoh?" Alexa malah memaki. Sekarang tidak ada yang bisa menghentikannya.

"Alexa! Nessuno potrà toccare i tuoi genitori. Erano al sicuro con Marva!"
[Alexa! Tidak ada yang akan bisa menyentuh orangtuamu. Mereka aman bersama Marva!]

Oh, tidak. Laki-laki jangkung berkaos hitam itu kini berbicara dengan bahasa Italia. Sudah pasti itu membuat Alexa langsung terdiam. Jika Milo sudah berbicara dengan tegas menggunakan bahasa Italia, artinya ia benar-benar sangat yakin dengan apa yang ia katakan-semua akan baik-baik saja. Alexa sangat paham dengan hal itu.

"Marva?"

Mengingat salah satu sahabatnya sedang menjalankan tugas bersama kedua orangtuanya, Alexa menyambar benda persegi panjang di samping laptop Milo dan mencari kontak Marva. Jari-jarinya bermain dengan sangat cepat. Milo hanya menghela nafas berat dengan berkacak pinggang. Ia hanya takut apa yang selama ini ia khawatirkan benar-benar terjadi.

Milo memijat keningnya ketika rasa cemas mulai memuncak. Ia memutuskan untuk keluar dari ruangannya dan membiarkan Alexa menangani hal ini sendirian. Pada kenyataannya ia memang ingin terus berada disamping Alexa, tetapi ia harus memastikan sesuatu terlebih dahulu-tanpa diketahui Alexa.

"Aku akan keluar sebentar. Jika Marva tidak mengangkat teleponmu, cepat panggil aku. Mengerti?" Milo keluar dengan hanya membawa sebuah ponsel di sakunya.

Alexa mengangguk cepat tanpa melihat ke arah Milo. Ia juga tidak memperdulikan langkah cepat laki-laki itu saat ia keluar dari ruangannya. Alexa tidak bisa berpikir jernih. Prioritas utamanya saat ini adalah menghubungi Marva dan memastikan sang ayah baik-baik saja.

The Devil ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang