Chapter 1 : Rekan

56 28 112
                                    

"Pulang juga kau!" teriak seseorang saat Riot membuka pintu dengan tubuh basah kuyup. Dia adalah Jems, salah satu rekan Riot yang memiliki badan besar berotot.

"Hey... kau menghalangi jalanku! Maksudku, lihat badanmu, semakin besar dan padat kawan," timpal Riot sambil meletakkan sepatunya yang basah akibat kehujanan.

Jems merasa tersanjung dengan ucapan Riot. "Haha... kau bisa saja, lalu... apa yang kau bawa itu?" selidik Jems melihat barang yang dibawa Riot.

"Ini?" Riot memastikan. "Ini hanya oleh-oleh yang biasa aku bawa, kebetulan ada barang bagus di perjalanan," ungkapnya santai.

Riot memberikan barang jarahan dari orang-orang yang dihabisi olehnya kepada Jems.

Usai berbincang, Riot dan Jems masuk ke ruang tengah markas. Di dalam, nampak empat orang yang merupakan rekan Riot juga. Tanpa mempedulikan sekitar, Riot menanggalkan pakaianya yang basah karena air hujan dan hanya menyisahkan tubuhnya yang bertelanjang dada, sehingga nampak dengan jelas tubuhnya yang sangat didambakan oleh banyak wanita.

Dari salah satu sudut ruangan, seorang wanita anggun dan cantik jelita berjalan mendekati Riot dengan membawa handuk di tanganya. "Ini...!! Cepat pakai dan ganti pakaianmu, bisa repot jika pemimpin kita terkena penyakit yang viral belakangan!!" ketus wanita itu.

"Terima kasih Melody, seperti biasa kau penuh perhatian. Tapi, aku ini kehujanan, bukan berhimpitan dengan orang-orang," jawab Riot sambil mengenakan handuk pemberian wanita itu.

"Kau seharusnya tak perlu khawatir. Meskipun dia tertular, paling juga virus itu yang lari ketakutan," ucap Areo, pria tinggi berkulit hitam dengan rambutnya yang sedikit ikal. "Lagipula, Riot kan bukan orang biasa, jikapun ada manusia super, dia ini super dupernya," canda Areo memecahkan suasana.

"Hahahaha... Areo... Areo... kau ini bisa saja membuatku tertawa hahaha...." kata Saskia, seorang gadis yang berbadan mungil dengan sifat kekanak-kanakanya. "Ohya Jems, barang apa yang kau bawa itu? Mainan?" tanya Saskia melihat Jems meletakkan 'oleh-oleh' yang dibawa Riot ke atas meja tengah.

"Mainan saja yang ada di pikiranmu!" ucap Gery dengan nada serius sambil membenarkan kacamatanya yang miring setelah membuat coklat panas untuk Riot. "Silahkan tuan, coklat panasnya!" Gery menggoda Riot dengan meniru gaya seorang maid.

"Kau ingin menggodaku Gery? Maaf ya, aku masih suka lubang surga!" timpal Riot memecahkan tawa rekan-rekanya. Kecuali Saskia yang nampak kesulitan mencerna joke teman-temanya.

Saskia tak mengerti candaan yang Riot lontarkan. Dia tidak begitu menyukai kalimat-kalimat yang maknanya tidak jelas dan mengharuskan pikiranya bekerja untuk tahu apa maksud sebenarnya.

Saskia beranjak menuju Jems yang sedang membongkar oleh-oleh dari Riot. Jems yang melihat Saskia berjalan menuju arahnya, langsung memahami apa yang diingin kan gadis berbadan mungil itu.

"Mau membantuku?" Jems tersenyum ramah pada Saskia.

"Bolehkah? Aku tidak begitu mengerti pembahasan mereka," Saskia mengerucutkan bibir mungilnya yang membuat wajahnya semakin imut.

"Hey sudahlah, kau tidak harus mengikuti mereka jika kau tidak suka," ungkap Jems menenangkan gadis kekanak-kanakan itu. "Cukup jadi dirimu saja, jika kau tetap tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, abaikan, dan lakukan apa yang kamu suka." Jems mengelus-elus rambut Saskia.

Saskia tidak lagi memajukankan bibirnya. Sebaliknya, dia justru tersenyum mendengar perkataan Jems. "Kau selalu bisa menenangkan perasaanku ya Jems," Saskia memegang tangan besar Jems yang berada di kepalanya. "Terima kasih Jems," Saskia tersenyum lebar yang membuat lesung pipitnya terukir jelas.

RIOT : Raid Story (ON GOING)Where stories live. Discover now