Chat Mesra

4.3K 345 17
                                    


.

Lia.

[Ra, gue lihat suami lo jalan sama cewek, cantik, rambutnya panjang kemerahan gitu. Pulang bareng suami lo, rangkulan.]

Deg.

Jantungku seketika berkedut setelah membaca pesan dari sahabatku Lia. Apa benar Mas Haris tega berbuat demikian padaku?

Kubalas pesan whatsapp itu dengan napas sedikit memburu karena rasa penasaran.

[Lo ada fotonya nggak? Gue nggak percaya kalo nggak ada bukti.]

Lia.

[Sebentar tadi gue sempet ambil fotonya pas mereka baru keluar kantor.]

Tak lama kemudian sebuah gambar terkirim ke ponselku dan otomatis tersimpan di galeri. Foto Mas Haris, suamiku berjalan beriringan dengan wanita yang dibilang oleh Lia tadi. 

Entah mengapa dada yang tadi bergemuruh mendadak sedikit tenang. Melihat siapa wanita tersebut. Dia adikku, ya, adik angkat yang kini tinggal bersama Ibu.

[Itu sih Della, Lia. Adek angkat gue. Masa lo nggak inget?]

Lia.

[Masa sih? Atau karena rambutnya dicat ya?]

[Iya.]

Lia.

[Tapi mereka mesra banget loh, Ra. Gue perhatiin tadi. Lo nggak cemburu?]

[Ngapain gue cemburu sama adek sendiri.]

Lia.

[Oh ya udah deh, bye. Gue balik dulu.]

[Oke, thanks ya, Beb.]

Aku menghempaskan bokong di atas kasur sejenak. Baru saja selesai mandi sore, suara pesan masuk hampir membuatku jantungan saja. 

Setelah menarik napas dalam-dalam, dan menhembuskannya perlahan. Aku melangkah keluar kamar hendak ke dapur mempersiapkan makan malam. Karena sebentar lagi pasti Mas Haris tiba.

.

Tepat pukul setengah enam sore, kudengar suara deru mobil Mas Haris memasuki halaman rumah. Aku pun lantas keluar untuk menyambut kedatangannya.

“Assalamu’alaikum,” sapanya lembut sambil melempar senyum ke arahku.

“Waalaikumsalam,” jawabku seraya mencium punggung tangannya dan meraih tas yang dibawanya.

Kulihat wajah Mas Haris begitu lelah, ia melepas kancing kemejanya paling atas sambil mengendurkan ikatan dasi. Kuikuti langkahnya menuju ke kamar.

“Besok aku ada tugas ke luar kota seminggu,” ucapnya sambil melepas kemeja dan celana panjang yang kemudian ia letakkan di keranjang khusus pakaian kotor.

“Ke mana?”

“Pontianak.”

Aku terdiam, “Jauh banget, Mas? Memang tugas apa sampai ke sana?”

“Kantor mau cek lokasi, kita akan buka cabang di sana.”

Aku mengangguk saja. “Oh. Kamu hati-hati. Nanti aku siapkan pakaian dan kopernya ya.”

“Iya.”

“Ya sudah, Mas mandi dulu, aku siapin makan.”

Mas Haris lalu masuk ke dalam kamar mandi setelah mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu.

Meski hati ini tak cemburu, aku hanya ingin tahu apa benar Mas Haris memiliki hubungan dengan Della. Aku meraih ponsel suamiku di atas nakas.

Ponsel yang tak pernah dikunci itu pun langsung terbuka ke whatsapp. Sebuah pesan dari Della membuat hatiku yang tadinya biasa tiba-tiba memanas.

Della.

[Makasih, ya, Mas. Udah dianterin pulang. Sampe ketemu besok ya, Mas.] dengan emot kecup dan love.

.

Bersambung

Cantik Usai BerceraiWhere stories live. Discover now