Janji, Jakarta, Juni (Part 2)

27 2 2
                                    


"Menyenangkan ya hari-hari itu. Saat manusia tak ragu berhimpitan di dalam lift. Menghibur sekali melihat wajah-wajah yang kompak mengernyit waktu bau kentut tiba-riba tercium atau ketek penumpang terakhir yang masuk ke lift baunya bukan main," kata 6.

"Atau seseorang yang diam-diam membetulkan letak celana dalamnya di tengah kerumunan," 12 terkekeh.

"Atau pasangan yang sembunyi-sembunyi berpegangan tangan," 17 masih belum menyerah.

"Geez... Somebody please stop her," keluh 16. "Did she inhale too much disinfectant?"


"Kebanyakan nonton drakor kali," imbuh 9 geli.

"Drakor dari Hong Kong? LCD di lift ini kan cuma menayangkan iklan." kata 11

"Makanya jangan ansos. Drakor kok dari Hong Kong. Drakor ya dari Korea," ucap 2.

"Speaking of which," 15 menyudahi perdebatan tak penting tadi. "Kemarin ada pasangan Korea masuk ke lift. They were so cold that the whole elevator frozen. Sama sekali engga kaya pasangan di romance series gitu."

"Manten lawas paling." 5 berteori.

"Bisa jadi mereka pasangan tidak bahagia yang mau cerai," gumam 8.

"Dan mereka tambah dingin waktu ada ibu-ibu sosialita dengan perhiasan bergemerincing nekat masuk walau sudah ada empat orang di dalam lift." 12 menambahkan.

"Gue inget tuh orang!" ujar 14. "Dengan riang dia bilang 'masih muat satu lagi kan yaa. Saya langsing kok...'

"Which part of social distancing that she failed to understand?" 16 melontarkan pertanyaan retoris.

"Ada yang cek jidatnya engga? Jangan-jangan ada angka 17 di sana." 8 menjawab sambil lalu.

17 mendesis sambil menatap galak ke arah 8.

"Itulah manusia. Gemar berkumpul. Secara fisik dekat dengan sesamanya, tetapi nyatanya hanya memedulikan diri sendiri," ucap 7.

"Riuh berceloteh ini itu, tapi tidak ada yang benar-benar mendengar. Mereka semua lebih suka bicara," keluh 18.

"Tapi kita merindukan itu, kan?" tanya 6.

"Bener." 1 menghela napas panjang. "Aku capek mendengar suara teredam dari balik masker."

"Apalagi kalau maskernya dobel," tambah 3.

"Trus ujung-ujungnya mereka mendekat supaya bisa ngobrol. Geblek." 8 tertawa sinis.

"Gue juga kangen hiburan receh begitu. Waktu orang-orang bebas bicara dan kita juga bebas nguping. Rayuan gombal, gosip, hoax, PHP. Tinggal milih, deh." 14 bicara panjang lebar.

"Dan juga pernyataan cinta," sambung 17 dengan suara lirih.

"Kamu ini kenapa sih?" 11 tak tahan lagi. "Segitu ngototnya si embak bakal ada apa-apa sama si mas. Mereka cuma orang asing yang kebetulan ketemu di lift. Lihat aja seragamnya. Yang perempuan pakai polo shirt hitam dan yang laki pakai polo shirt putih. Mungkin si embak aja yang lagi masa subur jadi bereaksi begitu."

"Kamu sendiri kenapa? Lagi PMS atau menjelang menopause?" balas 17.

"Ehm, kalau boleh sedikit mengoreksi, yang perempuan pakai kaus oblong hitam bertuliskan judul workshop dan name tagnya bertali merah, sementara yang laki-laki berkemeja putih polos lengan panjang dengan tali name tag biru." 12 sedikit khawatir kalau dia memperburuk perdebatan, tapi juga tidak mampu menahan diri untuk meluruskan fakta.

15 tertawa.

"C'mon guys. It's only Thursday. Masa kalian sudah haus drama. Bukannya Senin lalu kita baru aja disuguhi drama yang epic?"

"Drama apa? Bini ngegap suaminya sama pelakor? Basi." 14 melengos.

"Engga seru, ah. Kita cuma kebagian adegan istri ngamuk pas berangkat, trus nangis pas pulang." 8 menyetujui pendapat 14. "Ekspresi suaminya juga cuma jengkel dan malu karena ketahuan. Bukannya khawatir karena keutuhan keluarganya jadi taruhan."


"Opo meneh kuntilanak e. Ora nyesel blas!" ucap 5

"Stereotyping itu kejam, teman-teman. Kita tidak pernah tahu kejadian sebenarnya, kan? sergah 6.

"Udah bisa ketebak, sih. Para perempuan jambak-jambakan saling memaki, tapi engga ada satu pun yang kepikiran untuk mengebiri si laki-laki." 11 menjawab santai.

Semua tombol genap hening. Memang mereka tidak punya anggota tubuh yang cukup berarti untuk dikebiri, tapi istilah itu langsung membuat mereka merinding.

"Aku bosan dengan alur STANDAR. Aku menuntut kebaruan!" teriak 17.

 "There's nothing new under the sun. Haven't you heard about it?" 10 akhirnya angkat bicara. "And would you please be so kind as to lower your voice? It's supposed to be quiet time before noon. We only had 2 hours left before the hectic of lunch , checking out, and people rushing to their rooms to get some short nap."

"Dasar abnormal!" sungut 17. "Sepi selama hampir setahun itu engga cukup?? Aku engga sudi ngulang masa-masa seperti itu. Aku mau.."

TING!


To be continued...

Picture credit: Chicago tribune

Kumpulan Cerita Pendek - Hilang dan DitemukanDonde viven las historias. Descúbrelo ahora