0.32 Paman Asahi

1K 193 13
                                    

Shoyo pov

Aku dan Ennoshita Jii-san sedang dalam perjalanan menuju ke laboratorium dengan mobil. Laboratorium yang dikelola keluarga ku jauh dari kota. Jadi membutuhkan waktu sekitar 3 jam an untuk kesana.

"Shoyo ke lab cuma mau ketemu sama Asahi?" Tanya Ennoshita Jii-san kepada ku.

Aku menoleh ke samping. "Huum, aku emang mau ketemu Asahi Jii-san doang."

Ennoshita Jii-san menoleh ke arah ku sebentar habis itu balik lagi liat ke jalan. "Nggak mau bantu bantu gitu misalnya."

"Bantu apa?"

Aku nggak mau berurusan sama yang namanya mayat. Apalagi mayat yang lagi di autopsi. Nggak deh. Aku ke laboratorium juga paling cuma nunggu di bagian luar. Soalnya kalau masuk lebih dalem nanti bau obat obatannya bakal kecium banget.

Tapi nanti kalau kepaksa disuruh ikut ke dalem aku bawa masker sih. Ya walaupun ngebantu sedikit ngurangin bau obat obatannya di hidung ku.

"Aku nggak mau kalau bantu di ruang autopsi." Aku membuat tanda silang dengan tangan ku. Tanda menolak kalau disuruh bantu di ruangan autopsi.

Ennoshita Jii-san malah ketawa.

"Jii-san nggak akan suruh Shoyo ke ruang autopsi kok, Jii-san tau Shoyo takut kan?" Goda Ennoshita Jii-san.

"Nggak, aku nggak takut." Sela ku. "Cuma nggak suka aja."

"Ha'i ha'i, wakatta." Aku tau kok Ennoshita Jii-san lagi nahan ketawa.

Aku nggak takut sama mayat kok. Cuma nggak suka aja liat mayat yang di bedah gitu. Liatnya kayak gimana gitu.

"Oh iya, Ennoshita Jii-san ke rumah emang ada urusan apa sama Tou-san?"

"Ada barang yang mau di periksa."

Aku menautkan kedua alis. "Barang? Barang apa?"

"Shoyo kepo nih."

"Ah Jii-san, kasih tau barang apa?"

Paman ku yang satu ini emang demen banget godain ku. Seperti sekarang contohnya.

"Tapi Shoyo mau bantuin nggak nanti?"

"Bantu apa dulu ih?"

Daritadi di tanya bantu apa nggak di jawab jawab. Emang nyebelin banget.

"Gampang kok, cuma bantu nyari sidik jari aja. Gimana? Gampang kan." Ennoshita Jii-san melihat ke arah ku sebentar habis itu balik lagi liat ke jalan.

"Nyari sidik jari? Mau mau."

Nah kalo ini aku mau bantu. Cari sidik jari seru, aku bisa main main sama serbuk ajaibnya. Aku nggak tau sih nama serbuk ajaibnya itu. Tapi serbuknya keren bisa dekteksi sidik jari di suatu barang.

"Bantu nyari sidik jari langsung aja diterima."

Aku cuma senyum ke Jii-san.

"Shoyo kenapa nggak mau bantu autopsi? Kan Shoyo cuma bantu ambil peralatannya aja nggak megang langsung."

"Nggak mau." Jawab ku sambil geleng kepala.

"Kenapa nggak mau?"

"Ya nggak mau aja, nggak suka."

"Oke oke, Jii-san paham."

"Apa yang Jii-san paham?"

Bukannya jawab Ennoshita Jii-san malah senyum senyum doang.

"Jii-san nyebelin." Gumam ku pelan.

Entah Jii-san denger apa nggak. Emang aku rasa hari ini Ennoshita Jii-san nyebelin banget.

Mafia Family [Haikyuu Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang