Raiden-chapter 36

Start from the beginning
                                    

"Kalian masih marah sama Ayah, hm? Alena, Devan? Kamu marah juga sama om, Samudra?"

Samudra menggeleng kepala cepat. "Engga si, cuma ya agak kesel dikit aja."

"Sama aja," dengus Geno.

"Alena enggak marah kok sama Ayah, mungkin tante Arabella bisa jadi orang yang baik untuk kita semua."

"Sini anak Ayah," Geno melebarkan tangan pada Alena, agar sang anak masuk dalam peluknya.

Alena menghampiri Geno lalu memeluk pria itu erat. Tetapi Devan juga beranjak dari duduk lalu ikut memeluk. Geno tersenyum hangat walaupun wajah anak lelaki nya ini tetap datar padanya.

"Eh, kayanya itu Raiden." Ucap Alena melepas pelukkan.

"Alena berangkat dulu yah," pamit Alena pada Geno.

Geno mengusap kepala Alena pelan. "Iya, hati-hati ya."

Setelah berpamitan dengan semuanya Alena melangkah kaki keluar dari rumah. Membuka pintu rumah, gadis itu terlonjak kaget atas kehadiran Raiden yang sudah berdiri didepan pintu rumahnya.

"Ish bikin kaget aja!"

Raiden menangkup wajah Alena menatap lekat kedua manik mata gadis itu. "Nangis lagi?"

"Aku enggak nangis lagi kok." Jawab Alena menampilkan senyum manisnya.

Wajah Raiden semakin mendekat mengikis jarak keduanya. Alena memundur kepala. "Mau apa?"

Lelaki itu mengecup kedua mata Alena, lalu beralih mengecup kedua pipi merah gadis itu. Bagaimana tidak bersemu merah pipi Alena jika pagi-pagi begini Raiden bersikap seperti ini?

Rasanya ribuan kupu-kupu mendarat didalam hatinya.

Terlalu masuk dalam lamunan, Alena meringis dikala terasa sentilan didahi nya.

"Ayo berangkat, mau dihukum?"

Dengan mulut mendumel gadis itu berjalan kearah lelaki itu yang sudah naik keatas motor miliknya. Baru saja tadi bersikap manis, kini sudah kembali lagi ngeselinnya.

Raiden melajukan motor dengan kecepatan sedang. Pagi ini ibu kota belum ramai akan pengendara, jadi bisa dengan bebas merasakan betapa sejuknya udara pagi.

°°°

Motor vespa matic milik Raiden mulai memasuki area sekolah. Ya memang jika untuk bepergian sekolah atau bersamaan dengan Alena, Raiden menggunakan matic. Beda lagi kalau diarea balap.

Merangkul bahu gadis itu agar menempel padanya, lalu berjalan bersamaan menuju kelas Alena.

Di tengah koridor sekolah Alena mendogak kepala menatap lelaki itu. "Kamu jangan bolos ya! Senin depan kita udah ujian, jadi kamu harus rajin masuk kekelas. Kalau bunda hukum kamu karena bolos lagi aku gak mau bantu."

"Ujian masih lama."

"Iya, tapi kamu harus ada persiapan buat ujian Raiden. Kalo aku liat kamu bolos lagi awas aja!" Garang gadis itu.

"Kalo lo liat kan," gumam Raiden pelan.

"Ngomong apa?" Tanya Alena sinis.

Raiden. (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now