Fifth

2.5K 349 45
                                    


Jay melangkah terburu-buru menuju penjara bawah tanah. Sial, si penyihir tawanan kerajaan itu kabur. Jika saja Jay bisa memutar waktu, maka ia akan langsung menghabisi penyihir itu.

Jay melihat Jungwon terduduk lemas. Jay menarik Jungwon agar berdiri menghadapnya. Entah kenapa ia tak bisa marah pada kucing kecil miliknya ini. Jay malah merasa khawatir padanya.

"Hei, apa kau terluka? Apa dia melukaimu? " Jay bertanya dengan kedua tangannya yang menangkup pipi Jungwon.

"Tidak, aku tidak terluka. Raja, aku baik-baik saja. Mungkin dia hampir melukaiku dengan mencekik leherku, tapi mantra yang kau buat melindungiku. Aku berterima kasih padamu." ucap Jungwon dengan tatapan sendunya.

Jay menarik Jungwon kedalam pelukanya. Memeluknya dengan erat sekali. Sang raja juga berkali-kali mencium pucuk kepala calon permaisurinya. Ia merasa lega mendengar Jungwon tidak terluka.

"Raja, aku benar-benar berterima kasih padamu. Kau sudah melindungiku. Aku akan melakukan apapun sebagai balasannya."

Jay melepaskan pelukannya. Jari telunjuknya ia letakkan pada bibir kecil milik Jungwon.

"Sst.... kau tak perlu berterima kasih. Itu sudah menjadi kewajibanku untuk melindungimu. Keselamatanmu menjadi tanggung jawabku. " tutur Jay.

"Huft..... tapi apa aku pantas menjadi permaisurimu? Raja, aku telah membuat kesalahan. Seorang ratu harus pandai mengambil keputusan. Tapi, aku tak bisa mengambil keputusan yang benar. Dan aku rasa aku tak pantas karena itu."

Jay menggenggam satu tangan Jungwon. Di angkatnya dagu sang calon permaisuri untuk menatap tepat pada kedua matanya.

"Kau pantas. Terlepas dari semua kesalahan yang kau lakukan, kau pantas bersanding denganku."

Jemari Jay menyentuh seluruh wajah Jungwon. Mulai dari mata, hidung, pipi, dagu, dan bibir. Semua tak terlepas oleh sentuhan Jay.

"Kau pantas menjadi permaisuriku, kau pantas menjadi ratuku. Wajar jika kau melakukan kesalahan. Karena kau belum terbiasa dan belum mengenal jauh tentang kami, para iblis. Jangan sesekali berpikiran seperti itu. Kau paham ?"

Jungwon tersenyum hingga terlihat lesung pipinya, "Paham, Yang mulia."

Jay mencubit pipi Jungwon. Tak hanya mencubit tapi juga menariknya hingga Jungwon mengaduh kesakitan.

"Aduh! Raja, sakit! Jangan mencubit pipiku terlalu keras. Nanti melebar lagi." sungut Jungwon.

Bibirnya mengerucut. Sedangkan tangannya mengusap-usap pipi bekas cubitan Jay.

"Biar saja. Aku tidak peduli jika nantinya pipimu melebar. Aku akan terus mencubit pipimu hingga melebar sampai sepanjang ini. " Jay berkata seraya merentangkan kedua tangannya, memperagakan apa yang ia katakan.

"Huh, raja menyebalkan! Aku tidak suka. Aku akan melemparmu ke kolam naga."

Jay tersenyum remeh, "Lempar saja kalau kau bisa."

Alis Jungwon menukik. Kedua tangannya mengepal. Tubuhnya sedikit condong ke depan. Sedangkan kedua matanya menatap tajam Jay. Ia kesal diremehkan oleh iblis kurang ajar ini.

Jungwon menarik kuat sebelah lengan Jay. Tapi Jay tetap diam di tempatnya. Membuat Jungwon semakin kesal saja. Jungwon beralih pada kedua kaki Jay. Ia menendang-nendang lutut sang Raja agar terjatuh sehingga ia bisa menyeretnya. Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Sang raja tetap berdiri tegap dengan kedua mata yang meliriknya.

Jungwon tidak akan menyerah. Ia tidak akan kalah secepat ini. Seorang calon ratu harus kuat. Tidak boleh lemah dan mudah menyerah.

"Sayang, aku memiliki sebuah penawaran untukmu. Kau mau
mendengarkannya atau tidak?"

Jungwon pendengus, "Penawaran apa? Raja, jangan coba-coba untuk membodohiku ya. Aku ini sudah besar. Aku juga meraih peringkat tertinggi saat sekolah menengah. Jadi, aku tidak akan tertipu."

"Jika kau berhasil melemparku ke kolam naga, aku akan mengizinkanmu untuk menemui kedua kakakmu." Ucap Jay.

Jungwon tertarik dengan penawaran Jay. Ia langsung menyetujuinya tanpa bertanya apa yang akan ia dapatkan jika gagal.

Jungwon mendorong punggung Jay. Ini mampu membuat Jay berpindah. Tetapi, hanya satu langkah. Lama-kelamaan Jungwon merasa putus asa.

"Raja, kenapa aku tidak bisa membuatmu berpindah lebih jauh lagi? Kau berat sekali. Seperti besi dirumah pamanku." keluh Jungwon.

"Kau gagal. Sekarang kau harus menuruti permintaanku, calon permaisuriku yang cantik." bisik Jay tepat di telinga sebelah kiri Jungwon.

"Permintaan apa?" tanya Jungwon.

Jay tersenyum, jari telunjuknya bergerak menunjuk bibirnya sendiri. Jungwon mengerti. Ia sudah besar masa hal seperti ini saja ia tidak mengerti. Jungwon sebenarnya mau, tapi ia malu.

"Tidak mau." cicit Jungwon.

Jungwon menautkan kedua jari tangannya. Kepalanya menunduk. Tak berani menatap sang raja karena ia yakin pipinya sangat merah saat ini.

"Tapi, kau gagal. Kau harus menurut, sayang!" ucap Jay.

"Bu-bukan tidak mau itu. Maksudnya nanti saja, setelah kita menikah. Tapi, hanya cium ya. Tidak boleh yang lain."

"Sekarang saja. Kalau kita sudah menikah ada sesuatu yang harus kulakukan padamu. Lebih dari cium. Jadi, yang ini spesial."

Jungwon menggeleng menolak permintaan Jay. Pokoknya tidak boleh sebelum mereka menikah. Lagipula mereka akan menikah dua hari lagi. Jay harus sabar menunggu.

"Maaf, yang mulia. Kami disini untuk membicarakan mengenai tawanan kerajaan yang dibebaskan tanpa persetujuan anda. Bukan untuk melihat iblis dan manusia yang sedang bermesraan." ucap Ni-Ki.

Sebenarnya Jay tidak datang sendiri. Melainkan bersama dengan Jake dan Ni-Ki. Seperti yang dikatakan Ni-Ki, mereka ingin membahasan tawanan kerajaan itu. Tetapi, yang Ni-Ki dan Jake lihat adalah Jay yang bermesraan dengan Jungwon.
Yang mana membuatnya ingin muntah pelangi.






































































see u ~

King and Empress | JaywonWhere stories live. Discover now