Manusia Jadi Plastisin

2 2 0
                                    

"Apakah kita harus membantu mereka? " tanya salah satu pria yang meloncati dahan pohon yang masih nampak licin dan kedua pedang masih berada di pinggangnya.

"Memangnya siapa yang bisa ngelawan monster itu? " tanya balik Huan yang memimpin didepan gerakan mereka yang menuju ke utara walau hutan makin gelap dengan bertambah jauh mereka melompat.

"Cih, memang seseram apa sih mereka? " balas kata wanita yang masih meloncat dengan tas dengan penuh bom di pundaknya.

"Lihat saja nanti," jelas pria yang masih menutup matanya dengan panah panjang ditangan kirinya.

Cih, untung arah ini sama dengan tempat gunung puncak berada, andai saja ini bukan jalannya aku males ikut, tapi kalau mau mengambil keuntungan inilah saatnya, saat mereka kelelahan aku akan mudah menghabisi mereka semua...Gumam Pria yang masih melihat potensi kekuatan yang bisa ia gunakan dalam mengendalikan darah.

Dibalik debat kedua belah pihak yang menolak dan menyetujui pergerakan mereka yang sangat cepat itu, membuat setiap langkah mereka sangat rawan untuk terjatuh bahkan akan mengalami patah tulang, namun jika tidak cepat maka mereka pasti akan kalah telak dengan Dewi Pemusnah.

****

"Date, bertahanlah," serak suara pria yang tubuhnya sudah tak berdaya lagi diatas salju yang tergenang akan darah dari tubuhnya.

Sedangkan Date yang telah berbaring lemas, hanya mampu memegang pedangnya yang masih terkubur sebagian dalam salju merah darah, dingin yang membeku cukup mempercepat proses kematian seseorang.

"Ayah! " sebuah tebasan kapak besar kembali melayang ke udara dan kini akan menebas kepala Date yang masih terbaring dengan senyum dingin dan matanya yang satu melihat Yang yang masih sanggup memanggil namanya.

"Date! " teriak Yan membuat Kuan dan Luan mempercepat pergerakannya dari seberang jurang tempat mereka masih melompati tiap dahan dan mengejar waktu yang makin menipis.

Sebuah pedang besar berhasil menghalangi kapak besar yang nyaris menebas kepala pria yang baru saja kehilangan seluruh murid dan istrinya, "Sudahlah tak apa Yan," lemas Date yang melihat pria yang ia lindungi kembali melindunginya.

"Bangun pria lemah, jangan mudah mati mentang-mentang keluargamu tewas semua, anakmu masih hidup jumpai dia," kompor dari pria yang terus menahan tebasan kapak itu dengan darah yang terus menyembur dari punggungnya layak hujan bagi Date dibawahnya.

Tangan satu yang digunakan menahan serangan itu layak seorang dewa yang mengulurkan tangan pada Date yang harus bangkit dengan menahan banyaknya darah yang tak henti berpancur dengan deras.

"Meskipun aku mati, biar aku mati dengan bangga menjadi seorang samurai," kata Date yang memegang kembali pedang pemangsa dengan cahaya hitam yang kembali keluar.

Sedangkan Yang yang melihat Date itu kembali tersenyum tipis dengan wajah yang tetap berlagak sombong dengan kekuatannya, cahaya merah terang yang keluar dari pedang Besar itu membuat monster itu kembali terpental ringan untuk mengambil waktu menghindari serangan.

"Baik, serang! " teriak Yang yang harus terpotong saat hendak menggunakan kekuatannya untuk melawan Sangat Dewi.

Sebuah rantai merah terang yang nyaris berwarna pink itu berhasil menahan serangan tebasan kapak dari sang Dewi untuk pertama kalinya hingga kedua pria yang telah dramatis nya harus menahan aksi mereka.

LAL " The Dragon Kisses The Moon"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang