"Besok kita akan menikah dan semuanya akan berakhir bahagia disini. Aku janji." bisik Archilles sebelum mengecup kening Arselin.

"Dengan ini saya nyatakan kalian berdua sah menjadi sepasang suami istri dan juga jiwa yang saling mengikat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dengan ini saya nyatakan kalian berdua sah menjadi sepasang suami istri dan juga jiwa yang saling mengikat." ucap lelaki tua itu, tidak tahu apakah ia pendeta atau semacamnya. Tapi sepertinya ia pendeta di negeri ini.

Setelah mengatakan kalimat tersebut, beberapa saksi disana bertepuk tangan sembari melemparkan helaian bunga warna-warni.

Karena ingin menghargai sikap mereka, Arselin pun terpaksa tersenyum dan sesekali tertawa.

Arselin melirik Archilles ketika ia mengeratkan genggaman tangannya.

Arselin tahu, Archilles pasti sangat bahagia karena telah berhasil membuat dirinya abadi, terutama bersama dengan orang yang ia sayang.

Sedangkan Arselin, ya... ia memang mencintai Archilles. Tapi ia tetap bingung harus bahagia atau sedih setelah resmi menjadi istri dari seorang vampir.

Sangat tidak masuk akal, tapi inilah yang terjadi pada Arselin saat ini.

"Disini tidak ada kaos?" tanya Arselin ketika sudah pulang ke kerajaan.

"Perhatikan sekitarmu. Apakah ada perempuan terlihat memakai pakaian santai seperti kaos?" tanya Archilles balik.

Arselin sontak mengerucutkan bibir kecewa. "Ya, aku tahu." Arselin mendumel.

Sedangkan Archilles tersenyum.

"Kamu boleh pakai baju santai kalau malam. Tapi kalau siang, lebih baik jangan. Karena itu tidak sopan dan terlihat mencolok di antara yang lain."

"Ya sudah, tidak apa-apa." balas Arselin sembari merapikan dress yang sedang ia pakai.

Karena merasa diperhatikan, Arselin pun menoleh ke arah Archilles.

"Ada apa?"

"Kamu terlihat cantik dengan dress itu."

"Selama ini aku selalu membayangkanmu memakai dress kerajaan yang anggun dan cantik." kata Archilles seraya melingkarkan kedua tangan di pinggang Arselin.

"Dan akhirnya, bayanganku itu menjadi nyata." Arselin terperanjat saat Archilles meletakkan dagunya ke pundak miliknya. Sambil sesekali menciumi area sekitar leher, membuat sensasi menggelitik. "Kamu lebih cantik daripada yang kubayangkan. Aku ingin tetap seperti ini selamanya, bersamamu."

Kedua tangan Arselin gemetar. Ia kembali teringat kejadian terakhir ketika Archilles menciumi area lehernya di malam itu.

Arselin meneguk payah salivanya, bingung harus melakukan apa agar Archilles berhenti mengusap perut datarnya.

"Pangeran." panggil Arselin cepat, secepat tangannya yang menahan tangan Archilles yang hendak bergerak ke atas perutnya.

"Hm? Ada apa sayang?"

Arselin mengulum bibirnya. Menahan lenguhan saat tangan Archilles meremas pelan dadanya.

"Haruskah sekarang kita melakukannya?"

"Menurutmu bagaimana?"

Lenguhan kecil tidak sengaja lolos. Arselin tidak bisa tidak bereaksi saat Archilles menyentuh titik sensitifnya.

Belum selesai pada urusan tangannya, Archilles kini kembali menyadarkan kepalanya pada pundak Arselin. Menciumi sekitar leher itu tanpa melepaskan tangan yang masih bergerak-gerak lembut di dada Arselin.

Apa yang Archilles lakukan sekarang, bukanlah hal baru bagi Arselin.

Lelaki itu sering melakukannya dulu saat masih ada di dunia manusia.

Tapi karena sekarang status keduanya telah sah menjadi pasangan suami istri. Maka dari itu Arselin gugup. Dirinya akan melakukan sesuatu yang lebih jauh dari kemarin.

"Kenapa ditahan?"

"Aku gugup."

"Sebenarnya aku juga gugup." Archilles membalikkan tubuh Arselin agar menghadapnya. Kemudian Archilles sedikit mencondongkan wajahnya, membuat Arselin tersandar pada cermin itu.

"Tapi disisi lain, aku sangat bersemangat." Archilles tersenyum tipis, lalu menahan pinggang Arselin sedari mengikis habis jarak.

"Tidak ada lagi batas. Kita bisa melewati batas itu malam ini. Melakukan sesuatu yang kita inginkan sejak dulu tanpa rasa bersalah." Archilles semakin merapatkan jaraknya, membuat keduanya berhadapan.

"Aku mencintaimu." ucapnya pelan sebelum memangut bibir itu. Tidak butuh lama, Archilles langsung menikmati semua sisi bibir perempuan itu, serta mengajaknya berperang lidah di dalam sana.

Bohong kalau Arselin tidak menginginkan Archilles malam ini. Sangat ingin, karena Arselin sangat mencintai lelaki itu.

Namun, bagaimanapun juga, Arselin tetap merasa gugup.

Archilles baru memulainya dengan berciuman. Tapi di detik dimana Archilles membuat Arselin mendesah akibat bibirnya— di detik itulah, Arselin langsung dapat membayangkan betapa liarnya nanti Pangeran tampan ini di bergerak atasnya.

"Malam ini akan panjang. Kamu siap?"

*emot senyum curiga*

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*emot senyum curiga*

pangeran kita nih🤙🏻

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

pangeran kita nih🤙🏻

Blood & LightWhere stories live. Discover now