[ End ]

2.3K 217 42
                                    

Malam ini Sunghoon, Sunoo, dan Heeseung berangkat menuju Haeyu. Mereka mengambil jalan yang jarang dilalui. Memang jika melalui jalan ini, waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke istana menjadi lebih lama. Mungkin mereka akan sampai di pagi harinya. Ini mereka lakukan agar rencana mereka tidak diketahui oleh siapapun.

Di tengah perjalanan, entah kenapa Sunoo merasa gelisah. Bulir keringat mengalir di dahinya. Ia mengigit jarinya dan kedua bola matanya bergerak gusar.

"Kau... Kenapa?" tanya Heeseung ketika melihat tingkah Sunoo.

"Eemm... Apa ini akan berhasil?"

"Ya, tentu saja. Kita sudah merencanakan semua ini dengan matang. Kita juga telah berlatih keras. Tentu saja kita akan berhasil. Kita akan merebut Jungwon kembali, lalu kita juga akan mengajak Jake untuk ikut bersama kita. Sesuai keinginan Jungwon, kita akan membentuk keluarga setelah semua ini berakhir," jawab Sunghoon.

Sunghoon menendang kerikil yang ada didepannya. Kakak tertua itu lalu mendongak. Menatap langit yang malam ini dipenuhi oleh bintang-bintang.

"Apa kau ingat saat ibu dan ayah pergi mencari bibit bunga untuk Jungwon? Saat itu Jungwon senang sekali. Ia duduk di teras sampai malam hanya untuk menunggu ibu dan ayah pulang membawa bibit bunga yang dia inginkan. Tapi, ibu dan ayah justru pergi meninggalkan kita. Jungwon menangis dan kau juga," Sunghoon menghela napas sejenak.

"Itu membuatku merasa sedih. Walau Jungwon tau ibu dan ayah tak akan kembali, tapi ia tetap menunggu mereka. Jungwon... dia tulus. Sebagai kakak, aku ingin terus melindunginya. Bukan hanya Jungwon, tapi kau juga, Sunoo. Aku bertanggung jawab atas keselamatan kalian berdua. Hanya kalian keluargaku saat ini," imbuhnya.

Sunoo tersenyum bangga pada kakaknya. Kakaknya itu memang cerewet, pemarah, dan terkadang usil. Hingga kadang-kadang membuat Sunoo marah. Namun, terlepas dari semua sikap menyebalkan Sunghoon, Sunoo tau bahwa kakaknya itu sangat menyayanginya. Sunoo bersyukur akan hal itu.

"Hey Kalian! Tolong jangan mengumbar kemesraan dalam keluarga disini!" teriak Heeseung yang berjalan dibelakang mereka berdua.

"Kenapa huh? Iri? Kau iri padaku? Iri bilang~" sahut Sunghoon jenaka

"Cih, iri pantatmu!"

Sunghoon berjalan mundur. Mensejajarkan dirinya dengan Heeseung. Ia memeluk bahu Heeseung dengan sebelah tangannya. Ia tersenyum lebar ketika penyihir muda itu melihatnya dengan tatapan risih.

Dengan usil, Sunghoon menjawil dagu Heeseung. Lalu bersiul. "Jika kau ingin bilang saja. Aku juga akan memujimu dengan kata-kata manis. Kau lebih tua dariku, kan? Karena kita sekarang adalah keluarga, berarti aku adalah adikmu. Jadi, jangan sungkan-sungkan jika kau ingin bermanja-manja dengan adik tampan mu ini."

Heseung melirik tajam Sunghoon.
"Dasar gila!"

"Hei Heeseung! Aku serius. Kita sudah menganggap mu keluarga. Berhenti bersikap seolah kau tak senang mendapat keluarga seperti kami. Kau tak bisa berbohong. Pipimu merah. Huh, menjijikkan!"

"Berhenti bicara dan pakai tudung kepalamu, bodoh. Kita sudah sampai," ucap Heeseung sembari bergerak memakai tudung kepalanya.

Akhirnya mereka sampai. Terima kasih pada Sunghoon. Berkat ocehannya, perjalanan mereka cukup menyenangkan.

Heeseung berada di baris depan. Ia yang akan memandu jalannya. Sunoo di tengah, kemudian Sunghoon dibelakang. Sunghoon siap dengan pedang yang sewaktu-waktu akan digunakan.

Lorong yang sempit dan gelap membuat Sunoo sedikit kesulitan bernafas dan gemetar ketakutan.

Menyadari itu, Heeseung menggenggam tangan Sunoo agar menjadi lebih tenang. Sunoo sekarang keluarganya bukan. Heeseung rasa ini bentuk kecil kepedulian terhadap anggota keluarganya.

King and Empress | JaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang