22. Feeling Relieved

194 38 148
                                    

Mau sekuat apa pun berusaha, jika tidak menemukan jejak atau petunjuk yang mampu menemukan satu bukti saja, maka kasus harus diberhentikan. Mengingat para anggota kepolisian berusaha keras selama enam bulan lebih untuk mengupas tuntas kasus penculikan yang rumit.

Jay mendesah pasrah. Selama ini usahanya tidak ada hasilnya. Meskipun dia tahu jika pelaku penculikan itu bunuh diri di depan matanya. Namun, dia tidak benar-benar yakin jika pria itu adalah pelaku aslinya. Jay masih ragu. Dan dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menurut dengan kepala kepolisian.

Han yang baru keluar dari ruangan atasan dengan membawa banyak berkas, tak sengaja melihat Jay yang tengah melamun ke arah luar. Han tahu, jika Jay sudah pasrah atas keputusan hasil bersama, namun lebih merujuk kepala polisi yang memutuskan.

"Sonbae, ayo makan di restoran depan!" ajak Han, harap-harap meredakan rasa penyesalan Jay menyetujui keputusan begitu saja.

Jay tersentak karena teriakan Han, bahkan pria itu masih berdiri sambil membawa berkas. "Makan sendiri saja, aku tidak minat." Han menghela napas, lalu duduk di depan Jay. "Lupakan masalah itu sebentar saja, lagi pula kita sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi, kasus sudah resmi ditutup."

"Han, tolonglah, bujuk Pak Yo sekali lagi agar beliau mengubah keputusannya. Aku tidak lega jika tidak menangkap pelaku aslinya."

"Pak Yo itu orangnya keras kepala. Kalau sudah membuat keputusan, mau tidak mau kita harus menerima sebagai bawahannya. Lain halnya denganmu, aku sudah yakin jika pelaku itu memang sudah mati, Sonbae," ujar Han serius.

Jay memang tidak pernah lega sebelum kasus yang dia tangani terkupas tuntas. Dirinya menanamkan prinsip; tidak akan menyelesaikan kasus di tengah jalan, semuanya harus selesai sampai akhir.

Untuk kali ini prinsip itu tidak berlaku karena terhalang oleh keputusan atasan. Jay akan menerima itu, walaupun sulit lapang dada. Ini kasus pertama dan terakhir yang Jay tidak bisa selesaikan. Untuk ke depannya, jangan sampai terulang.

Kedatangan pasangan yang ditunggu mereka berdua, berhasil mencuri atensi Jay duluan—ketika dia tidak sengaja memandang arah luar. Mereka terlihat bahagia, senyum mengembang di wajahnya, seperti habis menang lotre.

Han langsung mengganti posisi duduknya, di samping Jay ketika Jung dan Leira duduk. Rupanya mereka datang terlambat sesuai jam yang ditentukan, lebih 5 menit.
Jung menerima surat yang disodorkan Jay, pun mengulas senyum senangnya lagi. Ia sudah tahu bahwa surat yang dipegangnya berisi keputusan para polisi maupun detektif untuk mengakhiri penyelidikan.

Mereka tidak banyak membahas apa pun, Jay dan Han sudah lepas tangan. Para detektif itu sudah tidak berhak ikut campur lagi. Meskipun Jay masih menaruh rasa curiga pada Jung dan Leira, dia diam saja.

"Sebelumnya, terima kasih atas bantuan kalian selama enam bulan lebih untuk menyelesaikan kasus penculikan saya. Dan saya juga lega pelakunya sudah tiada, Jay-ssi." Jung mengucapkan serentet kalimat dengan berlagak tulus, tapi ia memang kagum atas kegigihan Jay selama ini demi menyelesaikan kasusnya. Jung dan Leira membungkuk sopan, pun meninggalkan kantor polisi dengan perasaan senang sekaligus lega. Semuanya telah selesai.

***

Melepas jas bersamaan menghempaskan tubuh ke atas ranjang, helaan napas berat Jung mengudara. Sepulangnya dari kantor polisi, ia tidak langsung menuju kantor, melainkan pulang lagi ke rumah.

Jung menunggu kepulangan Leira, karena mereka berangkat dengan mobil masing-masing. Melihat langit-langit kamar, ia jadi mengingat pertengkarannnya dengan Leira tempo lalu. Istrinya itu enggan menerima kematian Jimin, memaksanya untuk memberitahu di mana letak makam Jimin berada.
Namun, Jung enggan memberitahu, memilih ribut dengan Leira sepanjang malam. Berakhirlah dengan ia tidur di sofa lantai bawah, sendirian, tanpa ada selimut yang menggulung tubuhnya di saat dinginnya badai salju.

He's DangerousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang