03. Pertanyaan

118 51 24
                                    

Keputusan hakim adalah mutlak. Bagi siapa yang melanggar maka akan diberatkan hukumannya. Mungkin, untuk sebuah interogasi beberapa pertanyaan itu tidak cukup sulit bagi Gimmy. Namun, diasingkan dari kami dan dikurung di bawah tanah tanpa pemberian makanan bukankah itu terlalu kejam? Usia Gimmy baru saja menginjak lima tahun. Bagaimana jika Gimmy jatuh sakit? Siapa yang akan merawatnya jika itu terjadi?

William dan Teressa aman. Tinggal aku, namaku dicabut dari daftar magang yang akan dilaksanakan Minggu mendatang. Aku tak dapat pergi ke luar desa, aku tak akan dapat pekerjaan. Persis seperti apa yang Ibu takutkan, aku akan menjadi seperti Lart. Parahnya, aku itu sehat, tapi aku tak dapat berbuat apa-apa. Atas kejadian ini pula nama keluarga kami tercoreng buruk. Anak-anak Gimm melakukan kesalahan cukup besar sehingga salah satu dari mereka diasingkan, dan yang satunya tak dapat bekerja karena namanya dicabut dari daftar magang.

Di rumah, makan malam dilaksanakan dalam hening. Tak ada yang membuka suara. Aku ingin mencoba meminta maaf, tapi Ibu seolah menolak mendengarkan penjelasan. Tampak dari raut wajah letih mereka, mereka kecewa padaku. Apa yang mesti aku lakukan untuk dapat memperbaiki keadaan? Chloe dan Choir tak selera makan, William hanya mengaduk nasi tanpa memakannya. Gimmy menahan kedutan mata agar tidak menangis, dan Teressa masih terlihat panik meski kejadian tadi sudah berlalu beberapa jam.

Ibu dan Ayah menyimpan sendok beserta garpunya. Waktu sudah menunjukan pukul delapan malam, yang artinya mereka harus bersiap mengantar Gimmy kembali ke aula. Kami tak boleh ikut, kami juga ditegaskan untuk tidak menginjakkan kaki selangkah pun keluar dari rumah.

Tatapan Ibu tak sehangat biasanya. Raut kecewa itu masih terpampang jelas di sana. Ayah yang melihatku seperti ini juga tak dapat berbuat apa-apa. Beliau hanya mengelus bahuku pelan tanpa mengeluarkan suara.

Itu membuatku menangis.

Selepas mereka pergi, rasanya aku ingin menghukum diri. Saat adik-adik berada di ruang tengah, aku berjalan masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya. Berusaha meredam rasa bersalah dan berpikir apa yang harus aku lakukan sekarang. Tidak mungkin aku diam saja dan menerima semuanya, tidak mungkin aku membiarkan Gimmy kelaparan dan dikurung rasa sepi selama dua minggu.

Ketukan pintu jelas dilakukan William, suaranya yang lirih mencoba untuk menyuruhku membuka pintu dan berbicara padanya.

"Pergilah, William."

"Kami tidak menyalahkanmu, Grill. Kami semua salah."

Aku menghela napas. "Kalau aku lebih memperhatikan kalian, mungkin ini semua tidak akan terjadi, bukan?"

"Tapi apa kau harus mendekam diri di dalam kamar seperti ini?"

"Katakan apa yang bisa aku lakukan?"

"Kau pernah bilang padaku, kalau sesuatu yang sudah terjadi itu adalah takdir. Aku takkan pernah bisa merubahnya, yang bisa aku lakukan hanya menerimanya. Kaubilang begitu, tapi kenapa kau seperti ini, Grill?"

Aku tidak mau terlihat lemah. Aku ingin menghukum diriku sendiri karena egois memikirkan dunia yang tak pernah ada habisnya. Semua yang terasa janggal, semua yang terasa begitu membutuhkan jawaban. Ketika aku bertanya aku tak dapat apa yang aku mau, semua menjauh, semua menutupi. Aku harus mencarinya sendiri. Namun, caraku salah. Aku malah menjerat adik-adik masuk ke dalam masalahku. Bahkan Ibu, Ayah ....

"Grill."

"Beri aku waktu."

William tak lagi memaksa. Aku mendengar suara bisik-bisik mereka dari sini, tapi aku tak mau mendengar lebih jauh. Karenanya, aku kembali berjalan menuju ranjang, mencari sebentuk buku yang aku dapat dari perpustakaan desa hari kemarin.

Charles George.

Aku membuka acak lembarannya, ada halaman di mana di sana bertuliskan, "semua kebohongan akan terungkap, yang ditutupi akan terbuka, segala pertanyaan maka terjawab. Kutukan tak akan sirna, tapi keluar dari sana adalah caranya".

The Brother's Gimm and The Cursed World: Escape [ REVISI ]Where stories live. Discover now