[BUKAN SALAH JODOH]

84 3 0
                                    

⬇️⬇️⬇️
Lima belas menit pertama, semua orang masih sibuk dengan urusan masing-masing. Ada juga beberapa dari mereka yang tertidur pulas. Diantaranya Rian lah yang sudah sangat nyenyak.

Tanpa sadar, Rian tidur dengan bersandar dibahu nana. Saking nyenyak dan nyamannya dia. Mungkin efek tadi malam dia tidak tidur.

Nana yang orangnya memang baik, merelakan bahunya sebagai bantalan Rian. Banyak yang mengolok-oloknya, dia tak peduli. Dan menganggap ini hal biasa saja.

Tak lama, ada alunan gitar melow dibagian kursi belakang. Begitu indah gesekannya, melantunkan sebuah melodi penghantar tidur dengan baik. Banyak yang terbawa suasana olehnya alunannya.

Rendy yang mempunyai rasa usil, ingin membuat suasana berubah. Dan juga, ini momen penting. Bisa duduk berdampingan dengan Tika, seharusnya tidak dilewati dengan cuma tidur. Walaupun sebenarnya dia masih mengantuk.

Tika memperhatikan Rendy hendak berdiri. Dan berinisiatif bertanya.

"Mau kemana?." Ujarnya menatap Rendy ramah, berbeda dari Tika yang sebelumnya ia kenal. Mungkin karena percakapan tadi, akhirnya Tika luluh pada Rendy.

"Ha,"

"Mau, kemana?." Ulang Tika lagi.

"Kebelakang, bentar. Hee" Balas Rendy menyengir, kemudian pergi.

"Kurang kerjaan." Celetuk Tika.

Sasya ternyata mencuri dengar, percakapan antara Tika dan Rendy. Sedari tadi dia senyum-senyum sendiri, menangkap obrolan keduanya. Sempat dipergoki Adit, mungkin dia pikir gadis disampingnya rada konslet.

Sasya semakin menahan tawanya, agar tidak pecah. Menatap wajah Adit yang planga plongo, tidak tahu makna dari tawanya Sasya.

Lihatlah, betapa lucunya Adit dengan wajah bingung itu. Alisnya dinaikan sebelah, posisi kepalanya dimiringkan. Betapa menggemaskan dia. Sasya berusaha menahan tawanya, agar tidak ada yang memasang tampang wajah seperti Adit.

"Kenapa?," Tanya Adit memiringkan kepalanya, memperhatikan sekeliling. Untuk mendapati, apa yang telah membuat Sasya menahan tawanya.

"Emm, hihi. Jadi ginii,-" tawa Sasya bertambah pecah.

Mengingat, dia geli mendengar percakapan antara Tika dan Rendy tadi. Ditambah dengan raut wajah lucu yang ditampilkan Adit.

"Kenapa, lo kesambet Sya?." Timpal Adit menatap kening Sasya.

"Bhaksss," Sasya semakin gelak.

Sasya mengangkat tangannya, mengode tidak. Dan mendorong Adit supaya tetap dikursinya. Karena tadi, dia sempat mendekat dan membuat mereka berdempet.

"Eh, kenapa sih," ujar Adit yang hanya bisa menyengir kuda.

Hufff

"Nggak, papa." Ujar Sasya yang telah puas dengan tawanya. Beruntung tidak ada yang memperhatikan dia menjadi gila seperti tadi, selain Adit disampingnya.

"Loh!?," Adit berdecak heran.

Adit mengeryitkan keningnya, menatap Sasya bingung. Apa, hal aneh yang membuat Sasya seperti tadi?. Adit menggaruk ujung alisnya dengan kelingking.

Tak selang beberapa lama, terdengar seruan dengan suara yang begitu dia hafal.

"OKE TEMAN-TEMAN. UNTUK MENEMANI PERJALANAN KITA HARI INI, MARI KITA BERNYANYI BERSAMA-SAMA." Erang Rendy dengan suara nyaring, berhasil mengubah suasana.

Dengan bermodalkan gitar, dan suara yang menurut orang lain itu biasa saja. Dia nekat menghibur teman-temannya.

Jrenggg,-

𝕸𝖆𝖘𝖎𝖍 𝕬𝖉𝖆 𝕬𝖐𝖚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang