Kata Ayah dari sang Durjana

3 3 0
                                    

Duarrr

Sebuah suara dentuman petir yang mencium tanah itu membuat disekelilingnya menjadi gelombang angin yang mempentalkan tanah dan kedua pria yang masih mengandalkan kedua pedang mereka.

Date yang semenjak tadi secara tak sengaja memperhatikan langit diatasnya memang telah mendung seiring berjatuhannya salju diatas kepala mereka yang tak berhenti bertarung.

Sudah kuduga akan ada petir yang menggapai diri kami, sebab saat pedang pemangsa mengeluarkan kekuatannya, maka bukan hanya ketajaman yang semakin tajam, namun juga mampu mengubah cuaca disekitar penggunanya.

Batin pria yang ikut terpental efek dari kekuatan pedangnya hanya mengambil langkah cepat yang melawan arah gelombang angin dari petir yang masih merambat pada tanah.

Mata yang hanya tinggal sebatang kara mulai berubah menjadi warna kuning dengan cahayanya dibalik kabut salju yang terasa dingin sejuk, langsung sebuah tebasan pedang diarahkan pada Huan yang masih terpental hingga salah satu tangannya putus.

"Argh," semburan darah pelan membasahi jubah panjangnya.

Tepat tangan yang memegang pedang kertas itu terlepas, namun tak jauh dari mereka ada sebuah jurang curam yang seketika terbuka layak memang bumi ingin memangsa mereka.

Namun Date yang disisi lain ingin menyelamatkan dan terus melangkah maju, mau tak mau harus mulai beraksi dengan menginjak salju yang terus bergerak dengan bersamaan jurang yang mulai curam.

Sebuah belah pisau dengan sigap langsung ditancapkan tepat pada jubah Huan yang nyaris jatuh dengan bersamaan salju yang mengelinding tanpa henti, sedangkan Date yang mulai mundur perlahan tepat dimana dataran yang mulai miring itu, hanya sanggup memegang pada pedang pemangsa yang menembus tanah bersalju.

"Sial, kenapa aku bisa sampai sejauh ini, padahal aku bisa pergi tanpa mempedulikan dirinya," gerutu Date yang telah kehilangan banyak tenaga dan masih terus berpegangan dengan erat pada pedangnya saja.

"Arghh, jangan, jangan," teriak pria yang masih tergantung diatas sebuah pisau yang tertancap kuat.

Huan yang panik dengan tangannya yang lepas satu dan pedangnya hilang entah kemana, namun Date yang melihat betapa pengecutnya Huan, hanya tersenyum tipis dan mulai menarik pedangnya dan berjalan perlahan diatas kemiringan yang nyaris menduduki 75 derajat itu.

"Sudah jangan nangis, untung cuma tanganmu yang ku potong dan anggap saja kita seri, kamu bertarung tanpa kehilangan rasa hormat dan aku kalah, karena menyelamatkanmu," kata pria muda uang terus berjalan naik kearah dirinya yang bingung melihat hal itu.

Date yang menarik tubuh pria yang masih ketakutan melihat jurang curam dengan jarak diameter satu kilometer itu, kemudian mengambil pedang kertas yang masih dipegang erat oleh tangannya yang tak lagi bersatu dengan Huan.

"Ini pedangmu, untung pedangmu pedang kertas jadi meskipun menggunakan satu tangan takkan ada bedanya," jelas Date yang langsung pergi tanpa ada kata apapun selain melangkah hilang dalam kabut salju yang masih berkumpul.

*****

"Apa yang terjadi?" tanya pria besar yang merupakan salah satu Master paling kuat dengan muka garangnya.

"Siapa yang menang?" tanya wanita yang masih berusaha mendekati kabut salju hingga seorang pria keluar dari kabut dengan pedang yang masih mengaliri darah.

"Tak mungkin, Date? " kejut para Master yang melihat pria muda yang dianggap paling lemah itu berhasil mengalahkan Huan sangat Master yang gerakannya lebih cepat dari kecepatan mata.

LAL " The Dragon Kisses The Moon"Kde žijí příběhy. Začni objevovat