Keheningan menyelimuti keduanya selama beberapa saat. Hingga Dante tiba-tiba mulai menyebutkan nama Serena dan mulai bernostalgia. Dua puluh menit berlalu dan percakapan terakhir mereka adalah tentang seberapa hebat suami dari putri tunggal keluarga Luciano.

"Serena memiliki selera yang bagus." Leone menyeringai. "Semua orang merindukannya, seperti saat mereka merindukan ibu."

Dante mengangguk. "Aku mengerti kenapa kita tidak pernah membicarakannya. Kita tidak bisa berhenti hanya dengan sebuah kenangan, semua yang dia tinggalkan pada kita sangat berharga."

Kedua kakak beradik itu terdiam. Memori lama tentang bagaimana mereka menemukan kakak tertua mereka mati di tangan musuh, menjadi salah satu alasan yang membuat keduanya berusaha sekuat tenaga melindungi keluarga mereka dari hukuman Tuhan.

Tidak ada yang boleh menyentuh keluarga Luciano ataupun berkhianat. Mereka yang berani mengotori tangan untuk menghancurkan keluarga Luciano hanya akan menjerit kesakitan, menderita, dan terbakar tak terhingga.

Mereka akan dikurung dalam penjara waktu yang kekal. Terjebak tanpa harapan dan peluang. Dalam dunia terkutuk ini, para iblis seharusnya merenungi kesalahan mereka. Sebab keabadian dalam penderitaan dan kehampaan adalah hukuman yang akan menanti di balik gerbang neraka yang hitam.

⚜⚜⚜

Malam semakin larut, Leone harus segera kembali sebelum Alexa mengunci pintu kamar karena ia tidak segera pulang sesuai janjinya setelah meninggalkan pesta perayaan ulang tahunnya sendiri untuk bertemu orang penting bersama Dante.

Leone menutup pintu mobil dengan hati-hati. Menghembuskan napas panjang setelah melirik Dante yang berjalan ke arahnya sembari bermain ponsel dengan santai. Mata Leone terfokus pada jalan di depannya saat ia merenung tentang langkah-langkah yang akan diambil dalam perang rahasia mereka melawan Bratva. Namun, tiba-tiba telepon genggam yang ada di saku jaketnya bergetar. Tepat saat Dante menutup pintu mobil, ia menerima panggilan dari istri kesayangannya.

"Yes, Love?" tanya Leone dengan nada lembut.

Suara Alexa terdengar gugup di seberang telepon. "Leone, kapan kau kembali? Aku baru saja menerima sebuah surat, tampaknya ini berhubungan dengan Bratva."

Leone melirik Dante yang masih sibuk dengan ponselnya dan tertawa kecil, tentu saja karena membaca pesan dari istrinya yang lucu. Ia memastikan bahwa percakapan mereka tidak terdengar oleh telinga yang tidak diinginkan. "Ceritakan semuanya, Alexa."

Alexa memberikan penjelasan dengan cepat, membagikan detail surat misterius yang ia terima. "Seseorang mengirim pesan anonim kepadaku melalui sebuah surat. Ia mengatakan bahwa dia memiliki informasi penting tentang seorang pengkhianat di dalam Bratva yang sedang merencanakan serangan besar-besaran. Ia ingin bertemu dengan kita dan membongkar identitas orang itu."

Leone merenung sejenak, merasakan sesuatu yang janggal dari penjelasan Alexa. "Kita harus berhati-hati, pesan ini bisa jadi perangkap. Kau paham bukan bagaimana liciknya Bratva?"

Alexa menggumam setuju. "Aku tahu risikonya, Leone. Tapi jika ini benar, informasi itu bisa menjadi kunci untuk mengungkapkan kelemahan Bratva. Kita harus menyelidikinya lebih lanjut."

Leone menimbang-nimbang, ia terdiam sejenak sembari menatap Dante yang tampak bingung karena ia terus saja melirik kearahnya. Adiknya terlalu banyak bekerja akhir-akhir ini, ia pun memutuskan untuk tidak akan melibatkan Dante jika apa yang dikatakan Alexa adalah benar.

The Devil ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora