Setelah meminum obat, lelaki itu langsung menjatuhkan dirinya diatas ranjang kamarnya, melepaskan sedikit rasa lelah yang ia rasakan hari ini. Padahal Satya hanya keluar sebentar ke caffe untuk membeli minuman, tapi tubuhnya langsung lemas. Satya sadar, sekarang kekuatan fisiknya sudah tidak seperti dulu lagi.

Lelaki itu menatap langit-langit kamar miliknya yang berwarna putih juga. Menghembuskan sedikit napas jenuhnya pada kejadian yang tadi ia lihat di caffe. Kejadian yang membuatnya sedikit kesal saat melihatnya.

Lagi-lagi Satya memikirkan sosok pria yang sedang bersama Alya di caffe tadi. Satya masih penasaran, siapa lelaki itu. Kenapa Alya dan laki-laki itu seakan sudah kenal lama, bahkan mereka terlihat dekat dan akrab.

Omongan Juan tadi ada benarnya juga, dirinya seakan habis melihat "gadisnya" bersama pria lain di caffe.

Tapi harus Satya sadari, Alya bukan siapa-siapanya. Kenapa juga dirinya sampai memikirkan sosok lelaki yang bersama Alya seperti ini secara berlebihan. Jika tujuan Satya hanya ingin menolong Alya dan kasihan pada gadis itu saja, seharusnya sikap Satya biasa saja jika Alya dekat atau bersama dengan cowok lain.

Satya menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya untuk menenangkan dirinya, kemudian ia memejamkan matanya. Tetapi ia kembali membuka matanya saat tidak sengaja wajah Alya muncul dipikirannya begitu saja. Bahkan ketika ia memejamkan matanya pun wajah gadis itu selalu terbayang oleh Satya, sebenarnya ada apa dengan dirinya hari ini?

Dengan segera Satya menampar pelan pipinya untuk membuat dirinya sendiri tersadar.

Ini tidak bisa dibiarkan, Satya tidak tenang jika seperti ini. Ia harus menuntaskan dan menyelesaikan rasa penasarannya itu. Satya harus bertemu dan berbicara dengan Alya dan meminta penjelasan dari gadis itu langsung

Jika tidak dituntaskan, rasa penasarannya itu akan mempersulitnya saja. Bisa-bisa dirinya mati karena penasaran. Tidak, itu terlalu lebar bray.

Selang beberapa saat, Satya memejamkan matanya kembali dan mulai tertidur. Itu reaksi obat yang tadi ia minum yang membuatnya mengantuk.

Satya harus menanyakan hal ini pada Alya, ia butuh kejelasan pada gadis itu.
entahlah, Satya pun tidak mengerti kenapa dirinya begitu penasaran sekali dengan sosok laki-laki yang bersama Alya tadi. Satya tidak akan tenang jika ia belum mencari tau siapa lelaki itu.

****


S&67h


****

Keesokan harinya, Satya berniat ingin pergi kesuatu tempat untuk menemui seseorang. Sebelumnya ia sudah memikirkan matang-matang niatnya untuk pergi hari ini. Dan memang inilah cara satu-satunya agar dirinya terbebas dari rasa penasarannya lagi.

Padahal, seharusnya itu bukan urusan Satya. tapi, Satya merasa hal ini sepertinya penting untuk ia ketahui.

Satya keluar dari kamarnya berpamitan terlebih dahulu dengan papah dan mamahnya yang berada diruang tv bersama.

"Mah, pah. Satya izin keluar sebentar, ya." Pamit Satya pada kedua orangtuanya.

Roby dan shinta langsung menoleh kearah putra sulung mereka secara bersamaan, keduanya cukup dibuat penasaran dan terkejut dengan penampilan Satya saat ini yang sudah terbilang rapih.

"Mau kemana, sat?" Tanya Roby.

"Keluar sebentar, pah." Jawab Satya.

"Perlu sopir pribadi untuk nganter kamu?" Tawar Roby merasa khawatir, papah Satya memang terkadang masih mengkhawatirkan kondisi anaknya itu.

"Nggak usah, pah. Satya bisa sendiri." Tolak Satya tersenyum singkat.

Satya menolak tawaran papahnya karena baginya itu terlalu berlebihan, ia bisa sendiri.

[✓] Satya dan 67 hariWhere stories live. Discover now