"Apaan lagi?" Saut Satya menatap adik laki-lakinya itu dengan jenuh.

"Sikap lo yang kaya gini, kaya orang abis ngeliat ceweknya selingkuh di caffe aja, deh." Celetuk Juan dengan polosnya.

Tiba-tiba saja Satya batuk karena tersedak oleh minumannya sendiri saat mendengar ucapan Juan barusan.

"Kok tau," batin Satya.

Satya menatap Juan beberapa saat, cukup heran dengan ucapan asal tapi ada benarnya yang adiknya katakan itu. Apa anak ini titisan cenayang? tapi dia adalah adiknya, adik resenya.

"Eh, kenapa lo. Bang?" Juan ikut terkejut saat Satya tersedak dan batuk-batuk.

"Nggak, nggak apa-apa." Jawab Satya kembali mengatur ekspresi dan raut wajahnya.

"Jangan-jangan omongan gue bener, ya?" tuding Juan dengan senyuman mematikannya itu.

Satya bangkit dari posisi duduknya yang semula berada disamping Juan, mulai risih dengan sikap adiknya. Kalau terus berada disamping Juan, bisa-bisa Satya ketauan kalau sedang bete.

"Gue ke kamar dulu." Ucap Satya. Ia langsung beranjak pergi menuju kamarnya.

"Oh, iya. Bang, tadi kata mamah jangan lupa obatnya diminum, kalo nggak nanti-"

"Iya, tau. Juan." Potong Satya cepat saat Juan belum selesai berbicara.

Setelahnya, Satya benar-benar masuk kedalam kamarnya. sementara Juan, lelaki berwajah imut dan polos itu kembali melanjutkan aktivitasnya yaitu bermain sebuah play station dan game favoritnya, tak lupa juga Juan seraya menyeruput minuman yang tadi dibelikan oleh kakaknya.

"Wkwk bang Satya lucu juga kalau lagi cemburu,"

"Es batu itu bisa salah tingkah juga ternyata."

****

•****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


****

Sementara itu, didalam kamar yang bernuansa serba putih netral itu adalah kamar milik Satya. Nuansa kamar ini sangat mirip dengan kepribadian Satya, tenang dan lembut. Kamar yang berbentuk minimalis dengan susuan barang-barang yang sungguh tertata rapih. Benar-benar menandakan bahwa sang pemilik kamar ini adalah Satya.

Satya berjalan menuju meja dipojok kamarnya, kemudian mengambil 3 botol capsul obat yang selalu tersedia dikamarnya ini, Itu adalah obat-obatan miliknya. Obat yang selalu menjadi sumber kekuatan dan salah satu cara untuknya agar tetap bertahan melawan penyakitnya hingga sekarang.

Mungkin jika tidak ada obat, maka Satya tidak akan bisa bertahan hingga sekarang. Tapi terkadang, Satya muak dan malas jika harus terus menerus meminum obat-obatan seperti ini selama bertahun-tahun jika hasilnya sama saja. Tapi meskipun begitu, setidaknya obat-obatan ini bisa membantu Satya meringankan sedikit rasa sakit yang selalu ia rasakan. Lalu dengan segera Satya meminum semua obat tersebut sesuai jadwal dan anjuran yang sudah dokter Budi berikan padanya.

[✓] Satya dan 67 hariWhere stories live. Discover now