Tragedi di Danau

21 6 0
                                    

Deo yang baru saja tersadar menjadi kalang kabut ketika badan Ata sudah mulai tenggelam. Refleks, dia ikut menceburkan dirinya untuk menolong gadis malang itu.

Di dalam danau Deo meraih tangan Ata dengan cepat, dan menggenggamnya sangat erat. Dilihatnya dari jarak dekat wajah polos itu yang matanya sudah tertutup dengan damai. Jarak mereka hanya beberapa senti saja dan Deo tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk melihat wajah Ata.

Sungguh miris.

Itu yang ada dipikiran laki-laki itu saat ini. Bibirnya yang pucat kini semakin pucat. Namun Deo segera sadar bahwa mereka sudah cukup lama berada di dalam air.

Dengan susah payah dia mulai menggendong Ata untuk naik ke permukaan. Laki-laki itu juga kedinginan, namun yang dia pikirkan sekarang hanyalah keadaan Ata yang jauh lebih parah kondisinya.

Deo ingin menelepon kembarannya, tapi sayang handphone rusak akibat ikut terjun kedalam danau tadi.

Sisa tenaganya dia gunakan untuk menggendong Ata menuju motornya. Setelah itu Deo melaju kencang menuju rumah sakit di sekitar sana.

"SUS! SUSTER! TOLONGIN PACAR SAYA, SUS!"

Tim medis yang mendengar teriakan Deo dengan sigap datang sambil membawa brankar.

Ata segera bawa ke UGD. Deo yang ingin masuk dilarang oleh Suster untuk sementara waktu. "Maaf, Kak. Silahkan tunggu di luar."

Perasaan cemas, gelisah, dan bersalah bercampur aduk menjadi satu. Tubuhnya yang mulai lemas sudah tak dipedulikan lagi. Dia hanya ingin gadisnya baik-baik saja.

Bagaimana Deo mengabari orangtua gadis itu? Bagaimana jika dia dituduh mencelakakan anak gadis mereka? Argh!

***

"Jadi Lo udah bocorin rencana kita?" tanya Gita.

Gebby menggangguk mantap. "Terus waktu itu gak sengaja Deo denger semua. Jadi … you know lah."

"Oy, Ge. Si Deo kemana?" tanya Dimas penasaran. Sedari pagi dia belum memunculkan batang hidungnya sama sekali.

Geo hanya mengendikkan bahunya tanda tidak tahu. Sebelumnya juga dia sudah mencari kembarannya itu. Tapi sayang usahanya berakhir sia-sia.

"Telepon coba," suruh Gita.

Dengan segera Geo merogoh kantongnya dan menelepon  Deo. "Yang jawab cuma operator cantik." Ujarnya.

"Apa katanya?" Tanya Dimas, kepo.

Padahal Dimas sudah tau apa saja sederet kalimat yang selalu diucapkan operator telepon ketika sang penerima tidak mengangkat teleponnya.

Dengan entengnya Geo menjawab. "Maaf nomor yang anda tuju sedang sok sibuk dengan urusannya sendiri. Mohon coba beberapa tahun lagi."

Gita dan Gebby hanya geleng-geleng kepala saja. Kedua temannya itu memang berbakat menjadi pelawak. Anak-anak disekitar mereka pun mulai menyemburkan tawanya.

***

Dokter yang memeriksa Ata keluar. Deo segera bangkit dari duduknya. Bajunya yang basah juga sudah mulai mengering.

"Dok, bagaimana keadaan pacar saya?" tanyanya.

"Mari ikut ke ruangan saya." Deo mengikuti arah Dokter itu berjalan. Aroma obat-obatan pun tak lepas dari penciumannya.

"Jadi begini." Ujar sang Dokter ketika sudah tiba di ruangannya. "Pacar Anda mengalami depresi berat. Tekanan yang di alami memicunya untuk melakukan self harm."

Deo sedikit terkejut mendengar penuturan Dokter itu. Dari awal ketika melihat banyak handsaplast ditangannya, membuatnya berpikir bahwa Ata melakukan hal yang tidak-tidak. Ternyata dugaannya selama ini tidak meleset.

ATAZHIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang