06. Blood, Sweat and Tears

Start from the beginning
                                    

Salah satu tangannya membuka kancing gaun tidur Arselin. Sedangkan satu tangannya lagi menahan dagu Arselin agar tidak bergerak.

"Kemarin kita sudah melakukannya dan sekarang kamu ingin lagi?"

"Sebenarnya tidak begitu ingin. Tapi karena malam ini peristiwa bulan darah. Makannya aku tidak ingin melewatkannya bersamamu."

Arselin ingin menolak. Tapi dirinya sudah half-naked. Bagaimana lagi?

"Ya sudah kalau itu yang kamu mau."

"Tapi," Archilles terdiam sesaat, merasa takut untuk mengatakan bahwa, "aku bermain sedikit kasar, tidak apa?"

Arselin mendelik.

"Kenapa begitu?"

Archilles terlihat meringis. Tak lama itu iris matanya perlahan berubah menjadi merah,
bersamaan munculnya satu taring di gusinya.

"A-ada apa?"

"Aku agak menginginkan darah malam ini. Dan satu-satunya darah yang bisa membuatku bergairah, itu darahmu."

Arselin mati kutu. Takut.

Itu yang ada dibenaknya.

"Tenang saja. Aku tidak akan sampai membunuhmu."

Raut wajah Arselin tertampang jelas kalau dirinya sedang takut setengah mati. Tapi disisi lain, ia tidak bisa menolak.

"Kamu...percaya padaku, kan?"

Jeda cukup lama.

Setelah dipikir-pikir, Arselin tidak mempunyai daya upaya disana. Sekalipun dirinya menolak, Archilles bisa saja memaksa atau bahkan yang parah lagi, ia bersikap lebih kasar.

"Ya," Arselin mengangguk akhirnya.

"Aku percaya padamu."

Malam ini Arselin akan melihat sisi kelam dari Archilles. Memikirkannya saja sudah membuat Arselin gugup. Perasaan gugup itu semakin besar kala melihat Archilles membuka satu persatu kain yang menutupi tubuh kokohnya.

"Aku mencintaimu, Arselin." bisik Archilles disela pelukannya. Awalnya memang terasa nyaman, tapi lama kelamaan, Arselin meringis karena ada benda runcing yang tengah berusaha mengoyak kulit lehernya.

"AAA SAKIT!!" Kedua mata Arselin terbelalak. Pupilnya bergetar hebat ketika taring Archilles berhasil mengoyakkan kulit lehernya.

Darah mulai menetes dan disaat itu jugalah, Archilles menyesap habis semuanya.

Archilles melakukannya berkali-kali dan di tempat yang sama. Ia benar-benar gila.

Suara kecapan terdengar sangat berisik. Layaknya anak kucing terlantar yang baru pertama kali diberi sebuah susu.

"Buka matamu."

Setelah Arselin membuka kedua matanya, Archilles langsung mengotori bibir Arselin dengan bibirnya yang saat itu masih penuh dengan darah.

Ia menumpahkan semua bekas darah itu ke bibir serta lidah Arselin. Lalu mengecap, melumatnya dengan ganas.

Arselin mual. Baunya sangat amis, tapi, terasa sangat manis di sisi lain.

Blood & LightWhere stories live. Discover now