Part 4 - Rain

267 293 69
                                    

☆Please to vote☆
Hope you like it

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu namun gadis dengan rambut terurai itu belum beranjak dari tempatnya. Dia masih bermalas-malasan di bangkunya. Bagaimana tidak, hujan sudah mengguyur sejak 1 jam yang lalu. Hawa dingin membuatnya semakin betah berada dalam kelas.

"Valeryn! Gamau ikut ke lapangan?" tanya Luciano yang mendapati Valeryn masih sendirian di dalam kelas.

"Mager ah, lo aja pergi sendiri," jawab Valeryn lalu menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya.

"Gue sama Lyxander hari ini ada latihan basket. Yakin gamau lihat kami main nih?" tanya Luciano lagi memastikan.

Basket? Bukannya kemarin Lyxander bilang Kak Xavier itu ketua tim basket? batin Valeryn yang masih berfikir.

Luciano melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Valeryn, "Vale? Kok bengong?"

Lamunan Valeryn langsung saja buyar, "gue ikut! Sebentar gue masukin buku dulu."

"Bagus deh kalau lo ikut, jadi lo tahu seberapa hebatnya gue main basket," puji Luciano bangga.

"Suka-suka lo dah," ucap Valeryn pasrah.

Mereka berjalan berdampingan menuju lapangan indoor. Letaknya tidak terlalh jauh dari gedung utama. Hanya memakan waktu 5 menit dengan berjalan santai. Luciano langsung saja membawa Valeryn kebelakang tempat mereka berkumpul, bukan ke kursi penonton.

"Kok ramai, ya? Sudah mirip pasar malam aja," ucap Valeryn yang masih menatap ke kursi penonton.

"Ohh itu, mereka sudah ga sabar mau lihat gue main basket," puji Luciano kepada dirinya sendiri, lagi.

"Mimpi aja terus. Bangun sudah siang kali," ledek Valeryn lalu tertawa.

Banyak siswa laki-laki yang sudah berkumpul dan memulai pemanasan. Tiba-tiba dari belakang Valeryn terdengar suara yang menurutnya familier. Valeryn langsung menoleh, dan benar saja suara itu milik Xavier.

"Kalian sudah pemanasan semua kan?" tanya Xavier memastikan.

"Sudah," jawab yang lain kompak.

Suara histeris mulai terdengar ketika Xavier dan kawan-kawan masuk ke dalam lapangan. Valeryn hanya menutup telinganya. Suaranya terlalu menggelegar untuk di indoor. Jika sekarang mereka berada di outdoor bukan masalah untuk Valeryn karena suara mereka akan menyatu dengan udara luar.

Tiba-tiba saja, sepasang tangan menaruh airpods di telinga Valeryn dari belakang. Valeryn langsung menoleh dan mendapati siswa dengan tinggi yang lumayan.

"Thanks," ucap Valeryn sambil tersenyum manis.

"Bukan masalah, lo duduk aja disini gapapa kok," ujar siswa itu lalu masuk ke dalam lapangan.

Valeryn hanya menatap kepergian siswa itu. Dia bahkan belum mengetahui namanya sama sekali. Valeryn memperhatikan mereka bermain. Hanya saja, tatapan Valeryn selalu tertuju ke arah Xavier. Entah mengapa, Valeryn seakan disihir untuk selalu menatap laki-laki itu.

Sorry, My FutureOù les histoires vivent. Découvrez maintenant