Bagian XIX 🌲

20 8 0
                                        

"Aku ingin meminta keadilan pada langit yang menyaksikan banyak hal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku ingin meminta keadilan pada langit yang menyaksikan banyak hal. Langit biru yang selalu terbentang melihat kenyataan, namun tidak sedikitpun mengatakan kebenaran pada dunia dan pada setiap insan."-Hello Zero!

(◍•ᴗ•◍)

Seorang remaja berjalan tertatih menuju parkiran, tangan kiri memegang tas miliknya sedang tangan kanan memegang tas kain yang berisi buku tebal milik Si Nol, dan di punggungnya terdapat ransel hitam yang bukan milik dia.

"Ya ampun, berat banget. Ini tas atau besi?" tanya Kenzo.

"Jalani aja gak usah ngeluh," sahut Zero yang melangkah dengan enteng tanpa bawaan sedikitpun.

Kini Kenzo mendapatkan hukuman dari Zero. Hukuman yang bukan tentang kesukaannya, melainkan kali ini Zero memberikan keringanan pada sahabatnya dan Lily. Sehingga mereka tidak mendapatkan hukuman yang bersangkutan dengan matematika melainkan menjadi tukang bawa barang Zero hingga tiga hari ke depan.

Kenzo mendapat bagian membawa ransel berserta tas kain yang berisi buku-buku tebal yang akan menjadi panduan belajar Zero.

Sedangkan Lily, membawa almamater.

Zero memasukan ponsel ke dalam saku setelah selesai memanggil seseorang, dia diam menatap sekitar yang ramai, namun tatapan Zero terhenti pada seseorang yang berjalan ke arahnya.

Senyum Zero mengembang.

"Kenapa Kak?" tanya Aldi, dia mengatur napasnya yang memburu sebab buru-buru untuk menemui Zero yang memintanya datang ke parkiran.

Zero mundur ke sepedanya, dia menepuk pelan bagian belakang sepeda. "Sebenarnya berat banget biarin sepeda aku dinaikin orang lain, tapi karena hari ini aku mau bersenang-senang jadi aku minta kamu buat bawa sepedaku pulang."

Aldi, Kenzo maupun Lily sontak memusatkan perhatian pada sepeda biru yang memiliki keranjang di bagian depan. Aldi mengangguk paham, dia menatap Zero.

"Tapi kak, aku gak tau rumah kakak di mana."

Zero terdiam sejenak, dia mengerjap pelan dengan isi kepala yang mulai mencari alamat rumahnya didalam buku memori kepala.

"Ah pokoknya kamu masuk ke perumahan yang ada di dekat arah mau ke taman besar itu, terus pas lihat rumah besar warna putih dengan halaman kayak lapangan bola dan ada an-"

"Rumah Zero di kawasan perumahan Rose Golden House, nomor 79 Blok A," ujar Kenzo, menjelaskan alamat rumah sahabatnya saat mengetahui jika penjelasan Zero hanya akan membuat Aldi kebingungan.

Zero mengangguk mantap, dia menunjuk Kenzo. "Iya itu alamatnya. Baik banget kamu sampai mau hafal alamat rumah aku."

Kenzo berdecak, dia memutar bola matanya malas.

Aldi mengangguk paham. "Oke deh."

"Antar sepeda aku ke rumah, inget jangan bawa cewek buat diboncengin." Zero menyipitkan matanya, menatap Aldi dengan penuh intimidasi.

Hello Zero! Where stories live. Discover now