5.

18.4K 2.2K 20
                                    


.
.
.

.
.
.






Sudah tiga hari berturut-turut, tapi Fino masih saja tak memberikan perkembangan. Bahkan Tante Susan dan Om Theo pun sempat kewalahan. Fino malah lebih manja dari biasanya.

"Fino..."

Om Theo terus berusaha mengajak Fino untuk mengobrol. Meskipun jawaban yang didapat dari Fino hanyalah anggukan ataupun gelengan.

Tante Susan bahkan panik bukan kepalang saat sedari pagi hingga siang ini Fino tidak juga bersuara.

Gue sempet mengusulkan untuk membawa Fino ke rumah sakit. Tapi bingung juga karena Fino bukan sakit. Memang sudah bawaan sindromnya dia menjadi seperti ini.

"Fino lebih milih Ayah atau mainan hm?"

Fino diam sejenak dari acara menumpuk beberapa balok. Ia tatap Ayahnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Lucu juga memang, pasti sulit untuk Fino jika ditanya seperti itu.

Om Theo lagi... Menatap penuh harap kearah Fino, seakan pilihan itu mempengaruhi sisa hidupnya.

"Bunda."

Dan jawaban mengejutkan itu terdengar. Satu kata yang Fino keluarkan mampu membuat kami yang ada disini tersenyum lega. Setidaknya Fino masih bisa merespon dan membuat keputusannya sendiri. Meskipun untuk hal yang sederhana seperti ini.

"Yasudah deh... Ayah emang selalu kalah kalau sama Bunda." Meski begitu, Om Theo mengusak pelan kepala Fino dan tersenyum bangga. Beliau lalu mencium dahi anak semata wayangnya itu kemudian bangkit.

"Bunda, Ayah berangkat dulu ya.
Reka.. Om nitip Fino ya."

"Iya Om."

Hari ini adalah hari minggu, Om Theo biasanya bekerja setengah hari seperti ini. Dan Tante susan biasanya hanya mengerjakan pekerjaan ringan dirumah.

Jadi, Fino akan gue jagain hingga Tante susan selesai. Atau sampai Om Theo pulang bekerja.

"Nah, Fino minum susu dulu ya."

Tante Susan membawakan Fino sebuah susu khusus disebuah botol yang biasanya Fino pake. Botol yang memiliki selang didalamnya, dengan maksud untuk memudahkan Fino.

Tapi Fino total mengabaikan. Ia masih betah bermain dengan mainannya yang kini sudah berserakan. Gue pun segera turun tangan.

"Tante, biar Reka saja yang bujuk."

Gue ambil botol susu itu lalu duduk disebelah Fino. Gue panggil ia pelan-pelan, untungnya dia langsung menoleh.

Dan tersenyum...

"Rekaaa." Dia langsung nyahut dan meluk gue.

Kesempatan gak datang dua kali, gue segera gendong Fino yang malah ketawa-ketawa dipelukan gue. Meski sedikit susah membawa Fino ke kamarnya yang berada di lantai dua, tapi akhirnya gue berhasil duduk dikasur Fino.

Fino duduk dipangkuan gue dan segera gue sumpal mulutnya itu dengan sedotan botol ini.

Fino diem dan akhirnya meminum susu itu dengan diam. Gue kasihan juga, semua pergerakan dan kegiatan Fino jadi terbatas. Fino susah kalau minum sesuatu memakai gelas dalam jumlah yang banyak. Kecuali jika sekali tegukan, masih bisa meskipun ada sedikit air yang tumpah dari sudut bibirnya.

Salah satu tangan Fino yang menganggur kini sedang memainkan kancing baju gue. Tapi lama kelamaan pergerakannya semakin tenang dan matanya juga menyayu. Ya, Fino sudah mengantuk.

Hingga susunya sudah tandas setengahnya, barulah mata itu terpejam dan bibirnya juga berhenti bergerak menyedot susunya.

Gue lepas botol dari tanggannya itu yang otomatis selangnya juga lepas dari mulut Fino. Gue tepuk-tepuk pelan pantatnya dan membaringkan Fino dengan perlahan.


"Mimpi indah Fin..."









***




Gue turun menuju lantai satu. Gue lihat Tante susan sedang menulis sesuatu. Beliau menoleh dan menatap gue dengan segan.

"Fino sudah tidur, Tante."
Gue segera berucap sebelum Tante susan merendah. Jujur, gue gak suka jika orang tua Fino bersikap seperti itu. Padahal gue hanya membantu dalam hal kecil, tak seperti mereka yang setiap hari selalu sabar mengurus Fino.

Awalnya gue berniat membantu Tante Susan lebih lama, sebelum Mama gue menelepon dan menyuruh gue untuk pulang. Ada urusan mendadak.

Gue segera pamit dan beranjak pulang. Sedangkan Tante susan kembali sibuk dengan pekerjaannya.










.
.
.

.
.
.

Tbc🐒

Sedikit kegemasan dulu untuk malam ini... Konfliknya belakangan lah yaw👋


My Boyfriend has a Little Space [1]Where stories live. Discover now