Pergi

28 8 1
                                    

Bel pulang sekolah adalah hal yang sangat di nanti oleh sebagian murid. Banyak dari mereka yang sudah bosan mendengar celotehan guru yang sedang menjelaskam di depan kelas. Seorang lelaki terus memperhatikan jam tangannya guna melihat waktu jam pelajaran yang entah kenapa berjalan begitu lama.

"Ck, kapan bel sih?!" Gumam nya masih terdengar oleh orang yang duduk di sebelahnya. Geo yang mendengar nya lantas mendekatkan dirinya ke Deo.

Dia berbisik pelan agar guru yang menjelaskan di depan tidak mendengarnya. "Napa lo? Tumben kaya pengen cepet-cepet balik?"

Deo diam tak menanggapi pertanyaan sang kembaran. Ia hanya ingin cepat pulang dan menemui gadisnya yang hari ini pulang dari rumah sakit. Ia janji akan mengantarkan nya pulang.

"Oy, De, lo kenapa sih?" Tanya Geo. "Di tanyain malah diem aja."

Masih tidak ada jawaban dari Deo.

"Bisu tau rasa lo."

Karna Geo juga merasa bosan dengan penjelasan dari guru yang sebenarnya ia juga tak mengerti, ia akhirnya memiliki ide jahil untuk mengerjai kembarannya itu.

"Khem, Bu," panggil Geo sambil mengangkat tangannya.

Deo yang melihat kembarannya memanggil sang guru memiliki firasat jelek. Apalagi saat Geo tersenyum jahil ke arahnya.

"Ini bu, saya tadi liat kembaran saya main hp barusan."

Deo membelakakan mata saat Geo menuduhnya. "Apa si lo?" Tanya nya pelan.

"Kembaran kamu? Deo maksudnya?" Tanya guru itu.

"Ya masa Sutarjo Bu," jawab Geo seraya melirik Sutarjo–teman sekelasnya yang cupu itu.

"Deo–kenapa kamu main hp saat jam pelajaran saya?! Sudah merasa pintar kamu?!"

Ditanya seperti itu membuat Deo gelagapan. Matanya memincing menatap Geo yang tersenyum tanpa beban.

"A-anu Bu, sa-saya gak ma-"

"Sudah, keluar kamu dari kelas saya."

"Tapi bu, sa-"

"SE.KA.RANG!"

Akhirnya Deo menggendong tas nya keluar dari kelas. Sebelum benar-benar keluar, ia menyempatkan diri menginjak keras kaki Geo.

"Untuk yang lain, pahami dulu penjelasan saya. Saya ijin ke toilet sebentar. Jangan buat kegaduhan," ucap Bu Susi lalu pergi meninggalkan kelas.

Sepeninggal Bu Susi, Dimas langsung berpindah tempat duduk di samping Geo. "Woi,napa lo bilang gitu tadi? Perasaan Deo anteng-anteng aja kagak main hp. Justru gue yang liat lo sempet buka hp tadi."

Deo menyugar rambutnya kebelakang. "Dari tadi gue perhatiin dia bolak balik liat jam tangan mulu. Terus dia sempet ngeluh kapan pulang. Jadi sebagai kembaran yang baik gue bantu dia biar bisa keluar cepet," ucapnya sombong.

"Gila." Umpat Dimas.

***

Gadis itu tengah melamun. Tidak ada yang menjaga nya saat ini. Mama nya tidak mungkin datang mengingat kondisi perut sudah membesar. Sedangkan Papa nya tengah bekerja ke luar kota.

Hidup nya merasa sial. Tidak ada lagi keharmonisan yang terjadi ditengah-tengah diri nya. Ia mengembuskan nafasnya kasar.

Dengan sekuat tenaga, gadis itu menarik infus yang melekat ditangan nya. Berdarah. Dan ia suka itu.

Senyum nya langsung melebar, membuat semua orang yang melihat menjadi takut.

"ZHIA!"

Setengah berlari, Deo mendekati nya. Itu Ata. Gadis yang tengah menggila itu. Darah di sekitar tangan nya juga sudah berlumur darah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ATAZHIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang