Part 13 - Messed Up

2 0 0
                                    

☆Please to vote☆
Hope you like it

***

"Akhirnya pulang juga," sambut Electra.

Valeryn tampak kebingungan. Dia dan Arsen baru saja sampai di rumah. Pandangan Valeryn beralih ke ayahnya Arsen. Tidak seperti biasanya Alex ada di rumahnya pada hari minggu.

"Sini-sini, ada yang ingin kami bicarakan dengan kalian," ucap Electra.

Electra menarik pelan tangan putrinya lalu duduk di samping Melviano. Arsen hanya ikut duduk di sebelah ayahnya. Mereka bertiga tampak bahagia, namun Valeryn masih saja kebingungan.

"Ada apa, mom? Kok senyum-senyum gitu?" tanya Valeryn bingung.

"Sebenarnya, kami mau menjodohkan kalian. Kalian tampak dekat, bahkan sering tinggal 1 atap. Kami berencana untuk melaksanakan pernikahan kalian di Amerika," ucap Alex langsung.

Valeryn tampak terkejut. Dia tidak menyangka bahwa dia akan dijodohkan dengan Arsen. Pasalnya, dia hanya menganggap Arsen sebagai teman terdekatnya.

"Bagaimana Vale? Kau setuju?" tanya Melviano sambil menatap Valeryn penuh harapan.

"Bagaimana dengan Arsen? Apakah dia setuju? Vale, Vale terserah dad. Jika ada menganggap ini yang terbaik, Vale terima," jawab Valeryn.

Gadis itu tidak ingin mengecewakan ayahnya. Ayah yang selalu ada untuknya dari dulu. Apalagi, Melviano pasti sudah berfikir dengan baik tentang masa depan Valeryn.

Apa ini artinya, gue ga bisa bareng kak Xavier lagi? batin Valeryn.

Dadanya terasa sesak saat memikirkan Xavier. Dia tidak menyangka harus menjauh dari Xavier. Arsen tampak memandangi Valeryn. Gadis itu termenung dengan pikirannya sendiri.

"Mom, dad, Vale masuk ke kamar dulu ya. Mau mandi," pamit Valeryn lalu naik ke lantai atas.

Valeryn masuk ke dalam kamarnya lalu membanting tubuhnya ke kasur empuk miliknya. Tidak ada hal yang bisa dipikirkannya saat ini. Pikiran Valeryn sedang kacau. Disisi lain dia tidak rela melepaskan Xavier begitu saja. Tetapi, dia juga tidak bisa melihat Melviano kecewa.

"Gue harus gimana," ucap Valeryn lalu menenggelamkan kepalanya di bantal.

Valeryn menangis dalam diam. Dia tidak bisa berpikir apa pun. Semuanya kacau. Gadis itu baru saja berhasil berada di dekat Xavier, sekarang dia harus menjauh. Dia tidak ingin yang lain kecewa dengan dirinya.

***

"Vale, ga ke kantin?" tanya Luciano.

Sejak pagi tadi, Valeryn hanya termenung. Dia menolak semua ajakan, bahkan ketika Reagan datang menghampirinya. Valeryn hanya duduk diam di bangkunya.

"Ada apa? Sakit? Kita ke UKS aja kalau gitu," ucap Ariadne lalu menarik tangan Valeryn pelan.

"Ga kok, kalian pergi aja. Gue lagi ga mood," ucap Valeryn lalu bangkit.

Gadis itu berjalan sendiri menuju toilet. Dia masuk ke dalam salah satu toilet lalu menguncinya. Valeryn menangis tanpa suara. Dia tidak bisa, dia tidak bisa menjauhi Xavier.
Gue harus gimana sekarang, batin Valeryn frustasi.

Sorry, My FutureDär berättelser lever. Upptäck nu