SPOILER

125 7 0
                                    

BRAK!

Suara dentuman yang keras mendominasi hampir setiap sisi rumah itu. Ditambah petir yang menyambar terus menerus seakan-akan  Tuhan pun tau apa yang tengah terjadi itu tidak benar.

" UDAH GUE BILANG JANGAN GANGGU GUE! TERSERAH GUE MAU NGAPAIN! LO AJA JADI ISTRI GAK BECUS!" teriak seorang lelaki dengan setengah sadar. Tangannya memegang sebotol minuman berakohol dan tangannya sebelah lagi memegang pecahan piring yang tadi ia lempar.

" MAS! AKU INI ISTRI KAMU! AKU KURANG APA SIH MAS?! AKU UDAH NGELAKUIN APAPUN YANG KAMU MAU! AKU CUMAN MINTA KAMU UNTUK BERUBAH! KITA PUNYA ANAK MAS! MALU SAMA ANAK KAMU!" teriak seorang wanita menumpah kan segala keluh kesahnya kepada suaminya itu.

"PERSETAN SAMA ANAK! GUE GAK MAU PUNYA ANAK! MEREKA ANAK LO! INI HIDUP GUE! JADI JANGAN GANGGU GUE YA LONTE!" Ancam lelaki itu dengan menyodor-nyodorkan botol minumannya seakan-akan siap untuk memukul kepala istrinya menggunakan botol minuman itu.

" GILAK KAMU MAS! ISTRI KAMU SENDIRI KAMU BILANG LONTE?! AKU NYESEL NIKAH SAMA KAMU MAS!"

Mendengar itu si lelaki langsung menarik rambut istrinya dengan paksa. Hingga membuat istrinya merintih kesakitan dan berulang kali memohon belas kasih dari suaminya. Tapi, bagaimana mungkin meminta belas kasih pada laki-laki yang bahkan hanya tau keluar masuk club malam saja

Duk!

Duk!

Lelaki itu menghantuk kan kepala istrinya berkali-kaki ke kaca. Dibalik itu semua terdapat kakak beradik yang tengah bersembunyi dalam lemari kayu usang milik mereka. Menghindar dari monster menakutkan yang tidak lain tidak bukan adalah ayahnya sendiri.

Sang kakak yang setia menutup kedua telinga adiknya itu agar tidak mendengar suara kesakitan yang muncul dari mulut indah milik ibunya sedangkan matanya terus menerus mengeluarkan air mata yang sedari tadi ia tahan agar adik kesayangannya ini tidak khawatir.

" Kakak petak umpet nya udah selesai belum?" tanya si adik dengan polosnya.

"B-belum dek hiks" balas si Kakak sembari menahan isakannya.

" Kakak nangis? Kenapa kak? Terus kenapa telinga adek ditutup kak? Nanti adek enggak dengel dong ibu itung nya udah sampai mana." tanya si adik dengan mengerucut kan bibirnya bingung.

" Iya, di lual ada monstel dek. Adek takut monstel kan? makanya kakak tutupin telinganya bial enggak dengel suara monstel nya." Balas si kakak berharap adik kesayangannya ini tidak lagi menanyainya hal yang aneh lagi dan lagi. Yang dia sendiri pun tak tau harus menjawab apa. Mengatakan bahwa ibunya sendiri dipukuli oleh ayahnya sendiri? Tidak! Cukup dia yang menanggung semuanya, jangan adik nya.

Si kakak menarik tubuh adiknya agar masuk kedalam dekapannya, mengelus surai hitam milik adik perempuannya itu dan juga mengelus pelan punggung nya memberikan ketenanggan yang selama ini rumah ini tidak bisa berika kepada mereka. Sembari menyanyikan lagu tidur kesukaan adiknya itu dengan terbata-bata karena isakan yang sudah tidak bisa ia tahan lagi.

Kini dua kakak beradik yang dititipkan Tuhan ke bumi itu tengah terlelap dengan penuh ketakutan dan kebingungan didalam sebuah lemari kayu usang yang sempit menjadi saksi bagaimana seorang kakak yang berumur 7 tahun dipaksa kuat oleh dunia dan didewasakan oleh keadaan.

Cklek

Kini lagi dan lagi matahari dipaksa terbit untuk menyasikkan ketragisan yang dialami kakak dan adik itu. Si kakak yang akhirnya berani untuk membuka pintu lemari itu sembari tangannya yang satu lagi  tidak pernah lepas dari tangan  kecil milik adik kesayangannya itu. Langkah kecil mereka terus berjalan hingga mata si kakak yang menangkap sosok ibunya yang tengah terbaring tak sadarkan diri dilantai.

A & B || Angga Dan Bargantara|| (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang