13. Shiran: Bahan Percobaan?

29 13 9
                                    

~Part 13 is UP
~Ingat VoMent readerrrrr Hehe

[TIGA BELAS]
.
.
***

Motor besar yang sedang dikendarai oleh sepasang kekasih, melaju kencang di jalanan. Kendaraan beroda dua itu membelah angin sore di udara. Benda bulat berwana hitam dari karet yang dipasang melingkar pada roda terlhat asyik membelah permukaaan aspal di tanah.

Ada sesuatu yang lebih menyenangkan dari sekedar membelah jalanan. Ya, tentu saja tidak ada yang lebih nikmat dari memeluk erat pinggang pacar. Mendekap erat sambil menyenderkan kepala di punggungnya yang lebar. Hal itulah yang Earl rasakan saat ini.

Tangannya memeluk pinggang Shiran dengan kuat. Menjaga agar posisi tetap terealisasi. Earl juga menyandarkan kepala di punggung Shiran. Bau parfum yang harum dapat ditangkap oleh indera penciuman. Itu juga yang membuat dirinya semakin nyaman berlama-lama di atas motor.

Shiran menggeliat kecil. "Munduran dikit Earl," ujarnya dengan tatapan fokus yang tidak beralih dari kemudi.

Earl hanya diam membatu. Dia tidak menggubris perkataan Shiran. Malahan Earl semakin memajukan tubuhnya yang body goals.

Shiran meneguk ludah. "Earl," panggilannya.

Earl mendengus pelan. "Ada apa Ran?" Tanyanya singkat dan ketus.

"Munduran dikit ke belakang Earl. Kamu duduknya terlalu maju," jawab Shiran. Dirinya harus mencondongkan tubuh ke depan agar penyesuaian didapat. Tentu hal itu tidak mudah, karena konsekuensi sakit punggung harus diterima setelahnya.

Earl menggelengkan kepala pertanda memberikan penolakan. Dia masih ingin menghabiskan waktu dengan bersandar di punggung Shiran.

Shiran memandang wajah Earl lewat spion. "Aku gak punya tempat duduk lagi ini, yang ada kita bisa jatuh," ujar Shiran penuh kesabaran, sembari berharap belahan hatinya yang keras kepala mau mendengar ucapannya.

Earl menaikkan alis. "Bukannya saat ini kamu lagi duduk ya?" Tanya Earl.

Sepertinya Earl gagal paham. Atau, dia hanya berpura-pura bodoh untuk mengerjai Shiran.

Shiran hanya mampu meneguk ludah. Niat untuk membujuk kembali dan memberikan penjelasan perlahan sirna. Stop ngerjai gue Earl. Gue tahu kalau Lo sengaja lakuin ini. Untung gue sayang. Kalau enggak, pasti dari tadi gue udah suruh Lo turun. Celetuk Shiran dalam hati.

Earl yang melihat ekspresi kasihan pada wajah Shiran hanya tertawa sumringah dalam hati. Dia sangat suka dan paling senang membuat Shiran kesal. Gantengnya Shiran nambah kalau lagi wajahnya lagi begini.

Shiran menarik nafas panjang arkian mempercepat laju motornya. Spedometer bergerak hingga menyentuh batas maksimal. Manusia yang dia bonceng terbelalak kaget. Dengan mulut menganga lebar, dan membulatkan mata, dia menepuk pundak Shiran dengan kuat. Ya, Earl menepuk pundak pacarannya kuat-kuat.

Shiran tidak menggubris ketakutan Earl. Malah dia semakin tagih. Sesekali Shiran memiringkan posisi kendaraan, bak seorang pengendara MotoGP yang sedang berlintas di arena balap. Hingga saat dirasa siap, dia melakukan jumping.

Earl yang diliputi atmosfer ketakutan, memilih untuk mempererat pelukannya pada pinggang Shiran.

"Ran, tolong pelanin lajunya. Aku merinding ini," teriak Earl keras sembari menutup mata. Dia tidak memiliki keberanian untuk melihat sekitar.

Shiran terlihat cuek. Masa bodoh dengan kondisi pacarnya yang tengah dilanda ketakutan. Motor Shiran melaju kencang membelah jalanan. Jalanan kota yang tidak lengang, membuat dirinya semakin tertantang. Sial, ini seru banget

Little Finger Promise [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang