Chapter 1 : Perkenalan.

6 3 0
                                    

Elara lari dari gerbang menuju kelas saat mendengar bel mulai berbunyi. Pelajaran pertama hari ini adalah Sosiologi. Guru Sosiologi-nya itu selalu datang sebelum bel berbunyi. Saat ia sampai didepan kelas terlihat meja guru masih kosong, tumben sekali bantinnya. Elara langsung duduk dikursinya.

Terlihat Arrandita sedang sibuk menyalin jawaban dibuku tulisnya.

"Lu udah ngerjain PR Sejarah Indonesia belum?", kata Arrandita dengan tangan dan mata yang masih terfokus dengan pulpen dan bukunya.

"Udah kok, semalem gue sempetin kerjain sebelum nonton drakor." Ujar Elara sambil melepas hoodie dan menggantungnya dibelakang kursi.

"Oh ya lu lagi nonton drakor apa sekarang? Gue lagi gak ada tontonan nih" sahut Kyara sambil memainkan ponselnya.

"Drakor on going, Nevertheless. Btw kok tumben banget Miss Eva belum dateng?" jawab Elara sambil mengeluarkan ponselnya dari saku rok abu abunya.

"Tadi gue dari kantor guru, katanya sih anaknya sakit, dirawat di Rumah sakit karena Tifus." jawab Alvaro yang tiba tiba datang.

"Terus hari ini Presentasinya gimana? Ck gue udah berat berat bawa laptop." Dumel Kyara dengan nada kesal dan wajah yang tampak sangat kesal.

"Bagus lah hari ini free class 3 jam pelajaran. Gue biss tidur lagi, lagian gue yakin Elara pasti semalem begadang. Dateng aja lari larian dari gerbang." ujar Alvaro dengan santainya sambil merangkul Elara.

"YEEE ITU MAH MAUNYA ELU TIDUR. Tapi bagus gue ga harus buru buru ngerjain sejarah." ujar Arrandita sambil mendorong pelan bahu Alvaro lalu meletakkan pulpennya diatas buku kemudian menutupnya.

"Ngomong - ngomong, lu mau sampe kapan ngejomblo El? Jaki jomblo juga, kenapa ga lu coba buat deket sama dia?" Tanya Alvaro sambil melihat serius ke arah Elara.

"Bener juga El, lu ga bosen apa jadi jomblo abadi gitu?" ujar Kyara disusul anggukan kepala dari Arrandita.

"Gue tuh single, bukan jomblo. Lagian gue masih nyaman sendiri gak ada yang harus gue kabarin atau larang larang gue buat main sama kalian. Kalo gue punya pacar belum tentu bisa kayak gini." Jawab Elara sambil memeluk Alvaro.

"Oh iya bener lo ga boleh punya pacar dulu, nanti siapa yang bakal gue hubungi kalo malem malem gak ada temen makan diluar." Alvaro mengeratkan rangkulannya pada Elara.

"Alo, lu mau sampe kapan deh nempelin Elara terus? Kerjaan lu kalo ga nempelin Elara, ngehomo bareng Edo, Jaki sama Nara." ujar Arrandita yang sejak tadi diam melihat teman-temannya. Mendengar pertanyaan tersebut Alvaro melepaskan rangkulannya pada Elara.

"Kenapa Dit, lo suka ya sama gue?" Ujar Alvaro dengan nada serius dan alis yang diangkat naik turun.

Spontan Arrandita yang berada didepannya memukul kepala Alvaro dengan botol air mineral yang ada didepannya. "Kurang aja lu pikir lu secakep apa?" jawab Arrandita dengan nada kesalnya.

•••••

Jam sudah menunjukkan pukul setengah 4 sore. Disusul dengan suara bel sekolah yang berbunyi, artinya sudah waktunya mereka semua pulang. Ketika para siswa senang karena akhirnya selesai sudah pelajaran hari itu, ada satu yang nampak gelisah karena sudah waktunya pulang kembali ke rumah.

Bagi Elara, rumah bukan lah tempat yang sama sejak Mama-nya memilih laki laki yang lebih kaya raya saat Elara masih berumur 5 tahun. Sudah 12 tahun sejak Mama-nya pergi. Rumah yang sederhana itu terasa sunyi dan dingin, rasa yang selalu ia benci saat pulang kerumah. Ayahnya jarang pulang ke rumah, entah ia kemana.

Sering kali Elara menginap dirumah temannya. Terkadang sahabat sahabatnya menginap dirumahnya, bahkan Alvaro. Alvaro adalah sahabat Elara sejak TK, tentu saja keluarga mereka saling kenal. Bukan hal yang aneh kalau mereka saling menginap dirumah masing masing. Orang tua Alvaro pun sangat baik kepada Elara.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 15, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HiraethWhere stories live. Discover now