10.

16.6K 1.9K 67
                                    


Fino itu mood nya naik turun! Bisa drastis dan cepat, bukan berarti dia bipolar... Hanya bawaan dari little space nya.

Hal ini lah yang membuat Reka diam seribu bahasa. Saat ini Fino terlihat menyeramkan. Bagaimana tidak, Fino sedang memainkan sebuah rubik tapi matanya menatap tajam kearah Reka yang pasrah duduk dilantai.

"...Apa?"

Tak tahan dengan keheningan yang sungguh mencekam itu, Reka memberanikan diri bertanya dengan selembut mungkin. Meski jawaban yang ia terima adalah teriakan Fino.

"Apa?! Apaa lo tanya? Ya pikir sendiri!"

Begitulah kira kira teriakan maut Fino. Bahkan tubuh yang tadinya anteng duduk diatas kasur juga ikut ikutan berlonjak saking kesalnya ia kepada Reka.

Ya... serba salah! Reka kira setelah Fino memeluknya tadi siang, masalah mereka akan selesai. Nyatanya tidak sama sekali, Fino menuntut sesuatu saat ini. Dan si bodoh Reka belum paham apa yang sebenarnya diinginkan Fino.

"50 pesan belum terbaca, 11 panggilan tak terjawab... Lo sama Ririn ada apa hah?!"

Reka hanya kelu ketika ditanya begitu. Sumpah! Rasanya anjim sekali, seperti di pergok selingkuh oleh istri sah.

"Enak aja menye menye sama dia, lo tinggalin gue tanpa kabar. Lo tau gue dihukum terus kecapean hah!"

Cklek!

Tiba tiba pintu terbuka dan masuklah Bunda seraya membawa camilan kesukaan Fino dan Reka. Wajahnya kontras sekali menunjukan kekhawatiran kearah Reka.

"Sayang udah dong, kamu udah marah marah dua jam...gak capek?"

Tapi Fino sama sekali tak menjawab. Bunda nya hanya menghela nafas dan menatap Reka dengan raut bersalah. Reka hanya tersenyum kecil dan menggerakan bibirnya tanpa suara. Seolah berbisik kearah Bunda Fino...

"Reka baik baik aja Tante."

Fino bangkit dan dengan gerakan tak terduga mulai memukuli Reka. Meski dengan gerakan yang sekenanya namun tetap saja akan terasa sakit. Tapi Reka sama sekali tak menghindar. Ia justru menerima segala macam amukan Fino.

Beberapa saat kemudian, semua amukan itu reda, saat Fino nampak kelelahan barulah Reka berdiri dan segera meraup tubuh sahabatnya itu. Ia baringkan Fino yang masih cemberut menatapnya sengit. Meski nafasnya tersengal-sengal, tetap saja Fino masih terlihat marah.

"Gak ada hubungan apapun kok Fin..."

Reka dengan telatennya menyeka keringat dikening Fino, ia usap surai panjang anak itu lalu sedikit merapihkannya.

"Dia emang cantik, tapi gue udah tau lebih awal kalau dia gak bener buat gue."

Reka tersenyum kearah Fino yang mulai mencerna mendengarkan. Alis anak itu terangkat dan menatap penasaran kearah Reka.

"Maksudnya?"

"Dia bergabung sama komunitas aneh dan gak wajar buat anak SMA. Makannya gue gak bisa nolak dia secara langsung."

Ctak!

"Maksudnya kalau dia anak baik baik, lo mau gitu pacaran sama dia hah?!"

Nah kan, serba salah lagi! Sudah kena jitak dikening lalu diteriaki pula. Reka hanya menghela nafas sabar dan kembali menjelaskan dengan perlahan. Tangannya tak pernah berhenti mengusap pipi Fino yang sudah kemerahan akibat terus marah marah.

"Emang... Kalau gue pacaran, apa masalahnya hm?"

"Ya gak boleh! Lo bakal ninggalin gue, lo bakal sibuk pacaran, terus gue main sama siapa hah? Siapa?!"

My Boyfriend has a Little Space [1]Where stories live. Discover now