Bab I - Pertemuan pertama

329 183 179
                                    

Pertemuan adalah sebuah misteri dalam kehidupan setiap manusia. Selalu ada alasan di balik sebuah pertemuan.



- SEMARANG - 10 tahun yang lalu -

"Ka Jojo janji, nanti Ka Jojo akan balik lagi kesini temuin Icha," tutur seorang bocah kecil.

"Benar Janji?" tanya gadis kecil berponi dora yang bernama Icha, sambil mengacungkan jari kelingkingnya.

"Janji." Jawab bocah itu mantap kemudian menyambut tautan kelingking gadis kecil itu.

"Icha sayang Ka Jojo. Ka Jojo jangan lama-lama ya perginya. Nanti Icha kangen."Matanya sendu menatap bocah bernama Jojo.

Keduanya lalu berpelukan.

Rinai hujan perlahan menjajah bumi, menjadi saksi atas janji yang terucap dari kedua anak kecil yang masih sangat polos. Janji yang tanpa disadari akan membuat salah satu dari mereka atau mungkin keduanya terus terpaku dalam penantian yang entah sampai kapan akan berakhir.


========== A Promise - Bab I - Pertemuan Pertama ==========


- JAKARTA - 10 tahun kemudian -

Lyssa berlari secepat yang ia bisa, menyusuri jalan yang lengah dari kendaraan. Sesekali ia melirik ke arah jam yang melingkar di tangan kirinya.

Jam tujuh kurang sepuluh menit. "Gawat! Pasti telat nih," rutuknya dalam hati.

Lyssa mempercepat langkahnya menyebrangi jalan.

Tiba-tiba...

Wuzzz

Tiinnn!!!

Sebuah mobil sport melintas cepat ke arahnya. Nyaris saja kuda besi itu mengantarkan Lyssa ke dalam maut. Untunglah si pengemudi berhasil menginjak pedal remnya tepat waktu.

Lyssa shock. Tubuhnya serasa kaku dan pucat. Jantungnya berdetak kencang senada dengan darahnya yang mengalir cepat.

Seorang pemuda lalu keluar dari mobil. "Heh, cewek, ngapain sih disitu? Mau bunuh diri jangan pake mobil gue. Pergi sana." Pemuda itu membentak.

Pluukk!! Kedua mata Pemuda itu membelalak seketika saat kedua matanya menatap tepat di kedua manik Lyssa. Pemuda itu terdiam sejenak. Kemudian kembali masuk ke dalam mobil dan pergi begitu saja.

Lyssa terpaku sampai akhirnya mobil sport itu benar-benar lenyap dari penglihatannya.

"Issh rese banget sih tuh cowok. Wong, dia yang hampir nabrak aku, eeh malah dia yang marah-marah. Bukannya minta maaf dulu, malah langsung pergi gitu." omel Lyssa dalam hati. Diliriknya kembali jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Gawat. Telat!"

Sesampainya di sekolah, gerbang telah terkunci rapat. Pa Joko, satpam sekolah berdiri di dekat gerbang. Walaupun Lyssa tahu kemungkinan yang dimilikinya kecil, bahkan bisa terbilang tidak ada, namun Lyssa tetap mencoba membujuk Pa Joko membukakan gerbang sekolah untuknya.

"Pak.., pak.., tolong bukain dong, pak. Tolong." Lyssa merengek memelas.

"Balik aja, neng. Nggak akan bapa bukain."

"Yaah... pak, hari ini saya ada ujian matematika, pak. Gurunya galak banget."

"Ikut ujian susulan saja."

Apa? Ujian matematika susulan? Sendiri. Nggak bisa nyontek. Nggak bisa nanya juga. Harus belajar, yang benar-benar belajar dong. Matematika, pelajaran dengan sederet angka disertai segudang rumus yang memusingkan itu, jelas bukan tandingan Lyssa. Ujian susulan sama saja bunuh diri namanya. Apalagi gurunya super duper killer. Ujian bersama saja belum tentu bisa sukses.

A Promise : Sebuah janji dengan lukaWhere stories live. Discover now