Prolog

71 29 52
                                    

Hari itu, hari pertama dimana Hanum menginjakkan kakinya dibangku SMA. Baru hari pertama namun, Hanum sudah memiliki banyak teman. Senyuman yang terpancar di bibir ranumnya ia perlihatkan.

Hanum bersama dua temannya yang sudah bersahabat sejak bangku SMP--Nana dan Manda.  Mereka sedang berjalan menyusuri koridor sekolah.

Tiba-tiba mata Hanum terfokus kepada sosok seorang cowok berperawakan atletis, rambutnya yang dibiarkan berantakan serta bajunya yang dikeluarkan.

Hanum tertegun, sontak kedua temannya menghentikan langkahnya.

"Kenapa Num?" Tanya Nana, si gadis berambut sebahu yang sedang mengulum permen lolipop kesukaannya.

"It-It euuu itu." Ucapnya terbata-bata dengan jari telunjuk yang mengarah ke depan.

Dua temannya mengikuti arah telunjuk Hanum, setelahnya, mereka kembali menatap Hanum yang masih membuka mulutnya dan dua matanya yang membola sempurna.

"Ganteng banget!" Pekik Hanum, kedua lengannya menangkup wajahnya. Lalu Hanum berlari meninggalkan kedua temannya yang sedang bingung oleh sikap Hanum karena baru pertama kali Hanum seperti itu.

"Raga!!" Teriak Hanum yang dibalas lirikan sekilas oleh cowok didepannya.

"Raga!" Pekiknya, ketika sudah berhasil mensejajarkan dirinya disamping tubuh cowok itu.

"Ya." Singkat cowok itu.

"Nama kamu.. Raga Adiwarna 'kan?" Tanya Hanum yang berusaha menyamakan langkah kakinya.

Cowok itu menatap sekilas sebelum kembali fokus ke arah depan lalu berkata. "Kenapa?"

"Feelling aku, kamu bakal jadi Raga-nya aku. Kamu mau 'kan jadi Raga-Nya aku?Dan aku bakal mengisi sebagai jiwanya."

"Gak!" Lalu Raga menghentikan langkahnya dan menatap gadis disampinya, "Ngapain ngikutin?" Tanyanya sinis.

"Emang gak boleh? Terserah aku dong, ini juga bukan sekolahan milik kamu." Ucap Hanum  mencebikan mulutnya.

"Terserah!"

"Huh jutek banget jadi cowok!" Pekik Hanum yang masih terdengar oleh Raga meskipun sudah melenggang jauh.

Hari itu, hari dimana Hanum merasakan getaran dalam hatinya yang begitu kencang. Hari dimana, bahwa Hanum telah jatuh cinta kepada sosok itu.

Hanum tidak tahu, kenapa ia langsung jatuh cinta begitu dalam kepadanya pada pandangan pertama. Sosok itu selalu ada hingga saat ini. Hanum akan mengucap terima kasih kepada Tuhan yang telah memberikan alam semesta sebagai saksi, dimana Hanum mengejar cintanya. Hidupnya seakan berubah menjadi penuh warna.

"Cinta adalah sebuah anugerah yang indah yang Tuhan berikan kepada umatnya, supaya saling menyayangi agar tidak saling menyakiti."

"Lantas kenapa cinta itu terkadang menorehkan luka?. Itu karena Cinta yang kita berikan begitu besar. Jangan khawatir, Cinta yang menorehkan luka yang menyakiti, maka sebentar lagi luka itu menumbuhkan Cinta Sejati."

_ Hanum Amerta_

NEXT

RANUM AMERTA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang