14. Serangan Mendadak

29 10 2
                                    

~Part 14 udah UP😁
~Jangan lupa VoMent readerrrrr............ ☀️

***

Perputaran peristiwa tidak hanya terjadi pada satu titik saja. Tapi berlaku untuk segala sisi di dunia.

Di tempat lain dan pada waktu bersamaan, Shiran melakukan gerak. Dengan mengangkat kaki ke depan, tubuh proporsionalnya berhasil melompat tinggi. Melampau jangkung hingga berhasil melewati tembok sekolah.

Organ penglihatan Shiran bingung dengan objek penglihatannya saat ini. Terlihat jelas bahwa grafik siswa melompat dari tembok mengarah ke atas. Entah menggunakan dasar pemikiran apa, tapi pihak sekolah belum memberikan tanda-tanda untuk menanggulangi hal itu.

Tembok masih belum menunjukkan perbedaan ketinggian. Bahkan sekedar kawat duri saja tak ditanam pada bagian atas. Alhasil, para pelajar tetap melakukan tindakan yang melanggar peraturan.

Hingga sampai pada titik ini menutup kemudahan bagi seorang Shiran. Selain harus menjaga mulut dan tubuhnya agar tidak berisik, dia juga melewati lorong panjang sekolah. Mulai dari kelas XI IPA 1 yang terletak di lantai dua, hingga ke area belakang sekolah pada lantai pertama. Tempat itulah sebagai pintu gerbang bagi siswa yang ingin bolos.

Sekolah berlantai tiga itu menugaskan tiga satpam, sehingga gerbang sekolah tidak menjadi tujuan yang bagus.

Shiran mengerjap kecil. Dengan langkah yang mengendap, dia berjalan menuju kantin Bu Bambang. Tas berisi ponsel miliknya tertinggal di sana. Tentunya Shiran harus berhati-hati, mengingat dirinya sedang tidak diperintahkan oleh guru sehingga bisa keluar gerbang.

Shiran menarik nafas lega setelah dia berhasil sampai di tempat tujuan. Kantin yang namanya serupa dengan pemain sepakbola Indonesia itu tidak terlalu mewah. Dindingnya terbuat dari kayu. Lantai yang menjadi tempat berpijak para pengunjung dilapisi semen biasa. Biarpun tidak semewah kantin sekolah, kalau untuk soal kebersihan dan kerapihan, tentu keduanya tidak berbeda. Siapa saja pasti merasa nyaman saat nongkrong di kantin Bu Bambang.

Shiran tersenyum pasti, menampilkan deretan gigi yang tersusun rapi.

"Permisi Bu," ujarnya memberikan salam.

Bu Bambang yang asyik dengan aktivitasnya langsung bergerak menuju pintu. Pena yang terhimpit diantara jari telunjuk dan ibu jari diletakkannya sebentar di atas meja.

Bu Bambang tersenyum ceria saat melihat tubuh Shiran di depan pintu.

"Eh ada Shiran," ucap Bu Bambang.

Senyum yang terukir di wajah Shiran belum pudar. Membuat pesonanya semakin menjadi-jadi.

"Iya nih Bu, Shiran mau nanyak. Tadi pagi saat kepala sekolah razia di kantin, Bu Bambang ada lihat tas Shiran gak. Yang warnanya hitam. Yang biasa Shiran pake ke sekolah"

Shiran memberikan penjelasan, terkait tujuannya bertemu si empunya kantin.

Bu Bambang mencerna kalimat Shiran sebentar lantas beranjak ke belakang.

"Tunggu sebentar Ran, biar Ibu check dulu," ujarnya.

Shiran mengangguk paham sembari meletakkan tubuh di salah satu kursi. Dia menaikkan kaki kiri. Kaki yang satunya lagi menjadi tumpuan. Shiran tersenyum lagi setelah menatap kedatangan Bu Bambang sambil membawa tas hitam miliknya.

"Tas ini yang kamu maksud Ran? Soalnya cuman ini yang Ibu lihat tinggal di warung tadi," tanya Bu Bambang memastikan.

Shiran bangkit berdiri. Dia menganggukkan kepala.

"Terimakasih Bu. Gue dari tadi takut banget. Kirain nih tas beneran lenyap," ucap Shiran sambil memperhatikan tas ditangannya.

"Jangan senyum atuh, bisa-bisa Ibu pingsan," ujar Bu Bambang, bermaksud menggoda pria didepannya.

Little Finger Promise [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang