Chapter 47; tears

1.2K 164 13
                                    







Author's POV

---

"Lalu, jika bisa terlahir kembali, kau ingin menjadi siapa?"

"Aku ingin mendapatkan setidaknya setitik cinta yang tulus dari Apollo. Walaupun aku akan mati lagi, tetapi setidaknya aku masih mendapatkan cinta yang begitu besar darinya,"

---

Lilith's POV

Aku terlonjak.

Tidak kusangka rentetan kejadian itu kembali terputar dalam pikiranku.

Aku menatap ranjang bagian kananku yang biasanya ditempati oleh Dion, tetapi hasilnya nihil. Kosong.

Yah, sebenarnya tidak heran karena aku tertidur saat sedang membaca buku di siang hari. Saat ini, pria itu pasti masih melaksanakan tugas putera mahkotanya. Aku masih membenci fakta bahwa di dunia ini bangsawan tidak biasa tidur siang. Ayolah, dulu bahkan eomma paling sering memarahiku karena aku lebih memilih menonton drakor tentang gadis bodoh yang jatuh cinta sama cowo jelmaan kupu-kupu bukan malam dibandingkan tidur siang.

Katanya, "pantesan mata kamu minus, nonton drakor teros!"

Padahal kan minus itu bisa terjadi bukan gara-gara drakor doang:<. Dasar mak mak Fesbuk.

Okei, back to the topic. Sekarang aku sedang membangunkan tubuhku—walau sebenarnya susah sekali karena kasur yang sialnya memiliki daya tarik melebihi blackhole—dari tempat tidur Dion untuk kembali melakukan aktivitas siangku.

Membaca.

Yakali. Sudah cukup aku mual sampai pengen muntah aja rasanya ketika berkutik dengan buku KUHP dan KUHPer pas hidup sebagai Mina. Demi Tuhan, tidak lagi.

Aktivitas siang yang kumaksud adalah berkebun!

Tidak, tidak, kalian ga salah dengar.

Walaupun aku tadinya aku paling benci dengan mahkluk bernama cacing, tetapi aku memutuskan untuk menyudahi perang dingin itu dan mulai bersahabat dengan kaum tidak bertulang belakang itu. Ayolah, cacing itu salah satu faktor penting dalam bertanam.

Aku memutuskan mengganti pakaian ala-ala putri rajaku dengan gaun yang lebih sederhana dan lebih pendek. Kalau tetap memakai gaun yang tadi bisa-bisa pulang-pulang warnanya sudah berubah dengan ombre coklat.

 Kalau tetap memakai gaun yang tadi bisa-bisa pulang-pulang warnanya sudah berubah dengan ombre coklat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ya, ya, tentu saja bangsawan tidak boleh memakai gaun sependek ini. Jadi jangan bilang siapa-siapa ya terutama Dion!

"Nona! Jangan bilang Anda mau berkebun lagi?"

Aku melihat Sofie dengan pandangan 'kau tidak perlu bertanya lagi karena jawabannya sudah pasti iya'.

Ngomong-ngomong, Sofie kembali dengan bahasa formalnya sejak kami tinggal di istana. Pasalnya, pelayan istana tuh kayak mesin gossip berjalan. Ia jadi anxiety gitu, takut kalau dia dibilang pelayan tidak sopan terus jadi omongan semua orang.

A Mission to Change the Stupid Villainess' FateWhere stories live. Discover now