08 - Strategi Dan Rencana

Mulai dari awal
                                    

Ruangan itu mampu menampung 300 orang lebih. Bernuansa gelap, lebih gelap dari ruang luar dari ruangan itu. Yang hanya dilengkapi lampu kuning ditengah-tengah dan setiap sudutnya saja. Pajangan-pajangan kuno, lukisan yang terkesan menyeramkan, dan juga dihiasi dengan belati-belati yang tersusun rapi disebelah kiri membuat ruangan itu sedikit menenangkan, bagi mereka. Ruangan itu kedap suara, karena itu mereka merasa aman untuk bersuara hal yang privasi diruangan tersebut.

Jaguar menutup pintu ruangan tersebut. Namun tetap dijaga dari luar oleh dua orang anggota mereka, untuk berjaga-jaga.

Ruangan saat ini sudah dipenuhi oleh seluruh anggota Dargoza, termasuk tim inti nya, hanya saja minus sang wakil ketua yaitu Daren dan juga Azam.

Bukan tanpa alasan jika mereka sudah berkumpul diruangan ini. Kali ini mereka kembali membahas hal yang menyangkut penyebab kematian Aditya yang belum jelas penyebabnya dan sekaligus menyusun strategi untuk membalaskan dendam mereka pada Bernus yang sudah membuat wakil ketua Dargoza "Daren" Masih terbaring koma sampai saat ini.

Anras yang duduk di kursi tertinggi yang dihadapi oleh lebih dari 300 anggota Dargoza, dengan tegas menyampaikan penjelasan dan juga ide-ide nya. Genta yang duduk di dekat Anras, untuk menggantikan posisi Daren sementara, ikut membantu Anras menyampaikan segala rencana yang sudah mereka fikirkan untuk dilakukan nanti dengan benar. Beberapa dari anggota Dargoza berpendapat, termasuk Endra menyuarakan idenya sebagai tambahan. Ia memang konyol orangnya, tapi kalau sudah diposisi seperti ini dia juga bisa sangat serius, begitu juga dengan Mahes, teman konyol sejolinya.

"Bang Anras, hasil autopsi bang Aditya udah gue ambil." ujar Cakra yang kini berdiri, untung saja dia ingat sebelum diskusi ini selesai. Ia memberikannya pada Jaguar kemudian Jaguar memberikannya pada Anras.

"Menurut hasil autopsi, Bang Aditya mengalami kekerasan sebelum kecelakaan itu terjadi. Bang Anras bisa liat sendiri hasilnya di kertas itu." ujarnya memberitahu.

Seisi ruangan sangat kaget mendengarnya, kenapa itu bisa terjadi! Bukankah Aditya meninggal karena kecelakaan!

Hasil autopsi itu memang sudah keluar sekitar satu bulan yang lalu. Tapi Anras selalu tidak sempat dan lupa untuk mengambilnya. Maka dari itu ia menyuruh Cakra mengambilnya selasa kemarin. Cakra yang sudah sangat-sangat kepo, ia melihat hasilnya lebih dulu. Baru hari ini ia serahkan pada Anras.

Anras membaca dengan seksama kertas hasil autopsi itu.

Brakk

"Bangsat!" umpat Anras saat menggebrak meja itu secara tiba-tiba hingga membuat semua anggota langsung ikut berdiri, begitu juga Endra dan Mahes yang langsung terpelonjat kaget.

Genta mengambil kertas itu dan ikut membacanya.

Brakk

"Benarkan, dari awal kita nemuin Aditya dijalan yang sudah nggak bernyawa, itu rasanya sudah mencurigakan! Ditambah penabrak yang belum bisa diketahui dan dilacak sampai saat ini, itu sudah sangat menambah kecurigaan." ucap Genta.

"Apakah ini ada Konspirasi." kata Mahes bersuara.

"Gue juga mikirnya gitu." timpal Cakra yang sependapat dengan Genta.

"Berarti, kematian Aditya bukan murni kecelakaan!" sahut Endra.

"Itu sudah jelas." jawab Genta.

ANRASKA FOR ADREATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang