3 - HUKUM ALAM

1.6K 246 6
                                    

ALVABETH BY VALENT JOSETA

Instagram : @valentj8 & @hf.creations

****

Hari ini adalah hari spesial untuk Alva. Bukan, bukan ulang tahun, tapi pemilihan ketua OSIS SMA Bangsa. Alva terpilih menjadi salah satu calon ketua OSIS, bersaingan dengan Leo dan Sandrina.

"Aku gugup," lirih Alva di salah satu kursi yang terletak di bilik multimedia milik aula SMA Bangsa. Beberapa meter di hadapannya saat Ini terdapat tiga bilik suara sebagai bentuk pelaksanaan pemilihan ketua OSIS.

Betha tersenyum menatap sang pacar yang sedari tadi memperhatikan barisan manusia di hadapannya dengan wajah gelisah. Dirinya melirik jari kelingkingnya yang sudah bertinta ungu, tanda Betha sudah memilih.

"Tenang aja, ya." Betha mengaitkan kelingkingnya pada kelingking Alva seraya melempar senyum manisnya. Senyum favorit Alva.

Lelaki dengan jas OSIS berwarna perak itu melabuhkan kepalanya di atas puncak kepala Betha, membuat Betha sedikit merunduk karenanya.

"Untung kamu mini. Kepalanya bisa jadi bantal aku," ujar Alva santai. Hampir satu tahun berpacaran dengan Alva, sekarang Betha tahu Alva punya sisi lain dari sifat dinginnya.

Betha menggembungkan pipinya agar terlihat cemberut. "Kadang nyesel aku jadi pacar kamu," canda Betha membuat Alva terkekeh.

"Nggak apa-apa kamu nyesel, yang penting aku nggak," jawab Alva santai kemudian memejamkan matanya dengan kepala yang masih ia sandarkan di puncak kepala gadisnya.

Betha tersenyum, membiarkan Alva menenangkan dirinya. Dapat Betha rasakan ritme napas Alva yang sedikit tidak teratur, tidak seperti biasanya. Lelaki itu pasti sangat gugup.

"Al, kamu udah lakukan semua yang terbaik. Aku saksinya. Dan hari ini aku yakin, kamu akan dapat hasil yang setimpal dengan kerja keras kamu." Betha mengelus punggung tangan Alva lembut.

Sungguh, Betha adalah salah satu hal yang Alva syukuri. Gadis dengan jas silver yang serupa dengan dirinya ini selalu punya cara klasik yang unik untuk membuat Alva merasa istimewa seperti sekarang.

"Tha," panggil Alva lembut. Dia mengangkat kepalanya kemudian menatap Betha yang baru saja menoleh.

"Ya?"

"Sama aku terus ya," ucapnya singkat, tapi penuh makna.

Betha tersenyum lembut, menatap Alva dalam. Senyum yang jadi candu untuk Alva. Tatapan yang selalu membuat Alva salah tingkah.

"Mau sama siapa lagi kalau nggak sama kamu?" sahut Betha santai, dingin, dan terkesan cuek. Sungguh berbeda dengan arti tatapan dan senyumnya tadi.

Alva mencubit hidung Betha pelan. "Ngeselin ya kamu. Untung aku sayang."

Betha terkekeh lalu melempar senyumnya lagi. "Selama hukum alam masih berlaku, maka selamanya Betha akan selalu ada di samping Alva."

****

"Baiklah, ini adalah suara terakhir yang akan menentukan siapa ketua OSIS SMA Bangsa periode selanjutnya. Silakan langsung dibuka, Re."

Jantung Alva berpacu berkali-kali lebih cepat. Entah sudah berapa ragam doa yang ia rapalkan sejak awal perhitungan suara. Betha masih duduk di samping Alva, bedanya kini di barisan terdepan, hanya beberapa meter dari panggung.

Reena membuka kertas terakhir hasil pemilihan ketua OSIS. Satu kertas yang akan menentukan kepada siapa jabatan ketua OSIS akan diserahkan selanjutnya. Alva atau Sandrina. Pasalnya, suara untuk mereka masih seri sampai saat ini.

ALVABETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang