Chapter 23; the oracle

5.5K 793 27
                                    

Good morning!!
Bagi yang bingung kenapa kemaren tiba-tiba ada cerita di Olympus mungkin bakal tercerahkan abis baca ini hihi~

Selamat membaca~ Jangan lupa vote dan comment~

Author's POV

Lilith menatap sekeliling sambil meminum teh hangat yang baru saja diberikan pelayan istana. Ia kesal dengan pandangan semua orang yang berfokus ke arahnya.

"Sudah kubilang aku tidak hilang ingatan dan hentikan tatapan menyebalkan kalian yang seolah-olah ingin mengulitiku sampai tersisa tulang rusuk saja," omelnya. Dia kesal karena pertanyaannya tadi tidak dibalas dan ia malah difitnah hilang ingatan. Bagaimana mau hilang ingatan kalau ia saja tidak pernah ke sini?

"Ini kamar kakak,"

Jawaban Irena membuat Lilith tersedak dan Dion segera menepuk-nepuk punggungnya pelan untuk menenangnkan.

"Cukup, aku harus pergi dari sini," Lilith langsung menyingkap selimutnya dan segera turun dari kasur sebelum kedua tangannya ditahan dari arah yang berlawanan.

"Kau mau kemana?"

"Kau tidak boleh kemana-mana,"

Dua orang pria berambut emas dan perak terlihat kompak menahan Lilith agar tetap pada tempatnya. Lilith memutar bola matanya.

"Tentu saja ingin turun. Bagaimana bisa dengan lancangnya aku tiduran di atas tempat tidur putera mahkota kerajaan ini?"

"Khusus untukmu, aku tidak mempermasalahkannya," ucap Dion lembut sambil berusaha membuat Lilith kembali pada posisinya yang semula.

"Sebenarnya aku sangat ingin mengeluarkanmu dari sini dan memindahkanmu ke mansionku, tetapi kesehatanmu lebih utama," ucap Arte yang tentu saja mendapat tatapan tajam dari Dion.

"Mengapa kau ingin memindahkannya? Tempatnya di sini," ujar Dion tidak terima.

"Memang kau memiliki hak apa atasnya, pangeran?"

"Aku calon suaminya,"

"Memangnya dia sudah setuju? Siapa tahu lebih memilih menjadi Duchess Lycus,"

Lilith memejamkan mata dan mengosongkan pikirannya. Perdebatan tidak penting kedua orang ini benar-benar tidak masuk akal. Demi dewa dirinya tidak ingin menjadi istri siapa-siapa. Ya setidaknya untuk waktu dekat ini.

Lilith membuka matanya dan mendapati Ophelia dan Elois yang berdiri bersisian. Tunggu, sejak kapan mereka jadi dekat? Ah, lupakan. Lebih baik sekarang ia memikirkan cara untuk kabur dari kedua pria yang mengganggu ketenangannya ini.

Ophelia dan Elois yang ditatap Lilith dengan tatapan memelas akhirnya mengiyakan keinginan Lilith untuk membantunya dan dengan sekejap mata, tanpa dua oknum itu sadari, ketiganya sudah berada di balkon karena permintaan Lilith sendiri. Ia ingin mencari angin karena penat dengan pikirannya sendiri. Tentu saja Kai juga ikut.

Lilith memandang ke arah mereka yang juga duduk di kursi dengan meja berbentuk lingkaran itu, "sekarang jelaskan mengapa kalian dan Arte bisa di sini. Lalu mengapa aku bisa di kamar Pangeran?"

"Wow, satu-satu nona," ujar Elois dengan nada bercanda lalu memandang Ophelia seperti berbicara, 'kau saja yang jawab'. Dasar laki-laki itu.

"Kakak sedang ada urusan di istana bersama Kak Dion dan aku hanya ikut karena Irena bilang ia merindukanku. Lalu saat bertemu dengan Irena, aku bertemu dengan Elois yang sedang memberikan desain gaun kepadanya,"

"Tuan Putri bilang ia ingin dibuatkan baju seperti mu, Ly. Aku sudah bilang kalau aku desainer yang jenius,"

Lilith mencibir. Ayolah, sekitar tujuh puluh persen desain gaun itu adalah buatannya. Seharusnya dia yang sombong. Namun, ia tidak ingin mempermasalahkan itu sekarang.

A Mission to Change the Stupid Villainess' FateWhere stories live. Discover now