19. He's Dangerous

299 39 163
                                    

Setidaknya mereka mempunyai niat mencegah pelaku untuk bunuh diri di daerah Myeongdong. Namun, niatnya sama sekali tidak tercapai. Nyatanya, saat mereka turun dari mobil, pelaku itu terjun bebas dari gedung berketinggian kurang lebih 70 meter.

Bayangkan bagaimana remuknya tubuh pria itu ketika sudah mendarat di aspal mulus dilengkapi tumpukan salju yang berada di pinggiran. Dingin memang, tetapi belum cukup untuk mencegah aliran darah yang membanjiri aspal. Orang-orang berkerumun, heboh sendiri seperti menyaksikan fenomena luar biasa, berteriak menggelegar, hingga ada yang pingsan.

Han ternganga lebar saat menyaksikan detik-detik nyawa pria itu direnggut sang malaikat pencabut nyawa oleh mata kepalanya sendiri. Han shock. Seumur hidupnya baru kali ini dia melihat langsung seseorang bunuh diri demi tidak diseret masuk ke jeruji besi.

Senekat itu. Nyalinya besar.

Jay buru-buru membubarkan kerumunan, dan memberi garis polisi agar tidak ada yang melewatinya selama penyelidikan.

Di sisi lain, Leira tengah mengajak Jung untuk masuk ke lubang perdebatan. Berbagai pertanyaan yang berkelebat di otaknya harus segera ditanyakan. Terlalu banyak, hingga membuat Leira pusing sendiri.

"Kau kan yang membunuh Bae Soora?!" tanya Leira, sarkastik.

Jung menyalakan sebatang rokok, lalu menyesapnya hingga mengeluarkan banyak kepulan asap. "Serius, bukan aku. Ini berkata jujur loh, tidak dibuat-buat."

"Jangan bohong, Jung!"

Jung melirik Leira, lalu menyesap rokoknya lagi. "Buat apa aku berbohong padamu? Kalaupun aku yang menabrak Soora, tidak mungkin aku membawa pulang mobilku dengan keadaan cacat, bodoh!"

"Lalu, rekaman cctv?"

"Aku memasang cctv di tiang seberang garasi kita tanpa sepengetahuan mu. Makanya aku memiliki bukti bahwa kau pulang dengan keadaan mobil baik-baik saja. Seharusnya kau berterimakasih padaku, duplikat setan!"

Leira mendengkus kasar, "Berterimakasih? Aku seharusnya berterimakasih pada pengirim kue itu, bukan kau, bajingan!"

"Menurutmu, siapa yang mengirim kue sekaligus surat itu?" Jung mematikan rokoknya yang tinggal separuh. "Itu aku." Jung menghela napas. "Mau tau siapa yang bunuh diri di Myeongdong?"

Leira terdiam. Pertanyaan yang diucapkan Jung adalah pertanyaannya yang ketiga. Masih menatap punggung suaminya, dia tengah menyalakan televisi dengan saluran yang menunjukkan terjadinya seseorang bunuh diri dari ketinggian gedung kurang lebih 70 meter di daerah Myeongdong. Kejadian ini benar-benar terjadi. Surat itu tidak main-main.

"Jangan bilang, Kau-"

"Tidak kok. Tanganku masih suci untuk tidak membunuh siapa pun dalam situasi apa pun. Bukan aku, melainkan anak buahku yang merelakan nyawanya demi memperlancar permainan ini. Tidak ada perintah atau pemaksaan dariku. Bagaimana, sekarang bisa berterimakasih padaku?" Jung menjelaskan rinci.

"Dasar bajingan! Kau biadab. Sinting!"

"Jangan memaki seperti ini, duplikat setan. Kita sama-sama bajingan, biadab, dan sinting. Lebih baik kau katakan rahasia terpendam yang belum ku ketahui atau akibatnya akan bertambah parah," tukas Jung dengan nada sesantai mungkin.

Lelah berada di situasi rumit, Leira memutuskan mengambil kunci mobil Jung yang tergeletak di samping televisi, lalu melaju menuju flat Jimin. Sepertinya rencana kabur bersama pria keduanya itu akan terlaksana hari ini juga. Tidak mau menunda daripada masalah muncul lebih banyak lagi.

Jung masih stagnan pada posisinya, membiarkan kepergian Leira tanpa berniat untuk menahan wanita itu. Lantaran Jung tahu, tujuan Leira tidak lain adalah flat Jimin. Istrinya tidak resmi memutuskan hubungan dengan temannya sendiri alias Park Jimin.

He's DangerousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang