Jotos-jotosan

2 1 0
                                    

Salju dibagian utara masih turun dengan lebat, suara gong dan gemerincing rantai mulai bergetaran di tengah upacara pengangkatan pejuang baru tiap tahunnya, Yang dengan Adiknya Wan serta Ayahnya harus duduk bertiga setelah Sepuluh tahun pejuang mereka tak ada yang tewas dimakan umur.

Zan sang ayah yang menjadi guru agung itu tak memberikan respon apapun, walau umurnya sekarang telah menginjak setengah abad, Yan yang mengetahui kekuatan pejuang berikutnya lemah dibandingkan sebelumnya, mau tak mau menahan dirinya untuk sesaat.

Pejuang dasawarsa kali ini tak begitu hebat, karena dibawah didikan ayahnya yang kian hari kian memberikan kelonggaran layak dirinya sendiri ingin menghancurkan seluruh murid di alirannya.

Yan yang geram harus menahan diri sesekali melihat para murid yang masih bisanya bersantai, walau acara pertunjukan sakral tengah berlangsung, menyadari sikap ayahnya yang makin tak peduli dengan perguruan itu membuat sang kakak memberikan kode kepada adiknya untuk memberikan pelajaran.

Wan yang merupakan tangan kanan ayahnya ketimbang kakaknya sendiri, mulai turun dengan jubah dan baju perangnya dari atas panggung sembari berdiri ditengah lapangan itu, namun Zan malah ikut turun bersama Adiknya.

"Kalian semua, apakah kalian memiliki kekuatan selemah itu? " kata Wan didepan umum dengan pedang khasnya yakni pedang melengkung 270 derajat, namun sang ayah yang melihat tingkah laku anaknya yang memang benar untuk mendidik, malah ditendang keras hingga bertekuk lutut.

"Jangan ganggu apa yang kususun," nada kasar dari sang Ayah yang membuat seluruh murid menertawakan Wan, namun kakaknya sendiri mulai menjadi serigala putih yang mengeluarkan taringnya.

Tubuh kekar itu langsung meloncati panggung tempat mereka duduk dan mengangkat adiknya yang tengah terpuruk, karena gelak tawa yang makin menjadi-jadi, sang kakak mulai menunjukkan kekuatan taringnya yang dididik keras sejak kecil, sebuah tangan terangkat yang membuat sebuah gelombang angin menembus seluruh orang disana.

Namun Zan mulai geram dan menendang keras Yan tepat didadanya, namun serangan itu tak terlalu berpengaruh dengan kekuatan monster daratan itu, "Kenapa Ayah tidak seperti dulu? Kenapa Ayah tidak memberikan teladan dari kedisiplinan," protes Sang kakak ditengah para murid yang masih terbengong.

"Kamu dasar anak tidak berguna, kamu tahu apa? Jika kamu bisa membunuhku, maka seluruh perguruan ini akan kuberikan padamu, termasuk membalas nyawa ibumu," kata sang Ayah yang membuat Wan terkejut mendengar ayahnya sendiri yang membunuh ibunya.

"Tapi barangsiapa yang bisa mengalahkan anakku yang tidak tahu diri ini, maka akan menjadi ketua perguruan ini," sayembara itu membuat seluruh murid mulai berkuda-kuda mengelilingi putra mahkota yang ditinggalkan ayahnya pergi.

Sebuah tendangan seketika melayang dikepala Yan, namun tangkisan kuat itu justru membanting salah satu lawannya nya hingga meremukkan tanah disebelahnya dengan satu tangan.

Tusukan tombak malah patah saat Yan mengeraskan perutnya dan mulai mencekik murid itu hingga mati lemas, amukan sang predator telah bangkit diatas kepala yang mengeluarkan aura emas, golok giok yang dipinggang nya pun membuat pertarungan itu makin keruh.

"Aku takkan segan-segan melawan kerajaanmu," teriak Yan yang mulai mengeraskan tangannya dengan sekuat tenaga, "Kekuatan Golok Naga Penembus Nyawa," kekuatan Emas seketika muncul di sekitar pria kekar itu yang membuat gerakannya jauh lebih cepat, meskipun tak menyentuh kekuatan cahaya.

Satu demi satu murid menyerang dirinya dan didalam waktu yang sama satu demi satu lawannya tewas mengenaskan, hingga tak ada yang berani memajukan kakinya dan memilih mundur, tak ada waktu yang lama sebelum Zan sampai didepan kuil itu, Yan telah membunuh sedikitnya 300 orang hingga lapangan itu layak kolam darah.

LAL " The Dragon Kisses The Moon"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang