M Y . 26

3.4K 295 7
                                    

Dedaunan yang indah itu menghiasi anak kecil cantik dan remaja tampan yang sedang bermain dan berlarian kecil. Mereka berdua saling mengejar seperti tidak ada masalah dalam hidupnya.

Lelaki itu menggeletik tubuh anak kecil hingga membuatnya tertawa.

"Ampun! Oppa! Hahaha!"

Hingga akhirnya mereka lelah, mereka pun duduk dibawah pohon sejuk yang bisa menghilangkan rasa lelahnya.

Anak kecil cantik itu memberikan sebuah bunga berwarna merah yang sebelumnya disembunyikan dibelakang tubuhnya.

"Wah... Terima kasih, Aeri-aa." Ujarnya seraya menerima pemberian setangkai bunga cantik itu.

"Yoongi oppa, kembalilah... Bukankah oppa masih ada janji akan membuat sesuatu? Oppa tidak boleh terlalu sering bermain kesini, itu akan membuat kakak dan adik oppa khawatir. Aeri disini baik-baik saja, dan sedang berusaha kembali."

Iya, anak kecil dan remaja yang sedang bermain itu adalah Aeri dan Yoongi. Mereka benar-benar menikmati suasana tempat yang mereka saja tidak tahu mereka ada dimana. Mungkin tempat yang Tuhan ciptakan untuk orang-orang yang sedang lelah melewati hidupnya.

"Mengapa tempat ini begitu nyaman? Aku tidak akan pulang."

"Tidak! Yoongi oppa harus kembali. Oppa dengar? Om dokter (Seokjin) bilang akan bernyanyi asal Oppa kembali kesana." Ujar Aeri yang menyembulkan senyumannya.

"Tidak, kakakku itu pembohong. Aku ingin disini saja." Tolak Yoongi seraya menyilangkan kedua tangannya.

"Ada saatnya Yoongi oppa akan kesini dan menetap disini. Tidak sekarang, kembalilah... Aeri mohon..."

Sementara ditempat lain, Ada Seokjin yang terus berdoa agar adiknya tidak keterusan dan kembali. Ada Hoseok yang menenangkan Jimin yang terus-terusan ingin mengamuk pada sang ibu.

"Kalau saja ibu tidak muncul didepan Yoongi hyung, Yoongi hyung tidak akan mengalami ini!" Jimin yang sudah tidak tahan akhirnya mengeluarkan emosi nya pada sang ibu.

"Maafkan ibu, Jim. Ini memang salah ibu, seharusnya ibu tidak ada disini."

Plak!

"Seokjin!" Pekik ibu nya.

Iya, Seokjin menampar adik bungsu nya itu. Seumur hidupnya Seokjin tidak pernah bermain kasar pada adik-adiknya. Kalau pun Seokjin emosi, ia bisa menahannya. Tapi untuk kali ini tidak, karena adik bungsu nya itu membentak ibu nya.

"Adikku sedang kritis! Kenapa kau berani sekali membuat kegaduhan, Jimin!" Ujar Seokjin dengan penuh penekanan dari setiap kata nya. Bahkan Seokjin mengepal kuat tangannya.

"Urus adik kesayanganmu itu!" Ujar Jimin meninggalkan Seokjin, Hoseok, sang ibu, dan Yoongi tentu nya.
.
.
.
.
.

Langit terlihat begitu gelap, menandakan air hujan akan turun membasahi bumi. Namun   Jimin tetap pada pendiriannya, ia berlari keluar dari rumah sakit.

"Jimin-ssi." Panggil seseorang, membuat Jimin menoleh ke arahnya. Syukurlah, hanya security rumah sakit.

"Bawa payung ini, langit mulai gelap." Ucap security tersebut seraya memberi payung berwarna hitam pada Jimin.

"Terima kasih." Jimin menerima payungnya, lalu membungkuk, dan meninggalkan rumah sakit.

Benar saja, tak lama kemudian, suara gemuruh petir cukup menganggu pendengaran Jimin. Sesekali Jimin meringis karena takut. Hujan pun membasahi jalanan ibu kota.

Just One DayWhere stories live. Discover now