4.

18.7K 2.3K 140
                                    


#Reka Pov

***

Menjelang pagi, tapi gue masih betah memandangi Fino yang masih nyenyak tertidur.

"Fin... Fino, bangun."
Berbeda dengan cara membangunkan gue yang terbilang kasar seperti kemarin, kali ini gue tepuk halus pipinya yang entah karena apa kini memancarkan rona kemerahan.

Matanya mengerjap dan Fino menguap lebar. Ia diam setelah gue bantu dia buat duduk.

"Mau minum?"

Fino natap gue dengan mata sipitnya itu. Ia mengangguk pelan dan tanpa lama gue segera mengambil air diatas nakas.

"Kenapa?" Gue tatap Fino yang celingukan seperti mencari sesuatu.

"Bunda.. Pengen bunda."

"Cuci muka dulu habis itu gue anter pulang ya?"

Fino mengangguk dan gue pun segera menuntunnya ke kamar mandi. Fino mencuci muka dengan hati-hati. Pergerakannya sungguh lambat. Sesekali ia juga menjatuhkan benda-benda yang ada di wastafel. Semua itu membuat gue tersadar jika Fino memang sedang berbeda. Seperti yang dijelaskan Tante Susan kemarin malam..

"Udah?"

Fino gak menjawab tapi tubuhnya bergidig seperti sedang menahan sesuatu.

"Lo mau pipis?"

Fino mengangguk dan terus menatap gue.

"Bisa..nggak?"

Dia menunduk seraya memperhatikan celananya. Celana jeans... Semalam gak gue ganti karena kelupaan.

Fino lalu menatap gue lagi seraya menggeleng. Oke, Reka... Ayo latihan menjadi ayah.

***

"Sindrom little space. Fino terjebak little space, Ka."

Sekarang barulah gue percaya saat melihat sendiri keadaan Fino. Reka, lo bodoh banget! Bisa-bisanya lo baru tahu tentang keadaan sahabat lo.

"Buka mulutnya sayang, coba gigit jari Ayah yang kenceng."

Gue hanya diam saat melihat interaksi Om Theo dengan Fino yang berada dipangkuannya. Ya. Setelah membantu Fino di kamar mandi, gue segera nganterin dia pulang.

Fino menurut dan mulai menggigit gigit jari telunjuk Om Theo yang berada tepat dihadapannya, sekencang yang ia bisa. Tapi bukannya mengerang sakit, Om Theo malah menatap Fino dengan sendu. Ia pun berujar kepada Tante Susan.

"Untuk sementara Fino makannya yang lunak-lunak ya, Bunda."

Tante susan mengangguk lalu mulai beranjak menuju dapur dan membawa sesuatu.

"Bunda udah nyiapin bubur buat Fino. Ayah gak usah khawatir, lebih baik segera berangkat kerja. Reka juga.. Hari ini sekolah kan? Bunda udah nelepon wali kelas Fino kok. Jadi kalian jangan khawatir."

Gue maupun Om Theo hanya mengangguk patuh dengan perintah Tante Susan. Meski sedikit enggan, gue segera pulang buat siap-siap berangkat sekolah. Sebelum Om Theo manggil gue dan berucap.

"Om tahu ini sedikit lancang. Tapi Ka, setelah apa yang kamu tahu soal Fino.. Tolong jangan ninggalin anak Om" Rautnya tercetak sedih, jelas sekali jika Om Theo sedang mencemaskan Fino.

"Jangan khawatir Om. Fino tetep jadi sahabat Reka. Dan maaf Reka baru tahu soal ini. Sekarang Reka jadi bisa lebih bijak buat bersikap kepada Fino."

My Boyfriend has a Little Space [1]Where stories live. Discover now